10 | Lavanya Martinelli

627 122 3
                                    

Happy reading semua...

⚔️⚔️⚔️

Gadis remaja berwajah manis itu nampak menatap laki-laki dewasa di depannya dengan kening yang mengerut. Pasalnya laki-laki itu -Reynald Martinelli- tidak pernah bersikap sedingin ini kepadanya. Tentu saja hal itu membuatnya bertanya-tanya sendiri.

"Kau baik-baik saja, Kak?" tanya gadis itu -Emily Martinelli- sambil mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Reynald. Namun laki-laki itu malah menepisnya dengan kasar.

"Apa aku telah melakukan kesalahan?" tanya Emily bingung. Dia tidak merasa telah melakukan kesalahan kepada Reynald, lalu mengapa laki-laki itu nampak sangat marah kepadanya?!

"Aku akan menikah." Katanya yang membuat Emily terkesiap.

"Apa?! Tapi aku masih lima-belas tahun!" kata Emily dengan teriakan tertahan.

Reynald mengangkat kepalanya yang sebelumnya menunduk, menatap sang gadis dengan tatapan paling tajam yang ia punya. "Kau pikir aku akan menikahimu?!" katanya yang membuat Emily terdiam membeku.

"La... Lalu dengan siapa kau akan menikah jika bukan denganku?"

"Apa kau pikir aku segila itu?! Aku tidak mungkin menikahi gadis kecil sepertimu! Lagipula aku ini kakakmu! Jangan lupakan itu!" katanya sebelum berlalu meninggalkan Emily yang matanya sudah berkaca-kaca.

Emily tidak tinggal diam, dia bangkit dari duduknya dan berlari mengejar Reynald yang akan meninggalkan kediaman Reymond dan Hazelina yang ada di Venesia. Ya, mereka berdua memang ada di Venesia karena mereka sedang liburan di sana.

Tepat saat Emily berhasil menjangkau lengan Reynald, ada tangan lain yang juga menarik lengan Reynald di sisi yang lain. Emily mengerutkan dahinya, tidak mengenal sosok wanita dengan pakaian super sexy dan make-up yang sangat menor itu.

"Babe, dia siapa?" tanya wanita itu yang membuat tubuh Emily melemas.

"Reynald," Emily terdengar memanggil dengan lirih, matanya sudah berkaca-kaca, siap untuk menumpahkan kristal bening yang sedang ditahannya mati-matian.

"Pippa, kenalkan ini Emily, adikku. Dan Emily," Reynald menjeda kalimatnya seraya menepis tangan mungil Emily dari lengannya. "Kenalkan ini Pippa Giovanni, wanita yang akan aku nikahi." Lanjutnya yang membuat Emily harus menggigit bibir bawahnya kuat-kuat untuk menahan tangis.

"Tidak!" Emily menjerit dengan nafas yang tersengal. Keringat dingin pun sudah membanjiri tubuhnya hingga pakaian yang tengah ia kenakan sudah basah semua.

"Mimpi sialan itu lagi!!!" Lirihnya sambil menyandarkan tubuh ke kepala ranjang dan menutup matanya, mencoba untuk mengatur nafasnya yang memburu.

Sudah tujuh tahun lamanya kejadian itu berlalu, namun rasa sakitnya masih tetap sama. Masih terasa sama hingga hampir setiap malam Emily dihantui oleh mimpi buruk tentang Reynald yang pergi meninggalkannya. Mimpi buruk yang membuat Emily selalu merasakan sesak nafas di dalam tidurnya.

Emily menatap jendela kamarnya yang tidak tertutup gorden dengan rapat. Dia tahu hari sudah mulai malam, melihat bagaimana kamarnya yang sangat gelap, hanya sinar rembulan yang mengintip dari sela-sela gorden yang tidak tertutup dengan rapi.

Gadis bermanik biru itu mengambil ponselnya dari atas nakas dan mendial sebuah nomor yang barusaja dia dapatkan pagi tadi. Nomor Ehno yang sengaja ia minta dengan alasan untuk berjaga-jaga saja.

"Ya, Signorina? Ada yang bisa saya bantu?"

"Kau di mana? Barangnya sudah datang?"

"Sudah, Signorina. Tadi sore Signore Reynald sudah melihatnya secara langsung."

Gorgeous Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang