10 | PERKARA KAUS KAKI

2 0 0
                                    

Lintang terlihat seperti orang kebingungan. Dia mengobrak-abrik lemari pakaiannya, mencari sesuatu yang hilang.

"Kemana ya?" ujar Lintang bermonolog. Jika dilihat ruangannya sudah seperti kapal pecah. Walaupun begitu dia belum juga menemukan barang yang dicarinya.

"Mah!"

Mendengar teriakan anaknya, Laras bergegas menuju kamar Lintang. Betapa terkejutnya Laras saat melihat kondisi kamar putrinya yang berantakan sekali.

"Lintang, kenapa kamarmu berantakan sekali."

Lintang menggigit bibir bawahnya, "Mah, mamah lihat tidak kaus kaki aku yang warna pink dimana?"

"Tidak, bukannya kau selalu menyimpannya di tempat biasa?"

"Iya, tapi tidak ada."

"Kau sudah mencarinya?"

"Sudah mah, tapi tidak ketemu."

Laras berjalan mencoba membantu mencarikan keperluan putrinya itu, dengan gesit Laras membuka laci lemari pakaian Lintang yang satunya.

"Terakhir kali kau mencucinya kapan?" tanya Laras sembari mengaduk-aduk lemari pakaian Lintang.

"Seminggu yang lalu, aku belum pernah memakainya sejak awal di cuci."

"Kau yakin? Coba di ingat-ingat lagi, kadang kau ini suka lupa." tanya Laras.

"Iya mah, yakin. Seingat ku, aku belum pernah memakai kaus kaki itu setelah habis di cuci." Lintang memberi pembenaran.

Sementara diluar, suara klakson mobil terus berbunyi. Mas Lingga sejak tadi menunggunya untuk berangkat bersama.

TIN...TIN...!!!

"Mas Lingga!" sosok mbak Yu tiba-tiba mengagetkannya.

"Astaghfirullah, mbak Yu." sontak Lingga terkejut, mengelus dadanya.

"Sedang menunggu siapa?"

"Mbak Yu, mengagetkan saya saja." Lingga menghembuskan napas, mengatur pernapasannya.

Wanita paruh baya bernama lengkap Yuningsih dan sering disapa mbak Yu itu bekerja sebagai ART (Asisten Rumah Tangga) di keluarga pak Handy, ia hanya bisa tersenyum tipis karena sudah membuat anak majikannya terkejut pagi-pagi.

"Kaget ya mas?" ucapnya setengah menyeringai.

"Bagaimana saya tidak kaget mbak Yu, mbak Yu ini kebiasaan deh munculnya suka tiba-tiba."

"Hehehe... Maaf ya mas, pagi-pagi sudah mengagetkan mas Lingga."

"Hhh... Iya, tidak apa-apa mbak Yu."

"Masnya sedang menunggu siapa, sejak tadi saya perhatikan membunyikan klakson mobil terus. Berisik tahu mas takut mengganggu yang lain."

"Saya sedang menunggu Lintang mbak, katanya dia mau berangkat bareng sama saya. Tapi dari tadi ditungguin sampai saya bunyikan klakson berkali-kali belum juga kelihatan batang hidungnya."

"Oh, mungkin, mbak Lintangnya sedang dandan dulu kali mas di kamarnya. Tunggu saja, sebentar lagi juga keluar."

Lingga mengernyitkan dahinya, "saya sudah menunggunya dari beberapa menit yang lalu mbak, memangnya perempuan kalau dandan suka selama itu ya mbak Yu?"

"Ah' mas Lingga ini seperti tidak tahu  anak gadis saja kalau sedang dandan." Mbak Yu mengayunkan tangannya ke udara, sambil senyum-senyum genit ke mas Lingga.

Lingga sudah habis kesabaran, karena sudah terlalu lama ia menunggu adiknya yang tidak keluar-keluar juga dari kamar sejak tadi. Dia takut nanti saat dijalan terjebak macet dan terlambat datang ke kantor.

MELEPAS SENJA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang