BAGIAN SEBELAS

3.5K 344 71
                                    

Sabrina masih di kamar kecil sambil menenangkan diri. Sikap Sean benar-benar membuatnya bingung. Rupanya dia lebih baik dibuat kesal karena sikap dingin suaminya itu, dibandingkan suaminya yang berubah menjadi sangat perhatian dan manis padanya.

"Kalau seperti ini apa masih bisa menganggap itu biasa?"

Tak lama ia mendengar suara dokter yang sudah dipersilakan masuk oleh Sean ke kamarnya. Sabrina pun bergegas keluar karena tidak mau dokter itu menunggu.

"Sabrina, kamu sudah selesai di toilet?" tanya Sean lalu membantu Sabrina ke tempat tidur.

"Dia adalah dokter kenalan saya," kata Sean.

"Makasih, Mas." Sabrina lalu berbaring perlahan karena tubuhnya memang masih lemah.

"Saya akan melakukan pemeriksaan, ya, Nona Sabrina," kata dokter itu.

"Perkenalkan saya dokter Mira."

"Baik dokter Mira, silakan," jawab Sabrina ramah.

Sabrina sejujurnya hanya merasakan lemas dan demam. Tapi sikap Sean agak berlebihan sampai memanggil dokter segala. Padahal dengan tidur saja biasanya sakitnya mereda sendiri.

***

Sabrina sudah diperiksa oleh dokter. Dia kini melihat Sean mondar-mandir di depannya setelah menerima telepon seseorang. Entah itu telepon dari siapa, yang jelas dia melihat Sean terus mengerutkan kening seperti mencemaskan sesuatu.

"Setelah diminum obatnya nanti, Nona mungkin akan merasakan kantuk. Jadi istirahat saja, ya," ujar dokter Mira setelah selesai memeriksa Sabrina.

"Baik, Dokter, terima kasih banyak," jawab Sabrina, lalu dia langsung meminum obat yang diberikan tadi.

Sean langsung menghampiri dokter dan mengajaknya berbicara. Dia terlihat mengusap wajah, bersyukur mendengar Sabrina akan segera membaik. Dokter itu pamit setelah melakukan tugasnya.

Benar kata dokter Mira, dia akan merasakan mengantuk setelah meminum obat itu. Buktinya sekarang Sabrina lumayan ingin tidur.

"Sabrina, kata dokter kamu sebaiknya istirahat saja setelah ini, ya," ujar Sean duduk di sampingnya.

"Iya, Mas," angguk Sabrina dengan mata setengah tertutup, dia sudah tidak kuat ingin segera tidur.

"Sabrina, saya harus pergi karena ada sesuatu yang penting. Maafkan saya, ya, nanti akan ada orang yang menjaga kamu untuk mengurusi kebutuhan kamu."

Sabrina menggeleng. "Pergi saja, gapapa Mas. Saya hanya akan tidur, tidak perlu ada yang menjaga," jawabnya.

"Tetap harus ada yang menjaga kamu, kalau kamu butuh apa-apa, bagaimana?" ucap Sean sambil menyentuh kening isterinya.

"Demam kamu sudah mulai menurun, syukurlah, tadi kamu sangat panas, Sabrina." Sean terlihat benar-benar cemas.

Sabrina tersenyum, dia merasakan ketulusan Sean untuknya. "Saya kira Mas nggak akan sepeduli itu."

Sean mengernyit. "Kamu ini bicara apa? Meski saya terkadang terlalu kaku, tapi ada sisi di mana saya sungguh peduli pada orang. Tidurlah, saya pergi dulu ya."

Sean pun kemudian menyelimuti Sabrina. Jujur itu makin membuat Sabrina tersentuh.

"Baik. Hati-hati, ya, Mas."

My Korean Husband (Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang