7 | This is Love

840 151 12
                                    

Happy reading semuanya.

⚔️⚔️⚔️

Reynald barusaja menginjakkan kaki di ruang tengah saat keponakannya -Romeo Utama- berlari ke arahnya dan menerjangnya dengan sebuah pelukan. Reynald pun segera menggendong laki-laki berusia tiga-belas tahun itu. Tidak sulit, meskipun Romeo sudah memasuki usia remaja.

"Zio, apa kau membawakan sesuatu untukku?" tanya Romeo seperti biasa. Reynald pun menganggukkan kepalanya.

"Zio menyimpan banyak oleh-oleh di kamar, mau melihatnya?" tanya Reynald yang dijawab anggukan semangat oleh Romeo.

"Barang apalagi yang kali ini kau bawa untuk Romeo, Kak?" Reynald menoleh saat mendengar Reyna bertanya dengan nada yang menyelidik. "Tidak lagi pistol atau pisau lipat. Dia sudah punya banyak di ruang pribadinya." Lanjutnya yang membuat Reynald tersenyum kecil.

"Apalagi barang yang bisa membuat Romeo bahagia jika tidak di antara dua barang itu, Rey," kata Reynald sambil menurunkan Romeo yang sudah cemberut menatap sang Madre. "Dia keturunan Martinelli, tidak masalah." Tambahnya dengan gedikan bahu acuh tak acuh.

"Madre, aku sudah dewasa," Reynald terkekeh mendengar Romeo yang merengek. "Aku sudah layak menjadi pemimpin Martinelli kan, Zio?" Romeo menoleh dan bertanya kepada Reynald meminta dukungan.

"Tentu saja kau sudah layak, Nak. Bahkan sejak kau lahir, kau sudah kupilih untuk menjadi penerusku dan Madre-mu," katanya sambil menunduk menatap sang keponakan. "Namun kau harus rela berbagi saat Zio punya anak nanti. Okay?!" Lanjut Reynald yang membuat baik Reyna maupun Romeo melongo.

"Sejak kapan Zio ingin punya anak? Aku sangat tahu Zio tidak tertarik memiliki anak." Reynald terkekeh mendengar pertanyaan Romeo yang sangat polos.

"Kak, pergilah ke atas, panggil Juliet dan triplets untuk makan malam." Ujar Reyna yang diangguki oleh Romeo. Laki-laki remaja itu langsung kabur menuju lantai dua tanpa diperintah dua kali.

"Ada apa, Kak? Apa Pippa hamil?" tanya Reyna menatap sang kembaran serius.

"Kau gila?! Tidak mungkin aku membuatnya hamil!" teriak Reynald kesal.

"Kenapa tidak mungkin?" baik Reynald maupun Reyna menoleh ke arah tangga di mana di sana sudah ada Emily. "Bukankah kau menikahi Pippa Giovanni memang untuk mendapatkan penerus?" lanjutnya yang membuat Reynald berdecih.

"Emi, sudah bangun? Tadi Bunda pesan ke Kakak untuk membangunkanmu. Bunda dan Daddy tiba-tiba ada acara di Avesa, mereka pergi beberapa jam yang lalu. Mungkin tengah malam nanti mereka baru sampai di rumah." Reyna langsung menyerocos sambil membawa sang adik ke meja makan.

Reynald menghela nafasnya sebelum mengambil tempat untuk duduk di kepala meja makan dengan Reyna di sebelah kanan dan Emily di sebelah kirinya. Tak ada yang bersuara hingga kelima anak Reyna datang dan duduk di tempatnya masing-masing.

"Di mana Padre?" selalu itu yang Juliet tanyakan saat tak menemukan kehadiran sang Padre di sekitarnya. Ya, mau bagaimana lagi, di antara kelima anak-anaknya, Juliet-lah yang paling dekat dengan Alvino.

"Sedang mengurus sesuatu di ruang pribadinya," Kata Reyna yang membuat Juliet langsung bangkit dari duduknya. "Hati-hati, Sayang." Lanjutnya saat Juliet sudah berlalu membawa nampan berisikan makanan dan minuman untuk Alvino.

"Zio," Reynald menghentikan suapannya saat Elizabeth memanggil. "Kak Romeo bilang kau punya sesuatu untuknya. Bagaimana denganku?" tanyanya seperti biasa juga.

"Zio membawakan banyak oleh-oleh untuk kalian. Lihatlah di kamar Zio," Katanya yang diangguki oleh Romeo dan triplets. "Aku juga punya sesuatu untukmu, Em." Tambah Reynald yang juga menghentikan suapan Emily.

Gorgeous Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang