Senja mulai meredup, tergantikan dengan pekatnya malam. Dihiasi rembulan serta bintang-bintang kecil yang mengangkasa diatas sana. Damar menggeser gagang besi depan gerbang kosannya. Suara khas besi yang tergesek saling beradu nyaring terdengar jelas.
Salah satu penghuni kos yang menempati kamar bawah menyapanya. "Kau baru pulang kuliah?"
"Sebenarnya jam kuliah sudah selesai sejak sore tadi mas, tapi ada urusan sebentar diluar." Damar mendorong gerbang lalu kembali menutupnya.
"Urusan kuliah atau urusan perempuan?" ledek Mas Yanto membuat Damar salah tingkah.
"Mas Yanto mau tahu saja urusan anak muda." imbuhnya.
"Tumben mas, jam segini sudah balik kantor?" lanjut Damar bertanya pada salah satu penghuni kos yang sedang bersantai duduk-duduk di teras depan sambil menikmati secangkir kopi hangat.
"Iya, sedang lagi tidak ada banyak kerjaan di kantor. Makanya pulang cepat. Mampir sini, mau kopi?"
"Terima kasih banyak mas, saya mau langsung ke atas dulu, mau bersih-bersih."
"Oh iya, iya." penghuni kos pun mengangguk, Damar izin berlalu pergi dia tak ingin menganggu penghuni kos lainnya yang tengah bersantai menikmati suasana me time nya, Damar menaiki anak tangga kosan menuju lantai dua.
Damar melihat lampu depan pintu kosan sudah menyala itu pertanda bahwa Hakam sudah sampai lebih dulu di kosan.
"Assalamualaikum." Damar membuka pintu kosnya.
"Waalaikumsalam." Hakam menjawab salamnya. Terlihat sahabatnya itu tengah berkutat dengan buku-buku ditemani pencahayaan lampu di meja belajarnya.
"Kau sedang apa?" tanya Damar sembari mendorong pintu kos. Sambil membuka sepatu sneakers dan menaruhnya di rak sepatu.
"Aku sedang mengerjakan tugas, kau habis darimana? kenapa baru pulang jam segini, ada mata kuliah tambahan?"
"Tidak ada, hari ini aku hanya ada satu mata kuliah saja."
Hakam mengernyitkan dahinya, memutar kursinya. "Terus kau kemana saja baru pulang jam segini?"
"Aku bertemu dengan Lintang, lalu dia mengajak ku ke toko buku Grapedia."
"Sampai semalam ini?"
"Baru juga jam tujuh, masih sore."
"Iya, maksudku kau dari sore ke toko buku berada disana sampai malam?"
"Tidak juga, setelah dari toko buku aku mengajak dia jalan lalu makan-makan."
"Lalu kau sama sekali tidak memiliki inisiatif sedikitpun untuk membawakan ku makanan?"
"Maaf, aku benar-benar tidak ingat kau. Aku terlalu fokus memikirkan Lintang."
Hakam memutarkan kursinya kembali ke posisi semula menghadap meja belajar, membelakangi Damar sambil menggerutu.
"Memang benar ya cinta itu buta, bahkan sampai tidak ingat teman sendiri. Berasa seperti dunia ini hanya milik kalian berdua."
"Tenang, nanti kau ku belikan makanan diluar. Kau mau apa?"
"Tidak usah. Biar nanti aku beli saja sendiri diluar."
"Hem, merajuk! Kau fokus belajar saja yang rajin. Aku mau bersih-bersih dulu, nanti setelah itu akan ku belikan kau makanan."
"Memangnya kau dengan Lintang sudah resmi jadian?"
"Belum, kenapa?"
"Belum resmi jadian, tapi kau sudah memberikan ku PJ (pajak jadian)?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS SENJA [ON GOING]
RomanceLelaki itu hanya menangis dalam diam. Siapa yang tidak bisa menahan air mata saat seorang perempuan yang dicintainya menikah dengan pria lain. Damar mencintai Lintang, tapi tidak tahu dengan Lintang sendiri. Saat pengakuan cinta malah menjadi cinta...