IN | 31

142 19 5
                                    





Daniel berbohong.




Ini jauh dari kata normal. Bukan pesawat, tapi sebuah jet pribadi dengan pilot dan pramugari pribadi pula? Terlalu mewah, terlalu gila untuk kata normal.

Disampingnya Daniel hanya tersenyum, menanti kalimat pertama Jihoon yang kini tampak menatap jet didepannya dengan pandangan skeptis.

"Bukankah semalam kau bilang kita akan naik pesawat?"

"Pesawat terlalu ramai Jihoon, aku tidak ingin kau merasa tidak nyaman"

Dalam hati Jihoon mencibir, sepertinya kalimat itu Daniel tujukan untuk dirinya sendiri, sejak awal Jihoon tau betul jika pria itulah yang membenci keramaian.

Daniel menundukkan kepalanya sejenak pada jajaran petugas penerbangan yang menyambut mereka. Memang tidak banyak, hanya 1 orang pilot, 1 co-pilot, dan 3 orang pramugari dengan pakaian ketat yang membuat Jihoon sedikit mengernyit.

Jujur ini berlebihan. Terasa begitu privasi dan fancy. Ia merasa seperti istri pejabat penting.






Tangan besar Daniel tidak melepaskan tautan mereka barang sedetikpun. Bahkan ketika salah satu pramugari berbelahan dada rendah itu mengambil alih koper mereka dari tangan Daniel, pria itu bersikap acuh tak acuh. Seperti tidak ada orang lain selain istrinya, dan itu membuat Jihoon tersenyum kecil.

Interior mewah langsung menyambut begitu mereka memasuki jet tersebut.

Interior mewah langsung menyambut begitu mereka memasuki jet tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jujur segala kemewahan ini membuat Jihoon ternganga, ia sama sekali tak pernah berfikir akan menaiki jet pribadi selama hidupnya, dan apakah semua jet memiliki fasilitas selengkap ini? Entah kenapa tiba-tiba kisaran harga yang harus dikeluarkan muncul diotaknya.

Daniel mengernyit ketika secara tiba-tiba raut wajah Jihoon berubah, yang tadinya takjub menjadi sendu. Padahal ia kira Jihoon akan menyukainya, tapi kenapa?

"Ada apa sayang? Kau tak menyukainya?"

Bukannya jawaban yang didapat, pria itu malah semakin kelabakan ketika sang istri menoleh dan memandangnya dengan mata rusa yang berair.

"Daniel, apa kau berhutang untuk ini semua? Aku tidak masalah kita naik pesawat kelas ekonomi, itu lebih baik daripada setelah ini kau terlilit hutang..."

Demi Tuhan, pemuda kecil ini benar-benar membuat Daniel pusing sekaligus gemas disaat yang bersamaan.

Direngkuhnya tubuh mungil itu, sedangkan sang pemilik masih tampak begitu sedih karena kesimpulan asal yang ia karang barusan. Daniel tidak tahan untuk menciumi pipi bulat yang kini berair itu, karena itu ia menghadiahkan kecupan beruntun keseluruh wajah sang submissive.

"Aku tidak berhutang pada siapapun, jadi berhenti menangis" 

"Lalu darimana kau mendapat semua uang untuk ini Daniel? Ini pasti mengabiskan banyak uang, padahal kau kan pengangguran"

In Norwegia [Nielwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang