Sasuke dan Hinata buru-buru menutup pintu mobil dan bergegas masuk ke bandara. Kedua orang siswa berseragam itu kini berlari mencari keberadaan Izumi.
Hinata menghentikan langkah nya untuk menatap sekeliling sembari mencoba menghubungi Neji. Beberapa saat kemudian suara sang kakak dengan nafas yang terengah terdengar di seberang sana.
"Kakak dimana? Apa kau berhasil menemui Izumi?"
"Aku di bandara, sedang mencoba pergi ke dekat pintu masuk."
"Aku dan Sasuke akan segera menyusul ke sana untuk mencari nya."
"Kalian menyusul-"
Hinata mengakhiri panggilan itu dan bergegas menemui Sasuke. Mungkin mereka harus mencoba untuk mencari ke bagian lain. Gadis itu mengedarkan pandangan nya dan menemukan Sasuke yang berdiri cukup jauh darinya. Decakan kesal terdengar dari bibir Hinata karena mendapati pemuda itu yang hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun.
"Sasuke!"
Tubuh jangkung itu berbalik dengan mudah ketika Hinata menarik lengan nya. Mata Hinata terbelalak saat mendapati keadaan Sasuke yang terlihat tidak baik. Pemuda itu terlihat begitu pucat dengan keringat yang membanjiri wajahnya. Hinata ingat bahwa ini pernah terjadi sebelumnya, pemuda itu kembali mengalami serangan panik.
Lengan mungil itu segera menarik Sasuke untuk menjauh dari kerumunan orang-orang di sana. Hinata mendudukkan Sasuke di salah satu kursi.
"Kau harus pergi.."
Hinata menatap Sasuke yang duduk tepat di sebelahnya. Pemuda itu masih berusaha mengatur nafas nya, gadis itu lalu mengalihkan pandang pada lengan Sasuke yang masih bergetar hebat. Setelah menghela nafas pelan, Hinata pergi dari sana meninggalkan Sasuke.
Pemuda itu kembali menarik nafas pelan setelah kepergian gadis itu. Tak berselang lama Sasuke terkejut ketika Hinata kini kembali duduk di sampingnya dengan dua botol air mineral di tangannya. Gadis itu membuka penutup botol itu dan memberikan satu pada Sasuke.
"Minumlah."
Sasuke mengambilnya dan menenggak air itu. Selang beberapa waktu terdengar pengumuman keberangkatan pesawat Izumi yang akan meninggalkan Jepang. Hinata mencengkram kuat botol minum itu, menunggu kabar dari Neji.
Jantung gadis itu berdetak lebih cepat saat ponselnya berbunyi, itu panggilan dari sang kakak. Perasaan takut menguasai hatinya pun dengan Sasuke yang menanti dengan cemas. Jari Hinata menggeser ikon hijau di layar tersebut dan mendengarkan apa yang disampaikan Neji.
"Maaf.." Hinata menggigit pipi bagian dalam nya, "Aku gagal."
Panggilan itu langsung terputus begitu saja, tubuh nya mendadak lemas dengan mata yang berkaca-kaca.
"Benar-benar sudah berakhir ya.." Hinata memandang Sasuke yang tiba-tiba menepuk pelan bahu nya. Sesaat kemudian air mata gadis itu menetes tanpa bisa dicegah, sejak semalam ia berusaha menahan nya dan sekarang sia-sia.
"Hei." Sasuke menatap lurus ke arah orang-orang yang berlalu lalang di depan sana, "Ayo belajar menerima."
Gadis itu mengernyit menatap Sasuke.
"Ini memang tidak mudah, tapi tidak ada lagi yang bisa kita lakukan. Mereka hanya menginginkan pernikahan kan? Setelahnya, hanya kita berdua yang menentukan jalan kita."
Tangisan gadis itu berubah jadi isakan pilu sekarang. Ia tahu bahwa apa yang dikatakan Sasuke tidak akan semudah yang terdengar, dan hatinya masih tidak bisa menerima itu semua.
"Jika memang di antara kita tidak ada kecocokan.." Sasuke menghela nafas pelan, "kita bisa berpisah setelahnya."
Kata-kata itu tidak meredamkan tangis Hinata, tidak ada perempuan yang merencanakan untuk menjadi janda. Ia pun hanya menginginkan pernikahan satu kali seumur hidupnya, tentu dengan seseorang yang dicintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Season
FanfictionDisclaimer Naruto © Masashi Kishimoto Tidak pernah terfikir oleh Hinata untuk menjadi bagian dari babak baru dalam kisah mereka. Ini hanya tentang seorang gadis yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah cerita dan mendadak menjadi salah satu tokoh uta...