06 | DUSK CAFE

0 0 0
                                    

Setelah selesai mata kuliah berlangsung. Damar menemui Hakam di kantin. Dia mengembalikan power bank yang sempat dipinjamnya tadi pagi.

"Ini ku kembalikan power bank mu."

Hakam menyeruput es jeruk pesanannya yang sudah hampir setengah gelas. Cuaca siang itu begitu terik. Matahari menyengat dengan sangat kencangnya.

Damar menyalakan ponselnya, wajahnya terkejut saat menatap layar pipih itu terdapat lima pesan dan dua panggilan tak terjawab dari Lintang.

"Astaga!"

"Ada apa?"

"Ada pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari Lintang. Aku lupa semalam kita bakal janjian di dusk cafe."

"Kau telepon balik Lintang sekarang."

Damar coba mengikuti saran dari Hakam ia menghubungi balik nomor kontak Lintang. Seseorang diujung sana lalu segera mengangkat teleponnya.

"Halo!"

"Maaf, aku tak membalas pesan dan menjawab teleponmu. Ponsel ku kehabisan baterai. Kau masih disana?"

"Iya."

"Tunggu, aku kesana sekarang." Damar memutus sambungan teleponnya.

"Kita ke dusk cafe sekarang." Damar berdiri mengantungi ponselnya. Diikuti Hakam melangkah pergi meninggalkan kantin.

Tak sampai sepuluh menit mereka sudah tiba di tempat tujuan. Cafe yang lokasinya terletak di sekitaran kampus mengusung tema garden semi outdoor dengan desain bambu menjadi salah satu daya tarik pengunjung serta membuat suasananya terasa di alam.

Tak hanya itu cafe ini terdapat dua lantai pada bagian dalam memiliki sentuhan konsep yang berbeda disetiap lantainya. Ditambah juga dengan penataan konsep lampu neon kekinian.

Sementara pada lantai dua konsep cheerful family dining dengan desain interior yang clean serta pencahayaan yang bright dan homey. Sehingga memberikan cozy untuk para pengunjung yang hadir.

Damar dan Hakam mulai memasuki bagian dalam cafe tersebut mencari keberadaan Lintang. Setelah menyusuri ke setiap penjuru sudut ruangan. Mereka menemukan Lintang yang sedang duduk di lantai dua meja paling pojok dekat jendela.

Damar dan Hakam menghampiri meja itu, "Hai, Lintang!" sapa Damar.

"Hai, Damar."

"Maaf ya, kalau menunggu ku terlalu lama. Ponsel ku kehabisan baterai. Jadi aku tidak tahu kalau kau sempat menghubungi ku."

"Tidak apa-apa, silahkan duduk."

"Oia, kenalkan ini teman ku Hakam."

Hakam tersenyum lalu mengajaknya bersalaman.

"Hakam."

"Aku Lintang."

Mereka berdua menggeser kursi kosong yang berada di hadapan Lintang.

"Kalian satu jurusan?"

"Tidak, kami beda fakultas."

"Aku fakultas ilmu komunikasi jurusan broadcasting."

"Wah, hebat. Calon jurnalis."

"Kebetulan kita satu kosan."

Kini Hakam mengerti mengapa temannya satu ini begitu mengagumi sosok Lintang. Selain cantik wanita itu juga ramah, baik, tutur katanya yang halus dan lembut. Sungguh, siapapun akan terpikat dengan pesona Lintang.

"Kau sudah pesan makanan?"

"Belum."

"Ehm, biar aku saja yang memesan kau disini saja temani Lintang." ujar Hakam bangkit dari duduknya, menuju meja kasir untuk memesan makanan.

MELEPAS SENJA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang