Selamat membaca
Sore ini angin bertiup sangat kencang tak membuat seorang gadis merasakan terganggu dengan hawa yang cukup dingin. Gadis itu berjongkok dengan tangan yang tak berhenti mengusap nisan yang mengukir nama adiknya.
"Apa kau baik-baik saja disana, Yeri-ya?" tidak terasa air matanya ikut menetes seiring suara yang bergetar itu keluar "Eonni merindukanmu"
Begitulah setiap ia mengunjungi makam sang adik, dia hanya bisa menitihkan air matanya. Sudah lama sejak ia melihat senyum indah yang setiap hari terlukis di raut wajah gadis yang bernama Yeri itu, namun sekarang ia hanya bisa membayangkan saja bagaimana kisah bahagia mereka dulunya yang tidak bisa terulang lagi.
"Maafkan eonni, saat itu eonni tidak bisa berbuat apapun untukmu" gadis itu beralih mengusap air matanya dengan kasar "Tetapi eonni janji, eonni akan membalas semuanya untukmu"
Dia terlalu larut dalam pikirannya sampai tidak merasakan hujan yang kini mulai turun membasahi mantel tebal miliknya sampai seseorang datang untuk melindunginya dari balik payung.
"Ayo pulang eonni, ku rasa cukup untuk waktu berkunjungnya"
"Aku selalu berat saat berkunjung kesini dan tiba waktunya untuk pulang, aku seperti menjadi kakak yang buruk karena meninggalkannya sendirian"
"Dia juga mengerti keadaannya, Seulgi eonni tenang saja, di mataku yang baru mengenalmu saja kau sudah menjadi kakak yang luar biasa apalagi di mata adikmu yang sudah kau urus bertahun-tahun"
"Aku selalu berusaha menjadi kakak yang baik, Lisa"
"Aku sangat iri, kenapa aku tidak punya kakak sepertimu" keduanya kini terkekeh, Seulgi merasa bahagia saat Lisa yang sudah tidak bersikap canggung lagi terhadapnya.
"Kau sekarang menjadi adikku" celetuk Seulgi tiba-tiba membuat senyum di wajah Lisa terlihat lebih lebar. Namun bagaimanapun juga ada seseorang yang tidak akan tergantikan di hatinya, gadis kucing yang akan selalu dia miliki sebagai kakak terbaik.
Keduanya kini berada di mobil dan bertujuan untuk segera pulang. Meskipun hujannya sedikit deras tetapi Seulgi tetap akan melajukan mobilnya, tentu saja dengan kecepatan rendah dan hati-hati.
Sementara Lisa yang sejak tadi merasa tidak tenang, dia tidak suka setiap kali hujan turun. Bukan tanpa alasan, Lisa tau sang kakak yang selalu merasa takut saat sedang hujan apalagi sudah ada petir, namun bagaimana lagi kali ini dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Lamunan Lisa dikejutkan oleh dering ponsel milik Seulgi, Lisa sedikit menoleh namun gadis yang di sebelahnya itu capat-cepat meraih ponselnya seolah tidak ingin dilihat oleh Lisa.
"Ne, saya akan segera kesana" Seulgi hanya mengatakan itu sebelum sambungan telponnya ia matikan.
Hanya menempuh 45 menit kini mereka sudah sampai di kediaman Seulgi. Lisa sebenarnya ingin menanyakan sesuatu namun ia urungkan saat mendengar Seulgi yang bertanya terlebih dahulu "Apa kau tidak apa-apa sendirian di rumah, aku harus pergi ke suatu tempat, Lisa-ya?"
Lisa menggeleng cepat "Tentu saja Seulgi eonni, aku bukan bayi lagi yang harus diawasi seharian penuh" Seulgi terkekeh sambil mengacak kasar rambut Lisa dengan gemas.
"Baiklah adik kecil, hati-hati di rumah aku akan segera kembali"
"Seharusnya aku yang mengatakan hati-hati pada eonni, sekarang sedang hujan dan kau harus menyetir"
"Kau mengkhawatirkanku, waahh aku senang sekali, akhirnya setelah sekian lama ada yang mengkhawatirkanku juga"
"Ah sudahlah, pokoknya Seulgi eonni harus hati-hati"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eonni, Peluk Aku [OnGoing]
Teen Fiction"Dari awal keberadaanmu tidak diinginkan, kau hanya beban yang selama ini aku tanggung, jadi silahkan menjauh dari kehidupanku" Jennie Kim. "Apa keberadaanku selalu menghancurkan kebahagiaanmu eonni, jika iya biarkan aku pergi dari kehidupan ini. A...