BAGIAN SEPULUH

3.3K 374 52
                                    

Sabrina merasakan dadanya yang kian bergemuruh. Dia perlahan menyentuh permukaan bibirnya sambil membulatkan mata tak percaya apa yang baru saja terjadi antara dia dan Sean.

Sean melepaskan pelukan nya dari Sabrina dan suasana berubah canggung seketika. Sean menggaruk tengkuk, tampak kikuk karena dia juga tidak menyadari bahwa telah memeluk Sabrina cukup lama.

"Sabrina."

"Y-ya, Mas Sean?" sahut Sabrina sambil menyengir kaku. Dia kelihatan salah tingkah, tapi tidak mau terlalu kentara menunjukkan bahwa dia sedang gugup.

"Tadi Bu Cassandra bilang akan menandatangani kontrak selama lima tahun. Jika bisnis berjalan lancar maka beliau akan memperpanjang perjanjian tersebut. Itu semua karena Mahesa, anak itu sangat menyukai kamu. Karena itu, saya sangat berterima kasih pada kamu, Sabrina," terang Sean menjelaskan panjang lebar.

"Ah, syukurlah, Mas Sean. Kalau begitu bagus," jawab Sabrina yang sudah tidak fokus. Dia hanya terus teringat Sean yang memeluknya. Tapi sebisanya berusaha menganggap itu hanya bentuk spontanitas Sean saja. Dia tidak mau salah memahami itu lebih.

"Sabrina, ini bukan kerja sama biasa. Jadi kamu sangat berjasa, saya harus membalas kebaikan kamu ini." Sean masih menatap mata Sabrina dengan lekat dan amat serius.

"Tidak perlu, Mas, saya melakukan ini demi pekerjaan saya, kok." Sabrina sejujurnya tidak terlalu merasa dirinya berjasa.

"Tapi kalau bukan karena kamu yang disukai anak itu. Maka kerja sama ini tidak akan terjalin, Sabrina," ujar Sean.

Sabrina hanya mengangguk karena tidak tau harus menjawab apa. Dia masih berdebar tidak karuan, itu semua karena pelukan Sean.

Tak disangka Sean malah menyentuh pipinya dan membuat belaian lembut.

Apa yang akan dia lakukan? Kenapa dia terlalu dekat?

"Saya mulai mengerti, mungkin benar kata anak itu. Bahwa kamu adalah seorang bidadari," ucap Sean membuat Sabrina terkejut.

"M-Mas sedang bicara apa?" Sabrina lalu mengalihkan wajah tapi Sean kembali meraihnya.

"Tatap mata saya Sabrina."

Saking gugupnya, bukan menatap tapi dia malah memejamkan mata. Pria itu mengusap pipi Sabrina hingga terasa panas karena usapan perlahan dari telapak tangannya. Bahkan gadis itu bisa merasakan napas Sean menyentuh telinganya, turun ke leher dan membelai sekitar dua kali dengan telunjuk panjangnya.

"Maksud saya, kamu bidadari penyelamat bagi saya. Terima kasih."

Bum!

Jantungnya berdegup kencang sewaktu Sean tiba-tiba mencium bibirnya. Sabrina pasif. Itu memang bukan ciuman pertamanya. Tapi memang yang pertama dilakukan oleh Sean.

Kenapa Sean menciumnya? Apakah ini termasuk pencurian? Sean menciumnya tanpa seizinnya. Berbagai macam pertanyaan muncul di dalam pikirannya yang kalut.

Telapak tangannya mencengkeram kuat pinggiran rok span yang menutupi atas lututnya sambil gemetaran. Tapi Sean kemudian menggenggam tangannya, mengarahkan ke pundaknya. Sabrina makin kacau.

Perlahan dia mendorong Sean hingga ciuman itu terlepas.

"M-Mas? Apa yang kamu lakukan?" tanya Sabrina dengan wajah yang pucat.

"Saya baru saja mencium kamu. Apa saya salah?" tanya Sean seolah itu hal yang biasa.

"Salah? Mas bertanya apa itu salah?" Sabrina mengepalkan tangan dan menempelkannya ke dada. "Mas bikin saya jantungan. Kenapa Mas mencium saya dadakan?"

My Korean Husband (Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang