Chapter 22

1.2K 132 62
                                    

Shion terbelalak ketika mendapati keributan yang terjadi di depan rumah besar milik nya. Di depan sana, kedua orang tuanya tengah berdebat dengan beberapa orang berjas yang hendak memasang papan penanda bertuliskan 'DISITA'. Gadis berambut pirang itu tidak bisa berbuat apapun dan hanya menatap ke arah kedua orang tua nya yang kini sudah terduduk lemas di depan gerbang besar mereka.

Sang ibu terlihat berusaha menenangkan Ayah nya yang kini tampak kacau selepas kepergian orang-orang itu. Ia tidak pernah benar-benar tahu apa yang sedang terjadi pada Ayah nya yang beberapa waktu belakangan ini tampak sangat sibuk. Sampai kejadian hari ini menjelaskan semuanya.

"Ayah!!"

Gadis yang masih mengenakan seragam SMA nya itu kini berlari ke arah sang Ayah saat tiba-tiba saja pria yang paling dicintai nya itu terjatuh tak sadarkan diri. Dia tidak pernah menyangka bahwa hal ini akan terjadi pada hidup nya, pun tidak pernah tahu bagaimana nasib buruk lain yang sedang menanti nya.

.

Shion dengan setia duduk di samping sang Ayah yang kini terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit. Dalam hati nya Shion hanya bisa berdoa untuk kesembuhan sang Ayah. Beberapa saat kemudian, pintu ruang rawat itu terbuka, sang ibu masuk setelah menyelesaikan urusan dengan pihak rumah sakit. Wanita paruh baya itu kini berdiri di samping putri semata wayang nya.

"Dokter bilang Ayahmu mengalami serangan jantung." Kabar itu membuat gadis pirang itu terdiam, bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi?"

Selama ini dirinya memilih untuk menutup telinga meski tahu bahwa sang Ayah sedang menghadapi masalah. Tapi karena kejadian ini, membuat Shion harus mengetahui kebenaran nya.

"Perusahaan kita sedang mengalami kerugian besar. Ayah mu berusaha mati-matian untuk mempertahankan agar kita tidak mengalami kebangkrutan, akibatnya hutang perusahaan membengkak. Beberapa investor bahkan memutus kerjasama nya." Wanita itu mengusap pelan air mata di pipi nya, "Beberapa bulan lalu MK group berjanji akan membantu dan tidak akan memutuskan kerja sama seperti yang lain. Hal itu menjadi angin segar untuk Ayah mu mengingat perusahaan raksasa itu bersedia untuk tetap bertahan.

"Tapi, tiba-tiba saja mereka menghubungi bahwa tidak dapat lagi untuk mempertahankan itu dan memutuskan untuk juga menarik kerjasama. Ayahmu benar-benar putus asa." Ibu tidak dapat menahan nya lagi, ia benar-benar menangis tersedu sekarang. "Siang tadi adalah puncak nya, dimana pihak bank menyita semua yang kita miliki termasuk rumah."

Shion masih terdiam di tempat nya, enggan merespon apapun terhadap cerita itu. Ia merasa ingin tertawa keras dan berteriak mendengar nasib tragis yang menimpa keluarga nya sekarang.

"MK group.." ia tahu pasti perusahaan besar itu dan siapa pemilik juga calon penerus nya. Jika tebakan nya benar, maka alasan satu-satu nya pemutusan kerjasama itu adalah karena 'tuduhan' lain mengenai dirinya. "Uzumaki Naruto." Tatapan mata itu berubah penuh dengan kebencian dan dendam.

.

Naruto tidak berniat mendengarkan ocehan Sai yang kini tengah menceritakan mengenai hubungan nya dengan Ino. Sama hal nya dengan Naruto, Shikamaru hanya diam mengabaikan sembari menikmati cemilan yang telah mereka pesan. Ketiga orang itu sekarang tengah berada di salah satu kafe yang menjadi tempat langganan mereka untuk berkumpul.

Naruto yang saat ini menyandarkan tubuh nya di kursi terlihat beberapa kali mengecek ponsel nya, sambil sesekali terdengar decakan kesal dari bibir nya. Pemuda itu tengah menunggu kabar dari Hinata yang belum membalas pesan nya sejak siang tadi. Gadis itu akhirnya keluar dari Rumah Sakit pagi tadi setelah Dokter memastikan bahwa keadaan nya sudah membaik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

New SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang