kelimabelas

9.9K 820 16
                                    

Sasuke mengingatnya dengan jelas, seperti kenangan pada pesta ulangtahun pertamamu yang tak berjalan lancar, membekas dan selalu meninggalkan perasaan menggelitik yang menyesakkan, minggu pertama ia mengetahui penyakit Naruto ia memperlakukan sang sahabat seperti putri raja. Sasuke lebih senang menyebutnya putri.
Tak boleh ada luka meski itu hanya goresan kecil tak kasat mata.

Ia pemuda egois dengan kekeras kepalaan tahap akhir bertemu dengan hormon remaja pada masa pertumbuhan dan BAANG kau mentapatkan perpaduan yang menakutkan.
Ia masih ingat dengan jelas, sejelas sebuah rantai kasat mata yang melilit dadanya ketika memutar memori itu.
Minggu pertama adalah yang terburuk, Sasuke mencoba menjaga Naruto dari dunia namun ialah yang justrus menyakiti pemuda itu.

"Jangan memagang alat-alat dapur Naruto! Bagaimana jika kau terluka?!" Ia memaki kala itu.

"Apa yang dokter katakan tengtang olahraga berlebihan?! Lihat, lututmu membengkak!" Makinya di hari yang lain.

"Berapa kali kukatakan untuk memakan makananmu sampai habis?!" Sasuke berteriak dengan nada tertinggi yang ia miliki hingga tenggorokannya terasa sakit.

Saat itu Sasuke tau bahwa ia tertekan dalam rasa takut, takut kehilangan orang tersayang dan hormon remajanya membuat semua semakin buruk. Ia muda dan tidak memiliki kontrol diri yang baik.
Dan Naruto, ia yang paling tau, yang paling mengerti.

Naruto yang biasanya akan marah dan melawan balik setiap bentakan Sasuke, menjambak rambutnya dan tidak akan berhenti kecuali beberapa helaian reven itu terlepas.
Naruto saat itu adalah Naruto yang diam menunduk dengan rasa bersalah, sesekali menggumamkan kata 'maaf Sasuke.. ' dengan bisikan setipis kertas.
Tapi Sasuke tidak mendengarnya, ia tenggelam dalam rasa takut.

Minggu pertama mereka, Sasuke terbangun setiap dua jam sekali dalam kepanikan. Ia akan mendekatkan wajahnya pada Naruto, memejamkan mata dan merasakan nafas hangan dari sang sahabat. Terus seperti itu, menimbun kekuatan dan membisikan pada diri bahwa semua masih baik-baik saja.

Namun satu pagi yang tidak diharapkan datang, Naruto memuntahkan apapun yang ada dalam perutnya. Terus dan terus meski yang tersisa hanya air atau terkadang tidak menyisakan apapun dalam perut pemuda pirang itu.
Sasuke dapat merasakan pundaknya mendingin dan tangannya bergetar dalam rasa takut.
Ia mendekap Naruto seperti seorang ibu yang mendekap anaknya yang baru saja terjatuh dari seleda, kuat dan rapuh di saat yang sama.
.
.
.
Itu sudah menjadi pengetahuan umum dimana pasien pengidam kanker akan memiliki tekanan mental dan rentan mengalami stres, bagaimanapun juga mereka dihadapkan dalam kematian.

Sasuke terduduk di lantai rumah sakit dengan kaki yang di tekuk dan kepala yang terbenam. Berharap dapat mengubur diri beserta kebodohanya di lubang terdalam.
Naruto tertekan, stres. Itu yang dokter katakan. Dan itu salahnya.
.
.
.
Sasuke ingat, ia mengurung diri dalam kamar selama dua hari penuh, memarahi kebodohannya dan berharap lenyap dari dunia.
Di luar Naruto mengetuk pintu, menangis dengan suara seperti seorang anak yang ditinggalkan oleh ibunya di panti asuhan.
Meminta maaf pada Sasuke meski mereka tau tidak ada seorangpun yang salah diantara mereka.

Sasuke membuka pintu dan memeluk Naruto di suatu malam setelah mengurung diri. Mereka menangis bersama seoalah tidak akan ada hari esok.

Berjanji untuk saling menguatkan satu sama lain, menjadi sandaran untuk yang lemah.

Dan Sasuke belajar untuk melindungi Naruto dengan cara lain, tanpa kata-kata.
.
.
.
.
Itu adalah terakhir kali mereka membahas kanker yang Naruto derita.

Our story *sasunaru yaoi*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang