BAGIAN DELAPAN

3.5K 394 76
                                    

Pagi buta Sabrina dikejutkan dengan laporan dari m-banking yang masuk ke notifikasi email. Dua ratus juta bukan uang yang sedikit, dan itu Sean yang mengiriminya.

"Astaga. Dia serius tentang uang bulanan itu?" decak nya sambil mengurut kening.

Semalaman dia merenung tentang apa yang dikatakan Sean. Akhirnya Sabrina coba untuk mengerti bahwa saat ini memang yang terbaik mereka tidur terpisah. Sabrina juga tidak tau kemana takdir akan membawa pernikahan mereka nanti.

"Sabrina, kamu sudah bangun, kan?" Suara Sean mengetuk pintu membuat dua bahunya tersentak.

"Ada apa denganmu, Sabrina, kenapa kamu masih saja selalu kaget jika mendengar suaranya," ucap Sabrina mendesah panjang.

Sabrina membuka pintu lalu tersenyum pada Sean senormal mungkin. "Pagi, Mas, ada apa?"

Sean diam beberapa saat sambil menatap Sabrina cukup serius. Hal itu membuat Sabrina yang sudah menetralkan semua rasa aneh dalam hatinya, pun mendadak tidak nyaman lagi.

"Ada apa, ya, Mas?" ulang Sabrina karena Sean bukannya menjawab malah terus menatapnya.

"Kita berangkat bersama. Hari ini ada klien penting. Keisya tidak masuk, jadi tugas kamu menggantikan dia," jawab Sean.

"Saya?"

"Ya, kamu dan Milka. Klien ini sangat penting dan dia susah dihadapi." Sean sedikit gusar karena jika berhasil ini akan jadi kerja sama yang cukup besar.

"Oh begitu. Baik, beri saya waktu lima menit untuk berdandan."

Kalau soal pekerjaan, Sabrina tidak bisa berkata tidak.

"Oke, saya tunggu."

"Mas Sean tunggu!"

"Ya?"

"Mas mentransfer saya uang pagi ini?" tanya Sabrina yang nyaris lupa menanyakan hal itu.

"Ya." Sean menjawabnya singkat.

"Tapi, Mas-"

"Simpan saja, kamu tidak perlu harus menghabiskannya dalam sebulan," potong Sean kemudian pergi.

Sabrina tidak punya pilihan menolak, apalagi mengembalikan uang itu. Sean adalah satu-satunya orang yang sulit dibantah dalam hal apa pun.

***

Selama perjalanan menuju kantor. Setiap hari Sean tidak pernah menyetir sendiri, selalu ada supir yang mengantarnya kemanapun.

"Sabrina, nanti sepertinya kamu dan Milka harus bekerja sama menarik hati klien kita."

Sabrina mendengus malas, sebab dia tidak suka dengan sekertaris Sean itu. "Baik."

"Pastikan klien kita mau menandatangani kontrak kerja sama. Beliau adalah pemilik perusahaan perhiasan yang ternama. Jika kita berhasil, maka itu akan sangat bagus untuk Felix Co."

"Ya, baik," angguk Sabrina.

Sean menarik napas dan terlihat agak kesal. Dia melirik Sabrina dengan tatapan tajam.

"Lain kali jangan langsung pergi saat pembicaraan kita belum selesai seperti semalam. Saya tidak suka," tegasnya serius.

Sabrina memaku di tempat. Dia tidak dapat menjawab perkataan Sean itu. Biar bagaimana pun semalam Sabrina tidak punya solusi lain selain pergi, sebab Sean mulai menanyakan tentang perasaan dan itu sangat membuatnya tidak nyaman.

***

"Selamat pagi, Ibu Cassandra." Sean dan Sabrina memberi salam. Di sana sudah ada Milka yang menemani kliennya itu.

My Korean Husband (Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang