Sepertinya Damar telah menemukan sekeping hati yang telah lama hilang. Semoga adalah sebuah harapan yang disegerakan. Bus berhenti di halte berikutnya. Para penumpang lain ikut turun, Damar dan Lintang mulai berjalan kaki memasuki area kampus.
"Boleh minta nomornya?" Damar memberanikan diri untuk meminta nomor gadis itu.
"Untuk apa?" tanya Lintang sambil berjalan mengarah ke gedung kampus.
"Ya, sewaktu-waktu kalau kau nanti menjadi seorang pengacara aku bisa menghubungimu. Who knows?" katanya.
Lintang tertawa, mendengar alasan Damar. Namun akhirnya Lintang pun memberikan nomor kontaknya pada Damar. Pria yang baru saja dikenalnya beberapa jam yang lalu di halte.
"Sepertinya aku juga akan membutuhkan nomor kontakmu suatu saat nanti."
"Untuk apa?"
"Agar suatu saat nanti ketika kau sudah menjadi dokter perawat. Aku bisa konsultasi banyak kepadamu tentang kesehatan."
"Ouh, hanya itu?" Lintang mengangguk, sambil tersenyum.
"Jawabanmu tidak sesuai dengan apa yang ku harapkan."
Lintang menautkan kedua alisnya, "maksudmu?"
"Tadinya aku berharap kau akan mengatakan agar kau bisa merawatku hingga tua nanti." Lintang tersipu malu, saat Damar sedikit mengeluarkan jurus gombalannya. Mereka saling melempar tawa.
"Gombal." katanya.
"Aku rasa kita adalah teman yang beraliran simbiosis mutualisme bukan begitu?" ujar Damar sambil tertawa.
"Setuju." Lintang terkekeh dibuatnya.
Damar berjalan memasuki halaman kampus. Mereka berdua berpisah, gadis itu melewati arah pintu masuk gedung utara. Kebetulan gedung Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Komunikasi dan Hukum berdekatan.
Bangunan yang besar bertuliskan huruf kapital 'FAKULTAS KEDOKTERAN' dengan background dinding yang di keramik warna hitam dilaluinya.
"Bye, sampai ketemu lagi Lintang." ucap Damar melambaikan tangan perpisahan pada gadis itu yang juga ikut membalas lambaian tangan dari Damar. Lelaki itu mulai berjalan menaiki anak tangga menuju ruang kelas.
Menjadi mahasiswa keperawatan semester akhir tidak mudah bagi Damar dalam menjalaninya. Banyak hal yang harus ia korbankan. Dari segi waktu, tenaga, pikiran. Namun dia sudah bertekad untuk lulus tepat pada waktunya.
Damar memasuki gedung belajar dua (GB 2) tepatnya di ruang sebelas. Damar mendaratkan tubuhnya pada kursi, menaruh tasnya diatas meja belajar. Mengeluarkan beberapa lembar catatan dan laptop dari dalam tasnya.
Tak lama seorang dosen muda berjalan memasuki ruang kelas.
Dosen itu berdiri menghadap layar menyalakan proyektor sambil menjelaskan materi kuliah hari ini yaitu tentang Anatomi dan Fisiologi Manusia di depan mahasiswa yang berjumlah sekitar tiga puluh orang.
Dengan takzim, dosen itu mampu menerangkannya dengan sangat baik. Penjelasannya mampu dicerna sehingga menarik perhatian seisi ruangan untuk fokus pada layar di depan mereka.
Slideshow pada powerpoint ditampilkan sebagai materi yang sedang dijelaskannya pada hari itu.
"Otak manusia memiliki berat 1300-1400 gram, tapi mengandung kira-kira 100 milyar neuron (sel syaraf). Secara garis besar, sistem syaraf otak manusia dapat dibagi menjadi tiga, yakni : 1. Otak besar (sereberum) 2. Otak kecil (serebelum) 3. Batang otak (Brainstem)
Bagian pada otak besar yang terlibat langsung dalam pemrosesan bahasa adalah korteks selebral. Korteks selebral adalah bagian yang tampak seperti gumpalan-gumpalan berwarna putih dan merupakan bagian terbesar dalam sistem otak manusia. Bagian ini mengatur atau mengelola proses kognitif pada manusia. Dan salah satunya tentu saja adalah bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS SENJA [ON GOING]
RomansaLelaki itu hanya menangis dalam diam. Siapa yang tidak bisa menahan air mata saat seorang perempuan yang dicintainya menikah dengan pria lain. Damar mencintai Lintang, tapi tidak tahu dengan Lintang sendiri. Saat pengakuan cinta malah menjadi cinta...