IN | 29

106 18 2
                                    


Jadi sebenernya kemarin end bohongan




Selamat anda kena prank



Hehe..


.

.

.

.





"Selamat untuk pernikahan kalian"

Jihoon dan Daniel menoleh bersamaan kearah sumber suara. Seorang wanita cantik dengan gaun keperakan miliknya tampak begitu memukau dibawah terpaan sinar bulan. Senyum menawan itu mau tak mau membuat Jihoon ikut tersenyum juga, ia sambut jabatan tangan yang diulurkan wanita itu.

"Kau masih terlihat sama luar biasanya seperti dulu, kupikir menjadi manusia tidak mengurangi kadar kecantikanmu, Jihoon"

Kecantikan? Rasanya agak canggung mendengar itu dari orang yang baru pertama kali ia temui. Terlebih dari wanita secantik dan sesempurna ini.

"Terimakasih nona" akhirnya hanya itulah jawaban yang bisa ia berikan.


"Jangan baca pikirannya Morena, aku punya perjanjian tak tertulis dengannya" Daniel berseru tiba-tiba, sepertinya dua dewa-dewi itu tengah mendengar pikiran masing-masing.

Wanita yang dipanggil Morena itu tertawa kecil.

"Wah... Kau lemah juga kalau sudah berurusan dengan istrimu ya, Niel. Lucu sekali kalian ini"

Manik rusa milik Jihoon menangkap dua orang pria yang mendekat kearah mereka bertiga.

"Sepertinya ada yang menyenangkan disini. Boleh kami bergabung?"

Daniel dan Morena mengalihkan pandangan mereka. Senyum terbit diwajah keempat orang itu, mereka saling menyapa dengan cara yang tidak Jihoon pahami, yang ia tau saat ini dirinya tengah diapit oleh orang-orang berparas luar biasa tampan dan cantik. Sedikit perasaan minder muncul dalam hatinya. Entah mengapa tiba-tiba ia mempertanyakan dirinya sendiri, apa ia cocok dan sepadan untuk Daniel.


Dan jawabannya sudah jelas tidak, ia hanya manusia biasa sekarang.


Rangkulan dipinggangnya menyadarkan Jihoon dari lamunan yang panjang. Daniel menatapnya dengan raut khawatir. Sejak penyatuan darah mereka yang menjadi tahap terakhir upacara pernikahan tadi, mereka bisa saling merasakan perasaan satu sama lain. Dan kegelisahan Jihoon tadi sudah pasti mempengaruhi Daniel juga.

"Ada apa sayang? Kau kelelahan?"

Jihoon tersenyum tipis lalu menggeleng kecil. Ia mencoba mengenyahkan segala perasaan yang mengganjal dihatinya.

"Aku baik-baik saja, jangan khawatir"

Daniel jelas tau jika itu adalah suatu kebohongan. Emosi Jihoon sempat tidak stabil tadi, tapi sekarang ia tidak merasakannya lagi. Daniel akan bertanya ketika mereka dirumah nanti.

Kecupan manis pria itu bubuhkan dipucuk kepala sang istri. Tak lupa dengan usapan halus dipinggang ramping itu. Sekarang tubuh Jihoon terasa jauh lebih relax.



"Sayang. Kenalkan, ini Morena, V, dan Eunwoo... Kurasa kau juga sudah tau jika mereka adalah dewa"

Jihoon tersenyum lembut lalu menyapa mereka satu persatu. Respon ketiga dewa itu sangat baik, lebih dari dugaannya.

"Sekarang aku tau kenapa Daniel menikahimu sampai dua kali, kau sangat cantik Jihoon" puji Eunwoo yang mengundang tatapan maut dari Daniel. Sang Thanatos itu malah tertawa, sama sekali tak terpengaruh dengan tatapan pria itu.

"Kurasa Eunwoo benar. Senang berkenalan denganmu Mrs.Kang" V juga ikut menyapa dengan senyumannya yang menawan.

Awalnya Jihoon pikir semua dewa akan memiliki aura yang sama mencekamnya seperti Daniel, tapi ternyata salah. Mereka terlihat jauh lebih bersahabat dari suaminya. Apa mungkin karena Daniel adalah dewa kematian?

Beberapa menit mereka habiskan dengan berbincang santai, Jihoon juga kerap kali disertakan dalam perbincangan mereka. Semuanya berlangsung seru sebelum kemudian dua orang berbeda gender menghampiri kelimanya.











"Jahat sekali, kalian tidak mengajakku juga"

Jihoon mendapati seorang gadis berparas menawan juga. Sepertinya salah satu dari para dewa.

"Hai Jinwoo. Kau masih ingat aku?" Sapa gadis itu sambil tersenyum lebar.

Jihoon ikut tersenyum tapi tak menjawab, masih sibuk mengingat-ingat siapa gadis didepannya ini, dan kenapa dia memanggil nama lamanya.

Tubuhnya meringis ketika merasakan emosi Daniel yang menggebu. Aura hitam mulai mengelilingi mereka, membuat kakinya lemas.

Ia tak tau apa yang terjadi. Kenapa tiba-tiba kemarahan yang begitu pekat mengelilingi Daniel, dan kenapa auranya terasa lebih menyakitkan dari biasanya.

Tangan mungil itu bertumpu pada tubuh Daniel. Nafasnya juga mulai sesak karena tekanan yang Daniel berikan.

"Daniel... " Suaranya lirih. Biasanya pria itu langsung tersadar, tapi kali ini tidak.





"Daniel cukup! Kau membuat istrimu sesak" suara menggelegar milik Morena lah yang akhirnya menyadarkan Daniel. Wanita itu juga menarik tubuh lunglai Jihoon dari rangkulan Daniel. Memeluknya dengan hati-hati.

Perlahan, kabut kemarahan di sekeliling mereka memudar. Berganti dengan raut cemas Daniel akan istrinya yang masih lemas dipelukan Morena.

"Tenangkan dirimu. Ingat, Jihoon adalah manusia" kini Eunwoo yang membuka suara.

Sedangkan gadis yang menjadi dalang dari kemarahan Daniel hanya tersenyum kecil.

"Manusia memang lemah kan" serunya tak tau situasi.

"Cukup Alexa, jangan membuat keributan" Eric, pria yang sedari tadi berdiri dibelakang gadis itu akhirnya bersuara.

"Memangnya kenapa? Ini kan memang tugasku. Aku dewi perselisihan, ingat?"

Daniel sungguh ingin mencabik tubuh itu sekarang. Memberikan kematian dan rasa sakit paling keji, seandainya ia bisa.

Ia tau kemarahannya akan sulit dikendalikan didepan gadis ini. Karena itu Daniel memanggil Minhyun dan Chaeyoung dalam pikirannya. Jihoon perlu dibawa ketempat yang aman.

Hanya dalam dua menit Minhyun sudah berada didekat mereka.

"Chaeyoung masih harus membimbing tamu yang lain" serunya pada Daniel.

Pria itu menyapa para dewa dewi sebelum kemudian mengambil tubuh Jihoon dari Morena. Mata sipitnya melirik sekilas pada Alexa yang masih tersenyum tanpa dosa. Kemarahannya sedikit memuncak, tapi Minhyun bersyukur ia punya pengendalian diri yang kuat.

"Aku akan membawa Jihoon. Permisi semuanya"




Tbc

.

.

.

Segitu dulu ya. See you 💜

In Norwegia [Nielwink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang