BAB 08 NA'AS

7 7 0
                                    

(NA'AS)

Happy reading


Dua hari kemudian, setelah selesai kuliah, Alarice, Vira dan Samudra memasuki gedung apartemen dan menuju ke apartemennya David tinggal. Di mana, Alarice juga sudah menceritakan semua yang telah terjadi oleh Shania pada Vira dan pacarnya itu, makanya mereka ingin pergi ke apartemen David, untuk mengecek keadaan, Shania. Untung saja, Vira dan pacarnya tidak seperti orang-orang lain yang menyebarkan berita sebelum mereka tau betul apa yang terjadi.

"Sudah, gue duga mantannya Shania, itu emang nggak baik!" ucap Vira sekenanya.

"Laki-laki kek gitu emang, bejat! Bisa berulah tapi, nggak bisa bertanggung jawab. Gue, kalo Sam kek gitu! Jangan tanya gue kalo kamu, nanti kehilangan kepala!" tambah Vira di iringi ancaman kepada Samudra sembari mengangkat telunjuknya.

"Ya ampun, Beb tega bener ampe mau ngilangin pala aku. Ya mana mungkin aku gitu, seandainya aku ngelakuin hal itu, ya pastilah aku, bertanggung jawab." Ketus Samudra membela dirinya.

"Iyah, oke percaya kok sama sayangnya akuu ini ...," cubit Vira pada hidung Sam. "Oiya, lo masih jadi roommatenya Calvin, 'kan?" tanya Vira pada Alarice, sambil menekan tombol lift untuk naik ke lantai atas.

Alarice sebenarnya tidak ingin menjawab pertanyaan itu, tapi ia juga tidak mungkin menyembunyikan kebenaran yang sudah Shania lakukan padanya dan nyatanya dirinya dengan Calvin tidak ada persetujuan di antara mereka.

"Sebenarnya ... Shania-"

Saat pintu lift terbuka, ternyata ada Calvin yang tengah berdiri sendirian di ruang lift tersebut. Sontak, membuat Vira langsung mendorong Alarice ke dalam lift terlebih dahulu, sehingga membuat Alarice kehilangan keseimbangan dan jatuh dalam dekapan Calvin.

Tatapan mereka bertemu, namun, tatapan Calvin kali ini berbeda dari sebelumnya dan itu di sadari oleh, Alarice. Tangannya tak sengaja memegangi dada bidang Calvin dan ada bunyi detak jantung yang begitu kencang yang ia rasakan.

"Cieee ... huhuyyy! Udah ngapain aja niihh? Mulut buaya sama mulut ikan duyung ada yang udah ketemu kayaknya nihh, Beb." Senggol Vira pada lengan Sam sembari menyindir Alarice dan Calvin. Seiring pintu lift tertutup.

Mendengar ejekan dari dua sejoli sebelah, membuat Alarice dan Calvin pun saling menghindar kemudian.

"Halahh, nggak usah malu kali, Bro. Jangan-jangan udah di grape-grape nih, si putri duyungnya, nggak salah lagi tuh," ledek Sam sambil tertawa cekikikan bersama Vira.

Calvin dan Alarice hanya saling diam dan menatap. Nyatanya apa yang di bilang Sam atas sindirannya ada benarnya, kalau mereka sempat melakukan pemanasan namun, tak sampai pada ujung permainan.

Tak lama kemudian, pintu lift terbuka dan tidak jauh dari pintu lift, mereka pun sampai ke apartemennya David.

"Vira, Sam? Ka-kalian ...." Shania terkejut kedatangan Vira dan Samudra.

"Iya, kita udah tau kok yang sebenarnya. Tenang aja, Alarice udah cerita sama gue dan semoga kandungan lu baik-baik aja ya, Shan." terang Vira yang melepaskan bobotnya di sofa ruang tamu.

"Iya, Vir," sahut Shania

Melihat Shania dengan keadaan rapi seperti ingin pergi, itu membuat Calvin dan Alarice penasaran dan melemparkan pertanyaan yang sama.

"Kamu, mau ke mana, Shan?"
"Lu, mau ke mana, Shan?"

Ucap mereka bersamaan dan sedetik bertatapan.

"Gue, mau ambil sesuatu di rumah gue."

"Barang apa emangnya, Shan?" tanya Ala.

"Gue, temenin ya?" ujar Vira yang menawarkan diri.

"Enggak usah, cuman barang kecil doang kok, peninggalan nyokap gue," tolak Shania yang sambil memasang sweatternya.

"Jangankan, kalian! Gue, juga dari tadi menawarkan diri buat nganterin dia, tapi ya itu, maunya sendiri, ya udah." Ketus David yang datang dari arah dapur membawa minuman kaleng untuk teman-temannya. Lalu dibantu Alarice untuk meletakkan ke meja ruang tengah dan Calvin memperhatikan itu. 

"Gapapa kok, gue, cuman nggak mau ngerepotin kalian lebih jauh aja, selagi gue, bisa sendiri akan gue lakuin apapun itu. Ya udah, kalo gitu, gue pergi dulu ya," pamit Shania pada mereka dan mereka hanya mengangguk menatap Shania yang bertingkah aneh tersebut, lebih ceria dari hari-hari kemarin.

Setengah jam kemudian, Calvin merasa bosan. Ia berinisiatif untuk mengajak Alarice pergi ke suatu tempat dan ingin mengatakan sesuatu pada Alarice.

"Alarice, ikut gua bentar. Ada yang mau gua, omongin ke lu," ajak Calvin pada Alarice dan Alarice hanya mengikuti saja.

"Guys, gua sama Ala keluar dulu ya," pamit Calvin pada yang lain.

"Hmm ... iyee mesra-mesra sana," sahut Vira yang tetap fokus pada ponselnya.

Sesampai di taman dekat danau, Calvin membukakan pintu mobilnya untuk Alarice. Itu membuat Alarice merasa ada yang berbeda dengan Calvin. Apalagi, sedari tadi ekspresi wajah Calvin banyak tersenyum tipis hari ini, tidak seperti biasanya yang selalu datar dan menegangkan untuk di lihat.

"Mau ke mana, Vin?" Alarice mencoba bertanya di sela Calvin yang menggenggam erat lengannya.

"Nanti, lu tau sendiri," ucapnya dingin.

Setelah sekitar lima menit berjalan, ternyata Calvin membawanya ke tepi danau dan duduk di kursi panjang yang berwarna putih itu.

"La, gua minta maaf atas kejadian kemarin. Gua, juga nggak tau kalau lu, nggak tau sama sekali isi kontrak itu. Maafin gua, La." Calvin memegangi lembut kedua tangan Alarice, seperti seorang kekasih yang meminta maaf pada pasangannya.

Alarice juga tidak bisa menyalahkan Calvin, yang juga tidak mengetahui kalau isi kontrak itu tidak tahu jelas oleh dirinya.

"Gua, pengen banget marah La, sama Shania. Tapi, melihat keadaan dia begitu, gua jadi nggak bisa nyalahin dia, gua ikut prihatin dengan kondisinya," tutur Calvin.

Ternyata, hati dan pikiran Calvin tidak seburuk nafsunya. Apa yang di lihat dan di dengar Alarice hari ini dari Calvin, seperti berkebalikan pada hari kemarin.

"La, lu nggak mau maafin, gua?" tanya Calvin yang melihat Alarice hanya terdiam menatapnya.

"I-iya, aku maafin kamu, Vin. Itu juga salah aku, kok." Senyum Alarice yang begitu manis di lihat Calvin.

"La, gua ..., gua ...."

****

"Apa?! Nggak! Nggak mungkin, lu jangan bercanda, Han!"

Wajah David sangat panik menerima telepon dari salah satu teman kampusnya. Itu membuat Samudra dan Vira terheran-heran dan terkejut mendengar David berteriak saat menerima telepon.

"Ada apa, Dav? Ada, apa?" Vira jadi ikut panik melihat tatapan David yang membulat lebar.

"Ada apa, Dav?" Juga Samudra.

"S ... Sha ... Shania, Vir, Sam. Shania," ucap lemas David.

****

"Telah tejadi suatu peristiwa mengenaskan pada hari ini, yang dialami oleh salah satu mahasiswi universitas ternama di jakarta, yang berinisial SN. Yang mana, saat korban di temukan sudah dinyatakan tewas, di sebuah kamar rumahnya. Dari informasi yang kami dapat, warga menyatakan, sempat melihat ada seseorang yang menyelinap masuk ke rumah korban, sehingga sebelum kejadian, terdengar sebuah teriakan seorang perempuan yang diduga adalah korban di rumah tersebut. Itu saja informasi yang dapat kami sampaikan. Saya, Dwi Astuti melaporkan,tkp."

Calvin dan Alarice hanya saling menatap tak percaya, saat mendengar berita yang di laporkan dari internet di ponsel, Alarice. Mereka mencari berita itu, setelah David yang juga mengabari mereka sebelumnya.

Dengan cepat, Calvin melajukan mobilnya untuk segera pergi ke rumah, Shania untuk melihat lebih pasti kejadian sebenarnya.

CALVARICE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang