Setelah beberapa jam akhirnya hujan berhenti juga, walaupun masih menyisakan gerimis kecil diatas sana. Seseorang memapah wanita yang terlihat kuyu sedang berjalan menekan tombol bel rumah.
Pintu berwarna putih itu seketika terbuka, tampak Laras terkejut saat tahu Lintang basah kuyup kedinginan dipapah oleh Damar.
"Ya ampun, Lintang." Laras segera menghambur memeluk putrinya, terlihat kekhawatiran terlukis di benaknya.
"Papah, Lingga!" Laras berteriak memanggil mereka berdua. Tak lama Handy dan Mas Lingga keluar menemui mereka.
"Astaga, Lintang. Kau basah kuyup seperti ini, bahkan wajahmu terlihat pucat sekali karena kedinginan. Ayo masuk-masuk. Mbak Yu...!" kali ini Handy yang justru lebih khawatir ia meneriaki mbak Yu asisten rumah tangganya.
Sejurus kemudian Mbak Yu keluar sambil membawa gagang sapu, "iya pak Handy." katanya.
"Mbak Yu, tolong ambilkan handuk atau bathrobe, sekalian buatkan wedang jahe hangat juga untuk Lintang." perintah pak Handy pada mbak Yu.
"Iya, pak." mbak Yu kembali ke dalam untuk menyiapkan keperluan yang diminta majikannya itu. Laras membawa Lintang ke dalam rumah disusul oleh Handy suaminya. Kini diluar hanya tinggal Damar dan Mas Lingga.
"Damar, kenapa kalian bisa sampai basah kuyup seperti ini. Apa kalian tidak mencari tempat untuk berteduh?" kali ini Mas Lingga angkat bicara.
"Maaf, mas. Kita berdua sudah mencarinya tapi kita tidak menemukan tempat untuk berteduh. Jadi, kami terpaksa berteduh di bawah pohon."
"Apa? Kalian berteduh di bawah pohon disaat hujan besar? Kau tahu tidak betapa berbahayanya berteduh disaat hujan badai dan guntur seperti tadi."
"Saya tahu mas, tapi tadi..."
"Kau seharusnya bisa menjaga Lintang, bukan justru malah membahayakannya." Mas Lingga memotong penjelasan Damar.
Damar hanya bisa terdiam, menghormati Mas Lingga yang sedang berbicara.
"Sekarang lebih baik kau pulang saja."
"Baik, mas. Kalau seperti itu saya pamit. Tolong sampaikan salam saya pada om, tante, dan juga Lintang. Mari mas." Damar berjalan meninggalkan halaman rumah Lintang.
Mas Lingga melangkah masuk sambil menutup pintu. Saat Mas Lingga menginjakan kaki di ruang tamu. Lintang terlihat sedang dibalut dengan handuk tebal untuk menghangatkan tubuhnya.
"Damar mana mas?" tanya Lintang.
"Sudah mas suruh pulang." jawab Mas Lingga ketus.
"Mas Lingga, diluarkan masih turun hujan. Kenapa tidak menyuruhnya masuk. Atau paling tidak tunggu dulu sampai hujannya reda."
"Hujannya sudah reda dari tadi, diluar hanya gerimis kecil, jadi biarkan saja dia pulang."
Lintang tak habis pikir dengan sikap Mas Lingga yang tega menyuruh Damar pulang begitu saja.
"Mas Lingga menyebalkan sekali jadi orang."
"Lagi pula kalian berdua kenapa hujan-hujanan seperti itu, seperti anak kecil tahu tidak. Sudah tahu hujan, bukannya meneduh. Malah basah-basahan." Mas Lingga masih ngomel berdiri di ujung ruang tamu sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Mas Lingga kalau tidak tahu kronologinya tidak usah berasumsi yang tidak-tidak. Kita berdua kehujanan karena kita tidak menemukan tempat untuk berteduh."
"Memangnya kau jogging dimana sampai tidak ada tempat untuk berteduh, di hutan?"
Lintang memutar bola matanya, sebal. "Di taman kompleks mas." jawab gadis itu singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS SENJA [ON GOING]
Любовные романыLelaki itu hanya menangis dalam diam. Siapa yang tidak bisa menahan air mata saat seorang perempuan yang dicintainya menikah dengan pria lain. Damar mencintai Lintang, tapi tidak tahu dengan Lintang sendiri. Saat pengakuan cinta malah menjadi cinta...