Selamat membaca!
Tubuh itu hanya bisa termenung menyaksikan seseorang yang hanyut dalam alam mimpinya dengan rasa sakit. Setelah mendapatkan perawatan pada lukanya Lisa kembali dibawa pulang dengan Jennie yang tidak pernah pergi disisinya, itu seperti sebuah bisikan untuk tidak menjauh.
Jennie melihat raut wajah adiknya yang kini berubah pucat. Gadis itu tidak habis pikir untuk apa Lisa membelanya sampai seperti itu? Seharusnya dia senang jika orang yang selalu membentaknya dalam kesakitan.
"Nona Jennie, biar saya bangunkan nona Lisa, dia harus minum obat" Yang ahjumma datang dengan langkah perlahan membawa nampan yang berisikan makanan dan obat yang akan diberikan pada Lisa.
"Biar aku saja" Jennie meraih nampan itu dengan perlahan kembali duduk di kursi sebelah ranjang Lisa.
Setelah ini dia harus menjelaskan sesuatu yang sudah menjadi rahasianya sejak lama. Lisa selalu beranggapan dengan apa yang dipikirkannya tetapi itu tidak seperti yang ia pikirkan.
Mata coklat itu terbuka secara perlahan. Yang pertama Jennie rasakan adalah kegugupan karena matanya bertemu dengan manik sang adik.
"Eonni" Lisa tersenyum cukup tipis, dia masih takut dengan tatapan tajam Jennie yang mengarah padanya.
"Duduk, habiskan makanan ini" Jennie megintruksi sambil menyondorkan nampan di tangannya ke pangkuan sang adik.
"Aku butuh penjelasannya, eonni, aku ingin tau semua hal yang selama ini kau sembunyikan"
Jennie terdiam sekali lagi. Ini mimpi buruk baginya, dia memang tidak pernah mengakui Lisa sebagai adiknya tetapi dia selalu ingat bahwa dia sudah berjanji kepada ibunya untuk tidak mengatakan latar belakang Lisa yang sebenarnya.
"Jennie eonni–"
"Kau tidak perlu tau apapun"
"Berhenti mempermainkan ku, eonni"
"Lisa!"
Lisa menelan salivanya sebelum kembali berkata "Apakah aku sebegitu tidak pantasnya tau tentang apa yang seharusnya aku ketahui sejak lama" Persetan dengan kebencian Jennie yang akan meningkat padanya, ini pertama kali Lisa membantah kakaknya.
Jennie menyisir rambutnya kasar, terlihat dari raut gadis itu yang terdapat begitu banyak tekanan. Lisa benci saat melihat kakaknya kesulitan tetapi untuk sebuah fakta baru dia harus rela bahkan dengan nada membentaknya.
"Siapa aku sebenarnya, eonni?"
"Kau adikku, puas?"
Lisa tertawa tanpa humor, adik? Apa Jennie menganggapnya? Tentu saja tidak. Jennie hanya beralasan agar dia terjauhkan dari topik itu.
"Dimana eomma-ku?" Lisa kembali bertanya dengan air mata yang mulai menetes, dia frustrasi menunggu jawaban yang tak kunjung ia dapatkan.
"Kau tau jawabannya, eomma sudah–"
"Aku bertanya tentang eomma-ku, bukan eomma-mu" penekanan setiap kata di kalimat Lisa membuat Jennie terdiam. Apa yang berbicara itu barusan adiknya? Dari mana gadis itu memiliki keberanian.
"Dengar, kau bahkan tidak perduli dengan semua yang telah terjadi" balas Jennie dengan tatapan kebencian pada gadis yang sudah menangis di depannya.
"AKU TIDAK TAU APAPUN DISINI!"
"TURUNKAN NADA BICARAMU, LISA!"
"Maaf, kau benar, seharusnya aku tidak bertanya, dan biarkan saja aku penasaran sampai kematian menjemputku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eonni, Peluk Aku [OnGoing]
Teen Fiction"Dari awal keberadaanmu tidak diinginkan, kau hanya beban yang selama ini aku tanggung, jadi silahkan menjauh dari kehidupanku" Jennie Kim. "Apa keberadaanku selalu menghancurkan kebahagiaanmu eonni, jika iya biarkan aku pergi dari kehidupan ini. A...