Suasana di ruang keluarga mansion Uzumaki itu terasa sangat hangat. Lelucon renyah yang dilontarkan Kushina mampu membuat suasana berisik terjadi. Naruto sempat dibuat bingung dengan Hinata yang ternyata memiliki selera humor yang sama dengan Ibunya. Naruto tidak mengerti letak kelucuan nya, sedangkan gadis itu kerap kali menanggapi Ibu Naruto lalu mereka berdua tertawa. Selera humor yang payah menurut Naruto.
Saat ini Naruto dan Hinata duduk santai bersama Ibunya sudah sekitar 30 menit sejak kedatangan Hinata. Kedatangan keduanya tadi disambut baik oleh Kushina. Wanita paruh baya itu tanpa segan langsung memeluk erat Hinata sembari berteriak girang.
"Aku sangat bersyukur akhirnya puteraku menyukai perempuan."
Kalimat yang diucapkan dengan santai oleh Kushina tetapi terdengar ambigu di telinga Hinata, ia melirik ke arah Naruto yang saat ini menatap kesal pada Ibunya.
"Uzumaki-san tidak menyukai perempuan?" delikan tajam dari mata safir itu adalah jawaban yang Hinata dapat, membuat gadis itu menunjukkan cengirannya. Berbeda dengan Naruto yang kesal, sang Ibu malah tertawa mendengar pertanyaan itu.
"Tidak." Kening Hinata mengernyit tak paham, "Setidaknya karena kehadiranmu, membuat kemungkinan itu tidak terjadi."
Hinata hendak kembali membuka suara, "Sekali lagi kau asal bicara, aku akan menyumpal mulutmu itu!!" bisikan berisi ancaman dari sang pemuda pirang, membuat Hinata menutup mulutnya rapat.
"Tidak perlu takut pada si kuning ini Hinata-chan!" Hinata menoleh pada Kushina, "Dia itu hanya di luar nya saja galak dan suka menyuruh orang seenaknya, aslinya dia adalah anak yang manja."
Hinata mengangguk-anggukan kepalanya. Sebagai tanda bahwa dirinya menyetujui opini tersebut. "Ternyata begitu.."
Alis Naruto berkedut kesal mendengar dua orang perempuan di hadapannya ini.
Setelah menghabiskan waktu cukup lama di sana, akhirnya Hinata pamit untuk pulang, tentu saja setelah persetujuan dari Naruto. Naruto pun pamit pada sang Ibu untuk mengantar Hinata.
Kushina melambaikan tangannya sesaat setelah mobil Naruto meninggalkan mansion mereka. Wanita paruh baya itu tiba-tiba berekspresi datar, ia pun menghela nafas "Dasar anak itu."
Kushina bukanlah orang bodoh yang akan percaya begitu saja jika mereka benar-benar menjalin hubungan, walaupun ia bisa melihat cara anaknya memperlakukan Hinata 'berbeda'. Tapi setidaknya ia tahu bahwa Hinata adalah gadis yang baik. Jangan ragukan kemapuannya, ia pandai menilai seseorang dan jarang sekali meleset. Mungkin setelah ini ia akan mengawasi kedua orang itu.
.
Di dalam mobil, Naruto melirik ke arah Hinata yang tampak diam saja di kursinya. Ia tahu bahwa ibunya tidak akan semudah itu mempercayai hubungannya dengan Hinata. Kemungkinan yang akan terjadi adalah Kushina akan mengirim orang untuk memata-matai hubungannya dengan Hinata.
"Mulai sekarang kita harus berakting sebagai sepasang kekasih."
Hinata berdecak, "Tidak usah diingatkan, aku jadi kesal mendengarnya."
"Dengar! Ibu ku bukanlah orang bodoh yang akan percaya begitu saja bahwa kita berdua berpacaran. Jadi mungkin ia akan memata-matai kita, jadi jangan bertindak ceroboh, mengerti!!"
Wajah gadis itu semakin tertekuk, ia masih memiliki masalah lain, dan kini Naruto datang membawa masalah baru untuknya.
***
Sasuke mengetuk pintu kamar kakak perempuannya, setelah beberapa saat Izumi membuka pintu dan mempersilahkan sang adik untuk masuk.
"Ada apa?" Ia tahu Sasuke bukanlah orang yang menyukai basa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Season
FanfictionDisclaimer Naruto © Masashi Kishimoto Tidak pernah terfikir oleh Hinata untuk menjadi bagian dari babak baru dalam kisah mereka. Ini hanya tentang seorang gadis yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah cerita dan mendadak menjadi salah satu tokoh uta...