BAGIAN SEMBILAN

3.2K 400 72
                                    

Sean dengan raut datarnya menatap Mahesa yang juga memasang raut serupa. Keduanya benar-benar mirip. Sudah lima belas menit dia tidak melepaskan tangan Sabrina di hadapan Sean yang sedang bekerja.

"Mahesa, kamu mau aku buatkan susu coklat?" kata Sabrina menawarkan. Ia tidak tahan dengan suasana dingin mencekam yang tampak jelas antara Sean dan Mahesa yang saling melempar tatapan tajam ketika bersitatap secara tidak sengaja.

"Tidak perlu, aku tidak suka susu," jawab Mahesa menolak.

"Oh, ya? Kalau begitu, apa yang kamu suka?" tanya Sabrina tetap berusaha.

"Kamu," jawab Mahesa dengan mata sipitnya tersenyum pada Sabrina.

Sean mengernyit, dia menutup laptopnya kemudian menatap tajam Mahesa. Anak itu baru enam tahun, tapi dia pandai menggoda wanita, pikirnya.

"Mahesa, apa benar kamu menyukai dia?" tanya Sean.

Sabrina hanya diam memperhatikan keduanya yang saling menatap sengit.

"Ya, emangnya kenapa? Kamu tidak suka?" jawab Mahesa tanpa rasa takut.

Masih kecil sudah tidak sopan, batin Sean menggerutu.

Sean menyeringai, mendadak dia punya ide untuk mengerjai anak itu.

"Tidak. Tapi dia istri saya. Jadi, kamu tidak boleh menyukainya," jawabnya lalu menarik tangan Sabrina hingga ke sisinya.

Mahesa tercengang mendengar ucapan Sean. Sabrina pun sama, dia ikut kaget karena Sean bahkan menggenggamnya sangat erat. "Mas Sean, jangan gitu," geleng Sabrina mengingatkan. Ini demi tanda tangan, bagaimana bisa Sean malah meledek Mahesa sekarang.

"Lepaskan dia. Kamu pembohong! Apa buktinya kalau bidadari itu istri kamu?" tantang Mahesa tak gentar.

Sean lalu membuka laci, dia mengambil foto kopi surat nikah, yang entah mengapa disimpan di sana.

"Lihat, ini namanya surat nikah." Sean memperlihatkan itu pada Mahesa tanpa memberikannya. "Jadi kamu tidak bisa menyukai istri orang, mengerti."

Wajah Mahesa mulai berubah muram, dia menatap Sabrina dengan sendu. Sekitar lima menit anak itu hanya tertunduk. Sabrina mendekat tapi Mahesa menolak didekati oleh Sabrina.

"Mahesa, tadi dia hanya bercanda," ucap Sabrina berusaha menjelaskan.

Mahesa mendongak, beberapa detik menatap Sabrina sebelum akhirnya menangis kencang.

"Dia telah membuat tipuan!" Mahesa menangis dengan suara yang cukup kencang sampai Sean menutup telinga. Sabrina tidak tinggal diam, tapi kini Mahesa tidak mau mendengarkannya lagi.

"Dia tidak menikah dengan kamu, kan?" Mahesa makin menangis.

"Mas Sean! Ini semua karena Mas Sean, tahu! Lihat tuh, dia nggak mau dengerin saya lagi!" sentak Sabrina panik..

Sean yang masih menutupi telinganya hanya menggeleng, tidak mau disalahkan.

"Kamu gendong saja dia, Sabrina!" tekan Sean.

"Dia nggak mau, coba Mas yang gendong dia!" desak Sabrina kepusingan. Padahal semuanya berjalan lancar tadi, sebelum Sean berkata berlebihan. Heran, apa pria itu tidak bisa memaklumi ucapan anak kecil?

Akhirnya Sean mendekati Mahesa, lalu Mahesa pun berhenti menangis.

"Hei anak kecil, kenapa kamu sangat sulit dihadapi? Apa yang kamu mau?" tanyanya.

Mahesa mendengkus, dia lalu berdiri menantang Sean.

"Coba gendong aku selama satu jam, jika kamu kuat maka itu tandanya kamu pantas menjadi suami bidadari."

My Korean Husband (Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang