IN | 12

188 29 12
                                    

"Bahkan seorang dewa pun tidak boleh terlalu sempurna"
.

.

.

.

.

"Jihoon, apa kau ingin tahu makhluk apa kami sebenarnya?"

Perkataan gadis di depannya membuat Jihoon menoleh. Serius Chaeyoung bertanya seperti itu? Tentu saja Jihoon ingin tahu, tapi ia pikir hanya Daniel yang bisa menjawab pertanyaan ini, karena itu sejak tadi ia menahan diri untuk bertanya.

"Aku akan menjelaskan, semuanya..."

"Benarkah?"

Chaeyoung mengangguk. Sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat. Ketidak hadirannya sejak 2 hari yang lalu bukanlah tanpa alasan, gadis itu sedang mengulur waktu sampai hari ini, sesuai permintaan Daniel.

"Berjanjilah untuk mendengarkan penjelasanku sampai akhir sebelum mengambil kesimpulan" pinta Chaeyoung yang tentu saja disetujui oleh lawan bicaranya. Pemuda manis itu sudah menyiapkan dirinya untuk apapun yang mungkin akan terpapar nanti. Jika dilihat dari judul buku yang sedang dipegang oleh Chaeyoung, otaknya memikirkan satu kemungkinan.

Gadis bersurai panjang itu tampak mengambil nafas dalam-dalam sebelum memulai.




"Kami adalah dewa... atau lebih tepatnya dewa kematian"

Jeda sejenak, Jihoon masih tampak tenang walaupun pikirannya berkecamuk, ia akan menepati janjinya untuk mendengarkan sampai akhir tanpa menarik kesimpulan lebih dulu.

"Ker*, dewa lain biasa memanggil kami begitu,

Sama seperti manusia, kami para dewa juga memiliki tugas dan kewajiban masing-masing. Dan seperti namanya, tugas kami adalah memastikan kematian setiap manusia yang memang sudah ditakdirkan,

Termasuk kematian semua teman-temanmu Jihoon... Jadi jangan benci Daniel, aku, dan yang lainnya. Itu memang takdir mereka, takdir yang kami tentukan"

"Apa sekarang pertanyaanmu untuk yang satu itu sudah terjawab?"

Jihoon yang sejak tadi diam memperhatikan akhirnya mengangguk. Walaupun sulit dipercaya jika saat ini dirinya sedang berhadapan langsung dengan seorang dewi, lagipula memangnya ada hal yang bisa diterima nalar setelah ia memasuki villa ini? Jawabannya tentu saja tidak ada.

Chaeyoung tersenyum melihat Jihoon yang belum membuka suaranya, gadis itu hendak kembali melanjutkan sesi mendongengnya.

Dongeng yang manis tapi meninggalkan rasa pahit hingga saat ini.

"Seperti yang kubilang tadi, pertemuan pertama kita bukanlah di villa ini, kami mengenalmu jauh sebelum itu"

"150 tahun yang lalu, kau -atau lebih tepatnya Jinwoo- adalah bagian dari kami... Kau adalah Ker"

Dia adalah dewa?

"Jangan tersinggung, saat itu kau adalah dewa yang kacau. Kau menikmati semuanya bahkan lebih parah dari Renjun dan Jaehyun, aku ingat keluarga kami benar-benar kesulitan saat itu"

Chaeyoung tersenyum kecil ketika bayangan Jinwoo muda muncul diotaknya.

"Mungkin karena waktu itu kau masih sangat muda, kau sulit mengendalikan diri. Kami mendapat banyak laporan dari Thanatos* yang mulai terganggu dengan aksimu, karena itu Daniel memutuskan untuk menjemputmu sendiri,

Tapi semuanya tidak berjalan lancar. Kau menggigitnya, tepat dileher" gadis cantik itu tertawa ketika mengingatnya.

"Meskipun dia berhasil membawamu kerumah kami, Daniel sangat marah saat itu, tentu saja karena kau sudah melukai harga dirinya sebagai pemimpin Ker. Ditambah lagi sebagai pemimpin, Daniel juga yang bertanggung jawab untuk melatihmu. Kalian jadi sering cekcok dan bahkan hampir saling membunuh, tapi seperti yang kau tau, kalian berakhir menikah"

In Norwegia [Nielwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang