6. sepertiga malam

337 108 14
                                    

Jika aku mengatakan bahwa semesta jahat kepadaku apa boleh?takdir sudah diatur sejak lama, jika aku bilang semesta jahat, sepertinya aku lah yang jahat karena telah menghina semesta.

-mayra al-hawathul Husna-

*
*
*
*

jam sudah menunjukkan pukul 03.00, gadis itu terbangun dari tidurnya. semalaman tidur di sofa rasanya tubuhnya seperti remuk, sakit semua. Mayra memutuskan untuk sholat tahajud di mushola rumah sakit, melihat Arsya yg tengah tertidur di samping brangkar Rayhan bertumpuk di tangannya, membuat mayra sedikit merasa kasihan, bagaimana bisa temannya itu tidur dalam ke adaan seperti itu??

Mayra berjalan keluar ruangan, membuka pintu dengan sangat pelan takut mengganggu sahabatnya yg sedang tertidur pulas. koridor rumah sakit terlihat sepi, ada beberapa org yg tertidur di kursi tunggu depan ruangan juga, membuat Mayra tak enak hati, ada beberapa lalu lalang perawat yg sedang bertugas malam menjaga beberapa pasien disana.

Mayra menghela nafas pendek, dirinya sudah sampai di depan musholla rumah sakit. Mayra berjalan ke arah tempat wudhu untuk bersuci, lalu memasuki musholla untuk mengerjakan sholat sunah tahajud, ada beberapa org juga disana yg tengah berdoa kepada Rabb nya.

Setelah selesai sholat tahajud gadis itu mengangkat tangannya ke arah langit, dan berdoa.

"ya Rabb... "

Pada malam hari itu seorang gadis yang penuh rasa bimbang dan ragu serta kekhawatiran di hatinya mengadu pada Rabb yang maha segalanya.

selesai dengan semuanya Mayra ingin beranjak pergi namun saat itu juga matanya menangkap beberapa orang yang sedang mengadu juga, bahkan ada yang sampai menangis di hadapan Rabb nya.

"ternyata benar ya? ketenangan yang hqq adalah ketika kita mengeluarkan semuanya pada rabb yang maha segalanya. Seakan semuanya akan baik-baik saja dan aku percaya itu. mungkin aku terlalu egois hanya menginginkan dirinya yang aku sukai, padahal banyak hal telah dipelajari, dan tak ada yang mendukungku atas keputusan ku. tapi tetap saja hatiku selalu bergerak untuk bersamanya bukan menerima dirinya." gumam gadis itu, setelahnya beranjak pergi dari sana, berniat membangunkan kedua temannya untuk sholat subuh berjamaah.

****

"ya Allah... sebenarnya Takdir apa yang sedang engkau permainkan? Mengapa kau biarkan hati ini terus mencintainya? sedangkan untuk bisa bersamanya seakan-akan sangatlah mustahil." sedang ia di sepertiga malam nya.

"Ikhlas, adalah kata yang aku inginkan saat ini. Mencintainya selama bertahun-tahun dan kini harus melepaskan dirinya demi saudara ku rasanya sakit. namun, ku harus ikhlas akan semua takdir yang engkau tulis dalam kitab lauful Mahfudz."

hatinya sakit, namun, ia harus kuat dan mengikhlaskan semuanya. walau mengingat nya kadang membuat hati semakin sakit tapi apa yang harus ia lakukan? diam, hanya diam.


setelah selesai mengeluarkan semua isi hatinya, juga membaca beberapa dzikir. Gus Hafidz berniat untuk pergi ke masjid, dengan koko putih juga sorban di pundaknya, Gus hafidz melangkahkan kakinya keluar kamar.

tak sengaja Gus Hafidz mendengar suara seseorang dari dalam kamar sebelahnya, yang membuat gus hafidz sedikit kepo. akhirnya ia memutuskan untuk melihatnya, membuka kenop pintu dengan perlahan, takut jika orang di dalamnya terganggu akan kehadirannya. di dalam sana terlihat seorang pemuda yang tengah mengadakan tangannya kelangit, mendesak Rabb.

Bukan Pilihan Hatiku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang