03 | SANG CEO

3 0 0
                                    

New York City, USA

Mobil Bugatti Veyron warna putih itu berhenti tepat di halaman depan pintu masuk lobby kantor. Kepala keamanan kantor yang berdiri di pintu masuk dengan sigap membukakan pintu mobil untuknya.

Sosok lelaki tegap, berparas rupawan, selaku pemangku jabatan tinggi sebagai posisi paling penting dalam suatu perusahaan.

Mirza Danendra merupakan seorang CEO (Chief Exceutive Officer) perusahaan MD Entertainment termasuk anak perusahaan dari sang Ayah -- Mahesa Studio Entertainment yang memiliki cabang dimana-mana ia melangkah memasuki kantor.

Sosoknya berperan penting dalam mengatur dan mengelola perusahaan untuk mencapai tujuan kesuksesan yang ditargetkan.

Kaki jenjangnya melangkah lurus berjalan menyusuri kantor, melewati ruang kerja berbentuk kubikel bersekat semi terbuka. Sapaan hangat dari para karyawan kantor menyambut kedatangannya.

"Good morning, sir."

Mirza mengangguk kecil sambil tersenyum dan membalas pada siapapun yang menyapanya. Mirza memasuki sebuah ruangan dengan desain interior yang mewah. Dimana ruangan itu merupakan ruang kerja miliknya.

Mirza langsung duduk di kursi sofa berwarna putih menghadap ke arah meja kerjanya. Melihat beberapa laporan yang sudah menunggunya untuk di tanda tangani diatas meja.

Suara ketukan pintu terdengar dari dalam, membuat Mirza menghentikan sejenak aktifitasnya.

"Masuk!"

Sosok pria dengan potongan rambut undercut dengan sebuah name tag yang di kalungkan di lehernya memasuki ruangan, lalu menyodorkan sebuah ponsel untuknya.

"Za, ada telepon dari tuan Mahesa." Mirza langsung meraih ponsel itu.

"Ya, pah?"

"My son, I am sorry if I bother you. When do you get back to Indonesia?" ucap Mahesa Danendra papahnya.

"Pah, come on. Masih ada banyak hal yang aku urus disini."

"Mirza, kau ini keras kepala sekali. Papah sudah pernah mengatakan bahwa perusahaan yang ada di New York, serahkan saja pada Erik. Dia yang akan mengurusnya, dan kau pulang ke Jakarta."

"Tapi pah..."

"There is no excuse for ignoring it."

Tut... Tut... Tut... Mahesa langsung memutus saluran sambungan telepon. Mirza mencebik kesal ia jengkel sambil menghela napas gusar. Mirza tahu betul bagaimana sifat papahnya.

"Kenapa, kau disuruh balik ke Indonesia?" tanya Erik selaku asisten bawahannya, mencoba menenangkannya.

"Kau tahu sendiri kan bagaimana seorang Mahesa Danendra kalau sudah mengeluarkan perintah? Tidak ada yang bisa membantahnya."

Erik tertawa, "Tuan Mahesa itu sama sepertimu. Sebelas dua belas, sama-sama keras kepala. Kalau sudah memutuskan, tidak bisa diganggu gugat."

"Huft...' tolong siapkan tiket pesawat untuk ku besok. Aku akan balik ke Indonesia."

"Ha? Secepat itu? Tidak bisakah kau menunggu hingga proyek kita bisa diterima oleh para client?"

"Kau mau aku diteror lagi dengan orang tuaku? Dia akan menelepon ku terus-terusan jika aku tidak pulang secepatnya."

Erik yang semula duduk di sofa, kemudian bangkit dari duduknya. "Lalu bagaimana dengan proyek kita, za?"

"Papah ku menyerahkan semuanya kepadamu. Kau yang handle."

MELEPAS SENJA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang