Chapter 3

908 142 32
                                    

Hinata tidak memperdulikan keributan yang disebabkan oleh teman-temannya di kelas, mereka kini sedang menunggu Guru yang akan mengajar. Ia kini terlihat seperti seorang yang putus asa, meletakkan kepalanya di atas meja dan menatap keluar jendela. Ia bahkan mengabaikan pertengkaran Kiba dan Tamaki yang sedang berdebat tentang mana yang lebih mahal antara biaya perawatan untuk anjing dan kucing.

Hinata sedang meratapi nasib malang yang ia hadapi sejak kemarin. Semalam dia dan Sasuke mendapat kesempatan untuk berbicara berdua.

Flashback On

Malam ini sinar bulan begitu terang, bahkan bisa terlihat dengan jelas ikan-ikan berwarna indah yang merupakan peliharaan kesayangan dari Hyuuga Hiashi di dalam kolam yang terdapat di taman belakang pekarangan mereka. Terlihat dua orang remaja yang kini tengah berjalan di taman tersebut.

Hinata hanya bisa menggerutu dalam hati karena harus berurusan dengan Uchiha Sasuke yang merupakan siswa yang terkenal begitu dingin. Gadis itu terus menunduk sembari berjalan di belakang Sasuke, setelah acara pertunangan mereka, para orang tua meminta mereka mengobrol berdua.

Ia masih saja menunduk dengan wajah ditekuk, lalu tiba-tiba ia memekik ketika punggung seseorang yang berhenti mendadak ia tabrak. Hinata mengusap pelan hidungnya, Sasuke yang sudah berbalik menatap gadis yang hanya setinggi dadanya itu.

"Dengar.." Hinata mendongak memperhatikan Sasuke, pemuda itu lalu menghela nafas, "kita harus membatalkan perjodohan ini." Ucapan Sasuke membuat Hinata diam sesaat lalu dengan cepat menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat.

"Tapi.. bagaimana? Apa kita akan kabur? Tapi bukankah itu akan mempermalukan kedua keluarga? Dan jangan lupakan nasib buruk yang akan menimpa kita seperti yang dikatakan para tetua." Hinata tiba-tiba merengek membayangkan kutukan yang akan mereka terima jika berbuat ulah. "Aku tidak mau kena kutukan!!???"

Sasuke berdecak kesal pada gadis yang ternyata cukup cerewet ini, "Kita tidak akan kabur!" Sasuke juga masih menyayangi dirinya, ia tidak mau menerima nasib sial yang dipercaya klannya akan menimpa siapa saja yang dengan sengaja berbuat ulah melanggar peraturan. Bukannya ia percaya atau apa, tapi memang ramalan dan kutukan yang sering dikatakan Kakeknya itu hampir semua terbukti, kecuali pada satu orang.

Hinata menghentikan tangisan merengeknya dan kembali menatap Sasuke, "Kita tidak kabur? Lalu bagaimana kita membatalkannya?"

Sasuke menghela nafas dan mengalihkan pandangannya, "Apa kau tahu jika awalnya bukan kita yang akan dijodohkan?"

"Apa??" Hinata terkejut mendengar ucapan Sasuke.

"Kau benar-benar tidak mengetahui hal ini?" Hinata menggeleng, "Nee-sama ku yang seharusnya dijodohkan dengan kakakmu." Hinata terkejut, ia bahkan tidak tahu jika keluarga Uchiha memiliki seorang keturunan wanita. Di pertemuan malam ini pun ia hanya dikenalkan dengan orang tua Sasuke dan kakak laki-lakinya yang sudah menikah dan memiliki anak.

"Kau memiliki seorang kakak perempuan?" tanya Hinata keheranan.

Sasuke mengangguk, "Ia anak perempuan pertama yang dimiliki Uchiha selama tiga generasi. Kakek dan Ayah begitu menyayanginya, jadi mereka menuruti apapun yang Nee-sama inginkan, termasuk menolak perjodohan ini. Mereka tidak mau sampai menyakiti perasaan putri kesayangan para Uchiha itu."

Hinata terkejut mendengarnya, seberapa spesial wanita berdarah Uchiha itu? Bahkan ia mampu menolak perjodohan yang direncanakan oleh klannya yang terkenal ketat dengan peraturan itu.

Satu lagi yang mungkin dapat Hinata simpulkan bahwa Neji tidak bisa menikah dengan Uchiha bukan hanya karena ia laki-laki, buktinya Uchiha juga memiliki anak perempuan. Tetapi alasan yang sebenarnya mengapa bukan Neji adalah penolakan yang dilakukan oleh tuan putri Uchiha itu

New SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang