"Ketempat dimana kita bisa melakukan lebih"
"Tidak, tunggu Daniel... Jangan macam-macam" tubuh kecil itu begerak gelisah digendongan sang suami, beberapa kali juga tangannya mencoba mendorong bibir Daniel yang masih mengejar bibirnya.
Yang lebih tinggi mengerutkan alisnya tak suka.
"Ada apa? Bukankah kau ingin membuat mereka sadar diri?" Kalimat terakhir Daniel ucapkan sambil berbisik, terdengar sedikit mengejek ditelinga Jihoon, pria itu peka rupanya.
"Ka-kau saja yang berpikir negatif, aku tidak seperti itu"
Kekehan yang sialnya tampan itu muncul diwajah Daniel. Dengan posisi Jihoon yang masih berada diatas gendongan koala suami besarnya, endusan dileher jenjang itu tak terelakkan.
Pemimpin Ker itu menggigit main-main leher sang istri, tepat di urat nadi yang berdenyut.
"Kau tidak bisa berbohong, sayang. Disini... Juga mengalir darahku. Jadi apapun yang kau rasakan, aku bisa merasakannya juga"
Telak.
Jihoon bisa merasakan kegembiraan kecil dari pria licik didepannya.
"Baiklah-baiklah... Kau benar, aku mengakuinya. Puas?"
Dan kegembiraan itu menjadi lebih besar karena pengakuannya barusan, menyebalkan.
Daniel terlihat santai, senyumnya melebar dengan monoloid yang lebih hidup dari biasanya. Mungkin ini yang sering orang-orang bilang sebagai fase bulan madu. Pria itu jelas terlihat... Bahagia?
"Ehh, kita mau kemana? Sudah kubilang jangan macam-macam..." Jihoon benar-benar tidak bisa berbuat banyak ketika tubuh kekar itu membawanya entah kemana. Berontakpun percuma, guncangan pesawat saja tidak menggoyahkan pria itu, apalagi perlawanan dari tenaganya yang tidak seberapa ini.
Akhinya ia hanya pasrah, menyembunyikan wajahnya diceruk leher daniel, meredam rasa malu pada para pramugari yang mencuri lirik kearah mereka sejak tadi.
.
.
.
.
.
Untungnya hal yang ditakutkan Jihoon tidak terjadi. Mereka berdua hanya berakhir cuddle dikamar pribadi yang memiliki kasur berukuran queen size, Jihoon bahkan baru tau jika sebuah jet bisa memiliki kamar seperti ini. Setidaknya pada pramugari itu tidak bisa melihat mereka dari sini.
"Sekarang bisa kau katakan padaku, apa yang mengganggumu saat acara pernikahan kita?"
Jihoon yang sejak tadi menenggelamkan wajahnya didada bidang Daniel akhirnya mendongak, menatap tepat pada monoloid yang kini kembali redup. Jauh dalam hatinya Jihoon tau jika pria itu sejak dulu sangat terganggu dengan kesepakatan mereka yang melarang Daniel untuk mendengar pikirannya.
Daniel sudah terbiasa mengetahui segalanya, karena itu menerka-nerka seperti sekarang pasti sangat sulit baginya. Tapi Jihoon bersyukur karena sampai sekarang pria itu masih menepati janjinya, padahal bisa saja Daniel mendengar pikirannya diam-diam, toh Jihoon juga tidak akan tahu.
Dan membahas mengenai apa yang Jihoon pikirkan diacara pernikahan, pemuda itu mencoba mengingat-ingat.
"Saat kita bertemu pada Dewa, aku bisa merasakan ketidak-nyamananmu Jihoon. Apa kau mau membaginya denganku?"
Agak aneh mendengar seorang Kang Daniel yang biasanya selalu memaksakan kehendak menanyakan hal seperti itu. Jihoon bahkan masih belum percaya jika pria yang saat ini bersamanya adalah orang yang sama dengan Head Manager yang menatapnya dengan dingin di chapter pertama.
"Jihoon.."
"Maaf Daniel, aku akan memberitahumu, tapi tolong berikan aku sedikit waktu untuk mejelaskan dengan pantas"
"Tentu, aku menunggu sayang"
Dahi Jihoon mengernyit seolah kesakitan. Ia jelas bisa mengingat hari itu, saat semua orang melihatnya penasaran seperti menyaksikan pameran barang antik. Sebenarnya Jihoon sudah bisa membayangkan reaksi mereka, tapi ternyata rasanya lebih mengganggu dari yang ia perkirakan.
Semua orang penasaran mengenai 'Pengantin yang menikah untuk kedua kalinya'. Semuanya memang tenang, mereka semua Dewa, jelas berbeda dari manusia biasa yang memiliki sifat tercela. Tapi walau hanya dari tatapan, Jihoon tau jika mereka mengharapkan sesuatu yang luar biasa, terlebih ini adalah pertama kalinya seorang Dewa, apalagi kelas tinggi menikahi seorang manusia.
Legenda mengenai dirinya dan Daniel juga sudah menjadi rahasia umum, karena itu ekspektasi mereka pastilah tinggi.
Awalnya Jihoon bisa merasa sedikit tenang karena setidaknya beberapa dari teman Daniel memberikan respon positif, sampai ia mendengar beberapa Dewa membicarakan Daniel dan...
Morena, sang Moirai.
Saat melihatnya langsung jujur Jihoon sangat terpesona, wanta itu sangat cantik, dia juga merupakan salah satu Dewa inti terpenting yang memegang rotasi kehidupan. Semuanya bertambah buruk dengan kedatangan sang Eris.
Jihoon mungkin terlalu sensitif, tapi yang dikatakan gadis itu memang ada benarnya. Jihoon hanya manusia lemah, dia terlalu rentan, tidak sepadan dengan dewa sekuat Daniel.
Jihoon hanya takut jika nanti Daniel akan menyesal karena memilihnya.
Kecupan dan usapan lembut dipucuk kepalanya menyadarkan Jihoon. Daniel masih menatapnya, dengan sorot yang lebih redup lagi.
"Kau gelisah lagi... Bahkan hanya dengan memikirkannya kau merasa seperti ini? Ada apa sebenarnya?"
"Kau menyesal menikah denganku?" Jihoon menggeleng cepat. Bagaimana bisa Daniel berpikir seperti itu.
"Kau salah paham Daniel, aku tidak pernah menyesal mengambil keputusan ini"
"Lalu kenapa? Apa yang membuatmu segelisah itu dihari yang seharusnya membahagiakan?"
Jihoon menarik nafas dalam.
"Maafkan aku Daniel, aku hanya merasa... Kecil?" Pemimpin Ker itu tampak tidak setuju, tapi ia tetap diam, Daniel ingin Jihoon meluapkan perasaannya lebih dulu.
"Walau tidak ada yang mengatakannya secara langsung, aku tau jika mereka semua mengharapkan seseorang yang luar biasa. Kau terlalu agung Daniel, aku baru menyadarinya hari itu, bahwa ada yang lebih pantas bersamamu dibanding diriku..."
"Walaupun Chaeyoung bilang kita adalah pasangan yang luar biasa dikehidupan sebelumnya, tapi sekarang berbeda. Aku hanya manusia biasa sekarang, aku lemah, aku tidak punya kekuatan apapun untuk menopangmu..."
Cukup sudah.
Daniel membungkam bibir itu dengan bibirnya, menyedotnya rakus, seolah menyedot segala omongan tidak masuk akal yang mungkin saja akan Jihoon lontarkan lagi.
"Bagaimana bisa?
Bagaimana bisa kau mengatakan semua itu padahal aku sudah menunggu 150 tahun lamanya hanya untuk bersamamu lagi?"
TBC
.
.
.
.
Adakah yang masih melek??
Hello, i'm back!
Udah lama banget rasanya gak up, masih adakah yang baca book ini? Kalau ada jangan lupa kasih aku support berupa vote/comment yaa.Kayaknya besok mau up lagi, tapi doain aja deh semoga lengkap:(
See you💜
KAMU SEDANG MEMBACA
In Norwegia [Nielwink]
FantasyAcara liburan perusahaan ke Norwegia seharusnya menjadi sesuatu yang menyenangkan. Tapi suatu hari, ketika Jihoon terbangun dari tidurnya, ia sadar jika sesuatu yang buruk telah terjadi, dan yang paling buruk lagi... Tidak ada jalan kembali untuk se...