BAGIAN DUA

4.8K 498 164
                                    

“Kamu menunggu saya?” ulang Sean masih menatap serius Sabrina yang melihatnya terkejut.

Gadis itu menunduk, menatap lantai marmer kamar ini sembari menggeleng.

“Tidak. Kenapa Mas nggak pakai baju, sih?”

Sial! Apa dia tau kalau aku sedang memperhatikan bentuk six pack-nya?

Dia melihat sangat jelas bentuk perut yang berbuku-buku itu hingga mengotori otak sucinya.

“Kenapa otot perutnya bisa kencang sekali, sih?” gumamnya diam-diam mengagumi.
Sean menghela napas hanya langsung memakai piyama tidur. Situasi pun kian semakin canggung di antara mereka.

“Saya hampir lupa besok harus kerja,” kata Sabrina tak ingin berlarut dalam pikiran kotornya.

“Kenapa memangnya kalau bekerja?” tanya Sean santai sambil mengancingkan bajunya.
“Saya tidak boleh terlambat. Apalagi besok banyak sekali pekerjaan yang menunggu karena saya cuti menikah,” jawab Sabrina sebisanya.

Itu sama sekali bukan masalah bagi Sean. Meski cuti menikah, dia tetap melakukan pekerjaannya di rumah.

“Besok ada acara makan malam di kantor,” kata Sean membuat Sabrina terkejut mendengar itu.

“Kenapa saya tidak diberi kabar?” tanya Sabrina sebab ia tidak tahu apa-apa.

“Seharusnya saya diberitahu juga, tapi di grup tidak ada omongan apa-apa, nih.”

Mereka tidak sengaja menatap satu sama lain. Sabrina terlihat kaget, Sean mendesis kesal karena Sabrina terlalu sering terkejut saat melihatnya.

“Kamu kenapa, sih?” tanya Sean.

“Kenapa apanya, Mas?” Sabrina tidak paham.

“Kenapa selalu kaget saat melihat saya?”

Apa dia tidak menyadari wajah datarnya itu menakutkan?

“Karena Mas Sean sering membuat saya kaget,” jawab Sabrina polos.

Seharusnya rumah tangga Sean dan Sabrina tak lagi secanggung bulan pertama pernikahan. Hanya saja, sikap dingin Sean sulit ditaklukkan oleh Sabrina hingga keduanya masih dilingkupi rasa canggung satu sama lain.

“Sabrina,” panggil Sean.

“Ya?” jawab Sabrina tanpa menoleh.

“Tidak jadi,” ucap Sean lalu memejamkan mata.

Sean mengurungkan niatnya untuk memberitahu bahwa tadi dia menemui seorang wanita. Dia segera berpikir ulang, mungkin saja Sabrina juga tidak peduli tentang itu.
Sabrina menghela napas panjang. Dia lalu mulai memejamkan matanya juga.

“Saya tidur, ya, Mas.”

***

“Sean, terima kasih karena kamu sudah mau datang,” ucap seorang wanita berambut curly yang menatap Sean dengan sedikit berkaca-kaca. Mereka berdua bertemu di kafe langganan keduanya. Ini pertama kalinya Sean berkunjung kemari lagi setelah sekian lama.

My Korean Husband (Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang