kedelapan

12.2K 988 6
                                    

Gaara memapah Naruto dengan kesabaran yang selalu Naruto kagumi. Mereka melangkah perlahan melewati lorong sekolah, lapangan olahraga dan gerbang sekolah. Jarak mereka begitu dekat karena Gaara dengan erat memegang lengan atasnya dan Naruto dapat mencium aroma mint tea yang menguar dari perpotongan leher Gaara. Farfume yang pernah ia hadiahkan untuk pemuda berambut merah itu.

Langkah mereka terhenti tepat tujuh meter dari gerbang sekolah. Ada sebuah halte bus di sana dan Uchiha Sasuke yang terduduk dengan dua buah tas di sampingnya. Salah satunya milik Naruto. Ia tau itu.

Naruto melangkah mendekati Sasuke dan Gaara cukup tau diri untuk membiarkan dua sahabat baik itu menikmati waktu bersama mereka, jadi ia berbalik pergi.

Naruto merasakan kakinya titak berpijak dengan baik tapi ia menghiraukannya. Tangannya terulur menusuri wajah Sasuke, ada leban di mata kirinya, plester di pipi kanan, bibir yang robek dan luka yang belum kering di pelipis kanannya. Ia melihat jari-jarinya bergetar ketika menelusuri wajah sang sahabat. Ia ingin menyentuhnya tapi itu hanya akan menimbulkan rasa sakit -bagi keduanya.

"Hai." Sasuke tersenyum dengan senyum yang membuat air mata Naruto menetes dan terjaduh di pipi Sasuke, ia terisak. Sasuke tidak suka berkelahi, bahkan nyaris tidak pernah. Tapi kini ia terluka, tidak ada yang boleh melukai Sasuke. Sasukenya.
Sasuke menarik Naruto menuju sepeda mereka untuk pulang bersama.
.
.
Jika itu tentang Naruto, Sasuke selalu punya pengecualian. Naruto tidak perlu tau dari mana ia mendapatkan semua luka-luka itu.

Our story *sasunaru yaoi*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang