010

1.6K 139 73
                                    

Haruto duduk dikursi taman belakang rumahnya setelah berhasil terlepas dari pelukan putri kecilnya itu, semoga saja ia tidak terbangun dan menangis saat tidak mendapati Haruto disisinya.

Haruto berniat untuk menjelaskan semuanya kepada Doyoung meskipun ia sendiri tidak yakin kalau Doyoung akan menerima semua penjelasannyaa dengan mudah. Setidaknya ia sudah berusaha dan berjanji akan memperbaiki hubungan keduanya.

Ia melamun menatap kolam kecil yang berada didepannya, entah apa yang dipikirkannya sampai tidak menyadari jika suami manisnya itu sudah mengambil tempat disebelahnya. Doyoung duduk dalam diam, dia juga tidak berniat untuk memulai percakapan terelebih dahulu sampai akhirnya dia bosan karena Haruto tidak segera tersadar. Dengan terpaksa ia harus bicara lebih dulu, jika tidak ia tidak tau sampai kapan selesainya.

"Mau sampai kapan ngelamunnya?" Haruto terkejut dan menoleh kesamping kanan saat mendapati suara yang sedikit sinis itu masuk indra pendengarnya.

Haruto tersadar dan memutar tubuhnya menghadap Doyoung sepenuhnya. "Kamu udah daritadi?" Doyoung memutar bola matanya, "menurut kamu? jadi apa yang mau kamu jelasin."

Doyoung sama sekali tidak melihat kearah Haruto, ia hanya meliriknya sesekali. Haruto yang menyadari itu mengambil napas sebelum akhirnya ia mulai bercerita. "Aku ketemu lagi sama dia." kalimat pertama yang keluar dari bibir Haruto berhasil menarik atensi Doyoung. Doyoung menatap Haruto dengan ekspresi yang sulit dibaca, segala spekulasi bersarang dikepala Doyoung. Doyoung mengetahui cerita masalalu suaminya itu dengan mantan kekasihnya tapi dia tidak tahu bagaimana rupa orang tersebut dia hanya tahu namanya saja. Entah bagaimana ia jadi tidak siap mendengar kelanjutan cerita yang akan disampaikan suaminya itu.

"Dia tiba-tiba balik lagi dan nemuin aku di kantor, aku juga nggak tau dia tahu perusahaanku darimana. Disana dia bilang kalo dia pergi atas suruhan keluarganya karena gangguan mental. Kakeknya nuntut dia buat jadi sempurna karena dia cucu pertama." Doyoung tertawa pelan mendengar sepenggal cerita dari Haruto.

"Terus? Kamu mau balik sama dia buat nembus waktu yang nggak kalian lalui bersama gitu?" Haruto menggeleng cepat. "Nggak, Aku nggak pernah mau hianatin kamu, Aku cuma-"

"Cuma jalan? Cuma flashback? Cuma reuni? Cuma apa?" Doyoung berusaha mati-matian menahan sesak yang siap meledak kapan saja. Ia menepis tangan Haruto yang hendak merengkuhnya. "Jangan dulu." Doyoung menggeser duduknya sembari membuang pandangan ke arah lain. Air matanya sudah menumpuk di pelupuk, siap jatuh kapan saja.

"Aku nggak ngerti lagi apa yang ada dipikiran mu waktu itu. Tau nggak sih? Aku sakit hati banget lihat kamu ketawa-ketawa bareng mantan kamu. Tapi Aku lebih sakit lagi waktu liat Eunseo nangisin Daddy-nya yang ternyata lupa sama dia. Aku benar-benar nggak habis pikir."

"Kamu aja bisa dengan mudah ngelupain aku yang udah sama kamu belasaan tahun daripada sama dia yang baru jalan dua tahun. Emang bener ya kita tuh gak bisa bersaing sama masalalu." ucapnya diakhiri kekehan. "Segitu berartinya dia buat kamu, kalau kamu udah nggak cinta sama aku bilang Haru, nggak perlu sembunyi-sembunyi." Air mata Doyoung menetes karena ia sudah tidak tahan lagi. Sejuta sesak kian sesak saat Haruto hanya diam.

"Kamu kalau mau cerai-"

"NGGAK! Nggak mau, nggak boleh." Haruto duduk bersimpuh di depan Doyoung dengan air mata yang sudah mengalir.

"Kamu marahin aku, kamu pukul aku sepuas mu tapi jangan pergi. Kamu boleh marah lebih lama tapi jangan pergi, kamu boleh ngatain aku bodoh atau apapun aku terima tapi jangan pergi. Aku nyesel, maafin aku." Haruto menyembunyikan wajahnya di paha Doyoung. Menangis sesegukan tak peduli wibawanya akan hilang karena ini. Tak peduli wajahnya bengkak esok pagi. Yang ia tahu suaminya tidak boleh pergi. Haruto tak sanggup jika itu terjadi.

Stay With Me  || HarubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang