IN | 4

235 37 22
                                    


Gelap dan sunyi.


Suasana villa malam ini tidak jauh berbeda dari malam kemarin. Hanya saja tidak ada seorang pria yang berdiri diujung tangga lagi. Semuanya terasa kosong, seperti tidak ada orang selain dirinya di villa ini.

Jihoon berjalan pelan, tidak ada keraguan dalam langkahnya. Ia tau dirinya keras kepala, ini mungkin saja bisa membahayakan, tapi Jihoon tidak bisa diam saja dan menunggu semua orang menghilang satu persatu setiap harinya.

Mata bulat itu menjelajahi villa yang luas, samar-samar ia mendengar langkah kaki dibelakangnya. Firasatnya semakin buruk. Perlahan, pemuda itu menoleh kebelakang. Nafasnya tercekat. Seorang pria tinggi berjubah hitam berdiri tepat dibelakangnya. Dengan cepat Jihoon berlari menuju kamar Daehwi dan Hyungseob, hanya tempat itu yang muncul dalam pikirannya sekarang.

Ia berlari secepat yang ia bisa dalam hidupnya. Hanya lima langkah lagi Jihoon sampai kekamar sahabatnya, pemandangan didepan sana lebih dulu membuatnya tertegun.

Ia melihat seorang pria tinggi sedang menerkam pria lainnya dengan brutal. Dan yang diterkam itu adalah...

Daehwi.

Jihoon membatu, nafasnya terhenti. Ia bahkan tidak bisa mengeluarkan suara sama sekali. Darah berceceran dimana-mana, daging yang terkoyak dan suara gelegak yang berat.

Pria itu tampaknya menyadari kehadiran Jihoon. Ia menghempaskan tubuh Daehwi yang sudah tidak berdaya ke lantai dan berjalan pelan kearah mangsa selanjutnya.

Tubuh Jihoon sebenarnya sudah bisa digerakkan, tapi pria itu tetap memilih untuk diam ditempatnya. Rasanya berlaripun percuma. Terlebih pria yang tadi mengejarnya juga sudah berada dibelakangnya sekarang.

Jihoon memejamkan matanya erat, telinganya bisa menangkap jelas suara langkah kaki cepat yang menuju kearahnya dan setelah itu.... Semuanya gelap.

.

.

.

.

.

Mengerjap. Pemuda berwajah manis itu mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya.

Ruangan ini,

Ini adalah kamar tempatnya menginap.

Jihoon mendudukkan dirinya, melihat ke sekeliling dengan tatapan linglung. Semua itu mimpi kan? Jihoon jelas-jelas ingat jika dirinya sedang dikejar oleh 2 orang sinting pemakan daging, tapi sekarang ia masih hidup.

Pemuda itu mengamati tubuhnya sendiri. Sepertinya masih utuh. Saat tangan mungil itu akan meraba wajahnya, Jihoon baru menyadari jika sebuah cincin berlian merah besar melingkar dijari manisnya.

Cincin?

Meskipun samar, tapi Jihoon ingat jika ini adalah cincin yang sama dengan yang digunakan Yoojung dibandara. Kenapa sekarang ini ada padanya?

"Kau suka?"

Jihoon tersentak ketika sebuah suara terdengar. Ia terlalu fokus pada dirinya sendiri sampai baru menyadari jika ada orang lain diruangan ini.

Orang itu menatapnya lekat dari sofa yang posisinya berhadapan langsung dengan tempat tidur.

Jihoon berkedip cepat. Tubuhnya ia seret sampai punggungnya menabrak kepala ranjang. Kenapa Daniel bisa ada disini? Apa ini mimpi lagi? Semua kejadian ini membuat Jihoon sulit membedakan mana yang mimpi dan mana yang nyata.

Memberanikan diri, Jihoon bertanya dengan suara yang parau "P-pak... Kenapa kau ada dikamarku dan Renjun? Apa kau sedang mencarinya?"

Daniel bangkit. Kakinya berjalan mendekat kearah ranjang dengan tatapan yang belum lepas dari Jihoon, membuat pemuda manis itu semakin panik. Apa ia salah bicara?

In Norwegia [Nielwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang