Doyoung duduk termenung ditempatnya. Ia merasa kesepian padahal disekitarnya sangat ramai akan orang yang berlalu lalang dan suara bising dari orang-orang tersebut.
Dirinya tengah berada di festival bazar, setelah berhasil kabur dari rumah tanpa sepengetahuan para bodyguard. Semua itu juga karena bantuan Junghwan dan Yoshi yang telah mengalihkan perhatian bodyguard yang berjaga, dan juga berkat pintu rahasia yang berada di halaman belakang rumahnya. Untung saja disana tidak terdapat kamera pengawas, sepertinya sang ayah tidak menduga jika dirinya menemuka sebuah pintu rahasia disana.
Doyoung duduk disalah satu kursi yang tersedia sembari memakan makanan yang telah dibelinya. Meskipun dirinya terlihat sibuk mengunyah makanannya, namun pikiran dan jiwanya entah pergi kemana. Sudah dua hari sejak mediasi mereka waktu itu, dan sekarang Doyoung sangat merindukan Haruto.
Doyoung semakin merapatkan jas yang dipakainya. Ia tidak peduli banyak yang menatap aneh kearahnya karena memakai jas di festival, tapi Doyoung mengabaikan. Ia hanya ingin merasakan kehadiran Haruto melalui aroma dari jas tersebut. Haruto memberikan jasnya kepada Doyoung atas permintaannya sebelum pulang kemarin. Beruntung sang ayah tidak menyadarinya.
Wajah yang terlihat tenang berbanding terbalik dengan kepalanya yang memikirkan apakah keputusan yang dia ambil sudah benar? Apakah Haruto akan benar-benar berubah jika ia berikan kesempatan lagi? Apakah putra sulungnya masih membenci Haruto?
Helaan napas lelah kembali terdengar sebelum akhirnya Doyoung bangkit dari duduknya. Sepertinya sudah terlalu lama ia duduk disana.
Doyoung berniat untuk mencari dimana Junghwan dan Yoshi berada. Doyoung tidak bisa menelpon atau berbalas pesan dengan Junghwan maupun Yoshi, karena ponselnya sengaja ia tinggalkan di rumah, takut-takut sang ayah akan melacak keberadaannya melalui ponsel tersebut.Langkah pelannya ia bawa dimana tempat terakhir mereka berpisah sebelum tiba-tiba ada yang menarik tangannya dan membawanya ketempat sepi, Doyoung sempat memberontak sebelum pukulan dibelakang kepalanya ia rasakan.
Dengan kesadaran yang hampir menghilang Doyoung melihat seorang pria dengan topi dan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Ia tidak mengenalnya. Siapa pria itu? Apa yang akan dia lakukan padanya?
Gelap, ketika tiba-tiba kepalanya ditutup oleh kain hitam. Dalam hati Doyoung berdoa meminta pertolongan, tolong kirimkan siapapun untuk menolongnya.
****
Satu tamparan terdengar begitu nyaring, membuat Doyoung terbangun dari pingsannya. Dengan mata yang menyipit menyesuaikan cahaya yang masuk, ia melihat seorang wanita paruh baya yang berdiri tidak jauh darinya.
"Sudah bangun tuan muda?" Sarkas wanita tersebut dengan tawa remeh.
Doyoung memusatkan pandangan, ia merasa tidak asing dengan suara wanita itu.
Nyonya Kim?
"Kaget ya? Hahaha sebenarnya saya sudah lama ingin membunuhmu, tapi ternyata ayahmu benar-benar menjaga putra tunggalnya ini." Nyonya Kim berbicara sembari memutari tubuh Doyoung yang terikat di kursi.
Ringisan keluar dari bibir Doyoung kala rambut belakangnya dicengkeram oleh wanita didepannya. "Tapi kamu malah mempermudah pekerjaan saya."
"Apa mau anda nyonya? Bukankah saya sudah mengizinkan suami saya untuk membantu putra anda? Bahkan putri saya meninggal gara-gara putra anda. Lalu sekarang apa lagi yang harus saya korbankan untuk putra gila anda?" Sarkas Doyoung.
Tamparan kembali Doyoung dapatkan, bahkan kini sudut bibirnya mengeluarkan darah saking kuatnya tamparan tersebut.
"Haruto tidak akan pernah kembali pada Junkyu asal Nyonya tau. Karena bagi Haruto, Junkyu tidak begitu berati. Lagipula siapa juga yang mau sama orang gila, 'kan?" Lanjut Doyoung dengan tawa remeh. Membuat Nyonya Kim kembali tersulut emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me || Harubby
FanfictionWatanabe Haruto adalah suami dari Park Doyoung. Mereka sudah lama menikah dan sudah dikaruniai dua orang putra. Mereka menjalani hidup sebagai keluarga harmonis, tapi semua itu berubah saat tiba-tiba masalalu Haruto hadir ditengah kehidupan mereka d...