Part 2

152 14 4
                                    

hai kalian..
gimana kabar?
maap ya, update nya lama huhu
tapi aku terhura banget, baru part 1 aja udah banyak yang baca. mana rank nya juga lumayan teratas lagi.
happy reading yaaaa❤️


08.15 WIB

Pagi ini cukup cerah, sinar matahari menyengat di kulit. Seorang pria berjalan memasuki ruangan yang cukup besar. Terlihat ada puluhan karyawan yang berkumpul memenuhi ruangan aula. Raut wajahnya terlihat tegas dan berkharisma. Tatapan matanya yang tajam membuat beberapa orang menganggapnya menyeramkan.

banyak pula pasang mata yang mengaguminya. Wajah bak dewa Yunani, membuat para wanita tak henti memandanginya. Dia adalah Sagara Putra Perwira. Seorang pemimpin perusahaan Perwira Corp, salah satu perusahaan terbesar di ibu kota.

Pagi ini di gelar acara apel pagi, tidak biasanya memang. Hanya saja, ia tengah di paksa oleh sahabat sekaligus bawahannya di kantor. Saga memang termasuk orang yang introvert. Tidak terlalu ingin berada di tempat umum. Jika menghadiri suatu undangan dari salah satu rekannya, ia hanya akan menyapa dan berbincang sebentar lalu beranjak pergi untuk pamit.

Di tengah acara apel, ia di kejutkan dengan teriakan wanita. Saat ia mengalihkan pandangan, Saga menatap datar lalu menegurnya. Ia tak suka dengan orang orang yang ceroboh semacam ini. Setelahnya, Saga tak menggubris.
.
.
.
.
Ruangan Saga

Saga masih focus dengan berkas di depannya. Masih ada beberapa tumpukan berkas yang harus ia periksa hari ini. Hari mulai beranjak siang, namun ia tidak ingin sekalipun mengalihkan matanya dari tulisan tulisan di lembaran kertass.

"udah masuk makan siang. Ngga makan lo?" tanya seseoran yang baru saja memasuki ruangan Saga.

"ketok pintu dulu, bisa kan?"

"alah kaya sama siapa aja lo."

"lama lama ngelunjak lo, ka." Seru Saga dengan nada yang kesal.

Caka Irfanto, salah satu sahabat, ralat satu satunya sahabat Saga dari sekolah menengah pertama. Sekaligus, tangan kanan merangkap sekretaris Saga. Tak heran jika Caka sudah terbiasa menghadapi sikap Saga yang kadang menyebalkan.

"oiya lo inget cewek yang teriak di aula?" tanya Caka penasaran.

"ngga."

"padahal gue mau kenalin elo sama dia."

"ngga perlu." Tolak Saga tanpa pikir Panjang.

"Ck, harusnya lo tanya gue. emang lo kenal?"

Saga memutar bola matanya malas. Ia tau kemana arah humor sahabatnya. Ia sudah tertatik dengan pembicaraan Caka.

"kok lo diem? Ngga seru banget lo jadi sahabat." Pekik Caka beranjak pergi.

"kemana lo? Pesenin gue makan." Teriak Saga kesal.

"ogah, pesen sendiri sono." Jawab Caka yang sudah menghilang dibalik pintu.

Saga memijat pelipisnya pelan.

"punya temen somplak amat." Gumamnya pelan.

.

.

.

.

17.35 WIB

Saga baru saja sampai di kediamannya. Seharian ini ia bekerja tanpa henti, jam makan siang pun ia lewatkan. Bukan hanya kali ini, ini sudah menjadi kebiasaan Saga. Rutinitasnya hanya bekerja bekerj dan bekerja. Jarang sekali ia menikmati  liburan seperti teman teman lainnya.

"hah capek banget gue." ucapnya sambil merebahkan diri di ranjang miliknya.

Tanpa ia sadari, matanya menutup secara perlahan. Menyelami alam mimpi yang telah menanti. Baru terlelap sekitar tiga puluh menit, Saga terbangun. Ia mengerjapkan mata pelan, melihat sekelilingnya.

"kenapa gue, mimpiin dia lagi? Lagian, dia pergi kemana sih? Kenapa ngilang tiba – tiba." Gumam nya pelan sambil menerawang seseorang yang Membuatnya bermimpi hal yang sama.

.

.

.

.

Perwira Group,07.50 WIB

Pagi pun tiba. Saga yang notabene rajin dan disiplin sebelum jam masuk kantor, ia telah tiba di ruangan.  Sudah mulai menyusun agenda hari ini, memastikan kembali rutinitasnya hari ini. Ya walaupun, sudah di susun dengan rapi oleh Caka. Sahabat sekaligus sekretaris merangkap tangan kanannya selama ini.

"kebiasaan amat si Caka, jam segini belum dateng." Omel Saga tak karuan, memang bukan sekali dua kali ini terjadi.

Dengan segera Saga mendial nomor Cakka.

"dimana lo?"

Ucap Saga setelah panggilannya terjawab.

"..."

"enak banget lo ya, bos udah di kantor.
Lo masih dirumah sarapan.
Kesini sekarang atau gaji lo
gue potong 50%."

Klik. Panggilan terputus secara sepihak. Siapa lagi yang memutus, kalau bukan Saga.

Tak sampai lima belas menit, Caka datang dengan wajah masamnya.

"gue berasa kerja rodi kalo disini." Ucapnya saat masuk ruangan Saga tanpa salam.

"cek email, katanya Mega Jaya udah kirim draft kerjasamanya." Perintah Saga tanpa menggubris ocehan Caka.

Caka hanya memandang sinis Saga.

"ngapain lo? Buruan sana."

"akhlak terdeteksi 0%." Oceh Saga lagi, kemudian ia pergi meninggalkan ruangan Saga.

Caka malah berbolek jalan menuju kantin. Pikirnya, ia akan mengecek lewat ponsel sambil mengopi di kantin.

"bu. moccachino satu, yang biasa ya." Kata Caka mengincar tempat duduk, namun perhatiannya teralihkan pada seseorang.

"hai. Sendirian aja?" tanya Caka dengan PEDE nya.

"sorry, mas ngomong sama aku?"

"sure, siapa lagi? Masa aku ngomong sama kopi."

"oh iya,lagi nungguin temen."

"boleh gabung? Anak devisi apa?" tanya Caka sambil duduk sebelum di persilahkan.

"pajak mas."

"oh pajak, pinter juga ya. Nama lo?"

"Asha mas."

"gue Caka. Caka Mahesa. Sekretaris Saga."

Asha mengangguk tanda mengerti.

"Lo yang kemarin, teriak di acara apel kan?"

Asha membulatkan matanya. Ia terkejut saat di kenali dengan kejadian memalukan tersebut.

"ehehehe. Jangan di inget inget, bisa kali mas."

"kenapa? Lucu kok. Btw jangan panggil mas, panggil nama aja."

'lucu buat lo. Malu buat gue. anjir, mana nih orang pede nya banget.' Batin Asha kesal.

Drrrtt drrttt

IPYYY Is Calling...

"Caka, sorry nih. Temen gue telfon. Kayaknya udah di ruangan deh, gue duluan ya." Pamit Asha bergegas pergi.

"gue ditinggalin gitu? Ck ck ck."

Ting

Sagarang send a new message

"rewel banget kayak bayi ni orang." omelnya kesal.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Comment yukkk. Gmn nih part awal?

Seperti Kisah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang