Haruto memasuki kamar dengan perasaan sangat bersalah, ia tidak memiliki niat sama sekali untuk mengkhianati pria manis yang sudah menjadi suaminya itu. Ini semua memang kesalahannya bagaimana bisa dia melupakan Doyoung yang telah bersamanya selama belasan tahun hanya karna masa lalunya yang tiba-tiba datang setelah dia meninggalkannya tanpa sebuah alasan.
Ia membuang napas berat, hatinya merasa sakit ketika melihat mata pria yang dicintainya itu sembab karenanya. Matanya menyisir setiap sudut ruangan kamarnya, mengingat setiap momen yang dia habiskan bersama Doyoung membuatnya kembali diliputi perasaan bersalah yang teramat dalam. Kakinya memilih membawanya melangkah ke arah kamar mandi.
Air pancuran dari shower yang dinyalakan mengalir dengan deras dan terasa dingin. Haruto menikmati guyuran air tersebut meski terasa menusuk kulitnya. Sekedar mendinginkan kepalannya yang terasa berkecamuk. Bayang-bayang rasa bersalah menyeruak menjadikan Haruto kian mengusak rambutnya kasar.
Ia menggeram tertahan, melampiaskan kebodohannya kepada dinding-dinding yang tak bersalah. Haruto terus memukulkan tangannya pada dinding kamar mandi tak peduli meski ruas jarinya mengeluarkan darah. Tak lama terdengar isakan pilu dari pria tersebut.
"Bodoh Haruto. Lo bodoh." Teriaknya menggema disana. Di kamar mandi yang dirancang kedap suara, hingga teriakannya bahkan tak terdengar dari luar. Haruto mengengadahkan kepalanya hingga air mengucur membasahi wajah.
"Maafkan aku Doyoung. Aku sungguh minta maaf." Batinnya terus mengucapkan kata maaf seolah Doyoung tengah berada di depannya. Air matanya kembali turun secara perlahan namun tersamarkan dengan derasnya air yang mengalir.
Haruto bukannya tidak tahu Doyoung disana. Ia sempat melihat perawakan pria manis itu di dalam mobil tengah menatapnya. Pandangannya berkaca-kaca membuat Haruto ingin segera mengejarnya.
Tapi sisi lain Haruto berkecamuk ketika Junkyu menahannya, senyuman cerah terpatri pada wajah sang mantan kekasih membuat langkah Haruto tercekat. Berakhir dia mengantarkan Junkyu sebelum kembali pulang.
Haruto pikir akan cepat pulang, nyatanya sebuah halangan baru menghadangnya kala Nyonya Kim menahannya untuk tetap tinggal. Haruto dilema, ia bahkan tak bisa tegas pada dirinya sendiri.
Flashback
Junkyu dan Haruto keluar dari restoran setelah mereka menyelesaikan makan malam. Entah sadar atau tidak tangan Haruto berada di pinggang ramping pria itu sejak mereka keluar dari dalam restoran.
"Aku seneng banget hari ini bisa habisin waktu sama kamu. Makasih ya." Ucap Junkyu dengan binar kebahagiaan yang terpancar jelas dari wajahnya, Junkyu tiba-tiba saja memeluk Haruto membuat sang empu reflek membalasnya. Sepersekian detik Haruto seakan kembali pada masa saat ia menjalin hubungan dengan pria itu. Semua memori indah, bahkan mampu menyingkirkan Doyoung dari pikirannya.
Senyum keduanya mengembang, tapi senyum Haruto perlahan-lahan meluntur saat ekor matanya tak sengaja menatap presensi Doyoung di seberang jalan. Haruto yakin tak salah lihat. Perawakannya, warna rambutnya, mobil yang dipakai, serta baju yang Haruto belikan saat perayaan lima bulan pernikahan. Langsung saja Haruto melepaskan rengkuhannya pada Junkyu membuat Junkyu terkejut sesaat.
Haruto secara reflek melangkah tapi tangan kecil Junkyu menahannya.
"Kamu kenapa?" Tanya Junkyu ketika melihat raut panik bercampur gugup dari pria tinggi didepannya. Haruto terdiam sejenak. "Ayo aku antar pulang." Haruto buru-buru masuk mobil dan meninggalkan Junkyu yang masih menatap bingung.
Selama perjalanan, Haruto tak merasa tenang. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Menyalip kendaraan yang berada di depannya dengan mudah yang membuatnya mendapat caci maki dari pengendara yang disalipnya bahkan segala omelan yang dilontar pria disebelahnya tidak ia hiraukan sama sekali. Pikirannya sekarang hanya dipenuhi oleh Doyoung. Apakah suami manisnya itu tadi melihat dirinya?
"Kamu kenapa, ada masalah ya?" Tanya Junkyu dengan raut yang masih shock karena kecepatan Haruto dalam mengendarai mobilnya bisa dibilang cukup gila. "Nggak papa. Aku langsung pulang ya." Junkyu hanya menganggukkan kepalanya tidak tahu harus merespon apa dan keluar dari mobil.
Belum juga Haruto kembali mengendarai mobilnya kaca disamping kemudi diketuk oleh wanita paruh baya. Haruto berdecak kesal, ia ingin segera pulang tapi kenapa ada aja yang menahannya.
"Haruto bisa kita bicara sebentar?" Tanya nyonya Kim setelah Haruto menurunkan kaca mobilnya.
"Ma Haruto sedang buru-buru." Ucap Junkyu yang masih berdiri disana.
"Sebentar aja kok, gak lama." Haruto menatap keduanya bergantian dan menganggukkan kepalanya bertanda setuju.
Flashback end
Haruto mendudukkan dirinya diatas kasur, tangannya meraih foto pernikahannya dengan Doyoung. Mengusapnya dengan perlahan, senyum tipis terbit dibibirnya kala sekelebat memori pernikahan mereka berputar di otaknya. Ada rasa bersalah ketika ia menatap foto itu dengan lama. Haruto meraih ponselnya dan memblokir kontak pria yang sudah membuatnya melupakan keluarganya.
Ia bertekad untuk segera memperbaiki kesalahannya dan akan segera memberikan Doyoung penjelasan esok hari.
Haruto merebahkan dirinya masih dengan foto mereka yang berada digenggamnya. Dirinya terlalu lelah dengan segala kekacauan yang ia buat sendiri. Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya memejamkan matanya yang terasa berat sambil memeluk bingkai foto pernikahan mereka.
—♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me || Harubby
FanfictionWatanabe Haruto adalah suami dari Park Doyoung. Mereka sudah lama menikah dan sudah dikaruniai dua orang putra. Mereka menjalani hidup sebagai keluarga harmonis, tapi semua itu berubah saat tiba-tiba masalalu Haruto hadir ditengah kehidupan mereka d...