keduabelas

10.7K 833 7
                                    

Gelas kaca yang hancur tidak akan pernah benar-benar bisa di perbaiki, tidak akan pernah bisa menampung air sekuat dulu, selalu ada celah yang terbuka, celah untuk air mata yang menetes. Dan itu terjadi pada Sasuke.
Tangannya membelai halus surai Naruto dengan pelan, seperti kau membelai seorang bayi yang baru terlahir ke dunia, pelan dengan ujung jari yang gemetar.
.
.
Mungkin kaca dalam hatinya pecah ketika pertengkaran pertama mereka, awalnya sebuah retakan kecil, membesar ketika Naruto pertama kali mimisan, membesar lagi ketika sang blonde pingsang di hadapannya, membesar lagi ketika mentarinya di rawat di rumah sakit untuk pertama kalinya. Dan kini ia terlalu takut hanya untuk menduga telah seberapa besar retakan itu.

Manusia terkadang lebih kuat dari yang mereka bayangkan, Sasuke kini benar-benar percaya dengan kata-kata tersebut. Ia selalu menggumamkan kata 'aku tak bisa ' atau 'aku tak kuat' tapi ternyata ia bisa dan ia kuat, kuat dalam keterpura-puraan, kuat untuk terkasih yang di sayang.
.
.
.
Bel apartement mereka berbunyi tiga kali dalam jeda khas yang Sasuke hapal ketika pemuda itu menyiapakan sarapan -yang sesungguhnya sudah sangat terlambat.
Ia mendapati Uchiha Itachi -dengan tidak mengejutkannya- tersenyum lega ketika pintu di buka.
Mata pemuda itu merah dengan lingkar hitam yang kentara. Ciri khas seorang workaholic.
"Naruto?" Itachi berujar pada langkah pertamanya menginjaki ruang tamu.
"Masih tidur."
Mengangguk dan mendudukan diri di sofa ruang tamu Itachi memejamkan matanya yang terasa perih, sekilas ia dapat merasakan dunia berputar perlahan. Anemia sialan.
Itachi baru saja menyelesaikan pekerjaan untuk dua hari dalam semalam, menelfon sekretarisnya tengah malam untuk perubahan jadwal yang sangat tiba-tiba. Pemuda reven itu terkekeh tanpa suara ketika memikirkan betapa kalang kabutnya sang sekretaris saat ini.

Denting gelas yang beradu degan meja, serta sisi sofa yang bergoyang pelan menyadarka Itachi bahwa sang adik kini duduk di sampingnya. Ia menoleh ke samping dengan tangan besar nan hangat yang teruluh mengelus surai reven sang adik setengah menepuk kepala itu perlahan.
"Ia akan baik-baik saja."
Ia berujar denga bisikan yang terdengar seperti secarik kertas yang dirobek.
Dan dalam diam Sasuke beranjak menuju satu-satunya kamar tidur dalam apartement tersebut.
.
.
.
.
.

A/N : Sory for the latest update guys. I didn't cried whet i write this story nor read it. But I cried when i read your review, thankyou so much. This story (maybe) has 30 part, Naruto part (1-10) Sasuke part (11-20) and the secret character part. Stay with me till the end kay?

Our story *sasunaru yaoi*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang