Chapter 19

630 128 22
                                    

Naruto menatap datar pada es krim stik di tangan nya, mata nya lalu beralih pada gadis yang kini tengah menikmati es krim yang sama dengan nya dengan begitu lahap.

"Jadi ini traktiran mu?"

Hinata menatap Naruto lalu mengangguk antusias.

Semua ini bermula dari Hinata yang berkata bahwa hari ini dia sedang sangat bahagia dan ingin merayakan nya. Jadi, seusai mengerjakan hukuman dari Kakashi, dia menawarkan pada Naruto untuk mentraktir majikan nya itu. Naruto yang sebenarnya tahu alasan kebahagiaan Hinata itu hanya mengiyakan saja saat Hinata berkata ingin mentraktir. Walau ternyata 'traktiran' yang dimaksud Hinata tidak sesuai dengan ekspektasi Naruto. Gadis itu membawa nya ke sebuah mini market di dekat sekolah mereka.

"Traktiran yang murah sekali."

Bibir Hinata berkedut kesal mendengar pernyataan Naruto, "Kalau tidak mau ya sudah. Kemarikan!"

Naruto buru-buru melahap kudapan dingin itu, sebelum Hinata mengambil nya. "Tidak baik meminta lagi sesuatu yang sudah diberikan kepada orang lain."

"Tidak baik juga jika tidak menghargai pemberian orang lain." Gadis itu mencebik kesal.

Naruto melipat kedua tangan nya di depan dada, "Kau tahu? Aku sudah memperhatikan ini." Hinata mengernyit, "Semakin lama kau semakin berani dengan tuan tampan mu ini huh?"

Wajah tampan itu bertambah menyebalkan di mata Hinata, "Hanya perasaanmu saja." Hinata tertawa hambar.

Kedua remaja itu kini melangkah di sepanjang trotoar sore itu. "Ngomong-ngomong, kenapa kau tidak mengajak teman-teman mu?"

Mata amethyst itu menatap sejenak Naruto yang berdiri di samping nya sebelum akhirnya kembali mengalihkan pandangan nya ke depan.

Kenapa? Kenapa Hinata merayakan ini bersama dengan Naruto?

Sebelumnya, ia pikir bahwa akan terlalu banyak pertanyaan dari ketiga orang sahabat nya jika Hinata tiba-tiba mentraktir sesuatu. Tapi Hinata pikir ada alasan lain sekarang, ia rasa hal ini lebih baik dirayakan bersama Naruto. Mungkin karena pemuda ini berstatus sebagai kekasih palsu nya.

"Entahlah." Kaki berbalut sepatu putih itu kini menapaki pinggiran trotoar yang lebih tinggi, berjalan lurus mengikuti garis di sana. "Kupikir akan timbul banyak pertanyaan tentang es krim itu. Lagi pula, sepertinya itu memang harus diberikan pada Uzumaki-san."

Naruto mengernyit, menatap Hinata yang masih berjalan lurus mengikuti garis sempit itu. Berjalan sembari mencoba menyeimbangkan langkah, seolah meniti tali kecil di ketinggian.

"Aku?"

Kepala indigo itu mengangguk ragu, membuat Naruto sempat berpikir apa mungkin Hinata mengetahui tentang dirinya yang berada di bandara. Kedua orang itu saling menatap lamat, sebelum akhirnya Hinata kembali membuka suara.

"Es krim yang dingin itu bisa membantu menyejukkan kepala Uzumaki-san agar tidak terlalu sering marah-marah." Hinata tertawa keras, karena merasa berhasil mengerjai orang di depan nya. "Maaf-maaf, aku bercanda."

Gadis itu menghentikan tawa nya ketika mendapati aura mencekam dari arah depan nya. Ia kemudian menelan saliva nya dengan pelan sembari waspada.

"Apa kau tahu dimana kita sekarang?" pemuda itu berkata sembari tersenyum lebar, Hinata menatap sekitar dan menyadari bahwa mereka sudah berada di pinggir jembatan besar yang ada di kota mereka. "Bagaimana jika kau berenang?"

Mata amethyst nya melirik ke bawah sungai besar di sana, sepertinya ia mengerti maksud Naruto.

"Mau aku bantu?"

New SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang