5. GORESAN SORE

537 24 0
                                    

Ia (pak becak) mempersilahkan mobil kami lewat , setelah memindah becak ditengah jalan dan jasad tergeletak menghalangi di jalan sawah desa ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Ia (pak becak) mempersilahkan mobil kami lewat , setelah memindah becak ditengah jalan dan jasad tergeletak menghalangi di jalan sawah desa ini

Ia (pak becak) tersenyum menunduk memberi jalan

Kami terus melaju melewati sawah-sawah , lalu berbelok ke kiri terus masuk kedalam desa , mulai dari sini nampak rumah warna yang berjauhan , diselingi kebun beberapa pohon mangga dan tanaman singkong

Terhenti diwarung makan ini , lek jon tampak tak tenang mengendarai mobil sedari tadi nampak di wajah nya suram , mungkin karena pemandangan tadi , betul juga kita harus istirahat karena lelah , semua yang kukira ada di dalam wajah lek jon dengan tampang ketakutan gemetaran sambil membuka pintu mobil , gagap ia berkata

"Mm Ma mangan sek yo luwe e , ngopi sek , gemeter ket mau luwee"kata lek jon
***("mm Ma Makan dulu ya lapar e , minum kopi dulu gemetar dari tadi laparr")

17.10
Sore menjelang malam hari itu sangat melelahkan yg kukira lek ku sedang ketakutan ternyata ia lapar

Kami masih berada di dalam warung itu , setelah makan dan meminum setengah gelas dari kopi yg terasa khas desa , pahit pas dengan manis yg membuat pikiran rileks

"Kuwi mau sopo toh kok biadab ngunu , mateni wong gawe bendo, sadis"Kata lek jon
***("tadi siapa sih yang biadab begitu , membunuh orang menggunakan bendo, sadis")

Salah seorang warga yg mendengar pun bertanya

"Maaf pak e , ngapunten nggeh , kulo mboten salah krungu , sinten sing damel bendo mateni wong"kata salah seorang warga
***("maaf pak nya, minta permisi ya , apakah saya tidak salah dengar , suapa ya yang memakai bendo buat membunuh orang")

"Iku mau loh awan mau , agek an teko nyang deso iki , wes disuguhi bacok-bacok an , getih tok , nang dalan , sawah deso"kata lek jon
***("itu tadi loh , siang tadi, barusaja sampai di desa ini , sudah disuguhkan tebas-tebas an , darah semua , dijalan , sawah desa")

"Heh uwes lek"jawab ku
***("heh sudah lek")
aku yg ketakutan karena mungkin disini ada pembunuh berantai yg mungkin saja ini adalah teman orang tadi

"Balik ayo lek"kataku
***("Pulang ayo lek")

Sebaik e sampeyan pulang mawon nggeh , kulo ngertos , sampeyan pendatang , mumpung howone dereng peteng , nggeh"kata ia
***("Sebaiknya kamu pulang saja ya , saya tau , kamu pendatang , sebelum hawanya belum gelap ya")

Kami terdiam , setelah kami beranjak keluar ia mulai berbicara lagi yg menghentikan langkah kami tuk pulang

"Ngenten mas , ten deso niki enten sing damel pesugihan dados nopo ne kulo mboten semerap , soale , mlarat sedoyo ten deso niki ,sampek sakniki mboten enten sing sugih, kan niku aneh , pun dicek sedoyo mboten enten sing gadhah arta ten deso niki , polisi niki tiap minggu , tiap ulan ten mriki , pasti wonten kejadian kematian pembunuhan mutilasi , lan korbane kuwi mesti mati e ora nggur 1 iso kadang 2 , dicek sedoyo bukti alat pembunuhan , sedoyo wong ten deso mriki dicek mpun kaleh polisi , nganti saiki dugaan wong luar sing lewat terus bunuh acak , mergane motif pelaku ora jelas, lan korban mesti bedo" tiap ulan pasti , pasti akhire warga tetep yakin mesti ono pesugihan sing gawe ten deso mriki soale mesti mati , mergane warga percoyo turun temurun sejarah deso iki , biyen ono demit sing jeneng e ora oleh disebut , ora oleh diceluk , mergane ngundang , sedoyo ten deso mriki wae sing ngertos nami demit e"
***("Begini mas , di desa ini ada yg memakai pesugihan , dibuat apa pesugihan tersebut saya tidak tahu-menahu, soalnya , orang di desa ini masih miskin semua , tidak ada yg kaya raya di desa ini , sampai sekarang tidak ada yg kaya raya, kan itu aneh , semua rumah sudah di cek tidak ada yg mempunyai uang banyak didesa ini , polisi itu tiap minggu , tiap bulan kesini , pasti ada kejadian pembunuhan mutilasi dan korbannya itu tidak cuma 1 terkadang 2 , dicek semua bukti alat pembunuhan , semua di cek disini , sampai sekarang dugaan cuma orang luar dari desa ini yang membunuh secara acak , soalnya motif pelaku tidak diketahui , setiap korban berbeda tiap bulan , akhirnya satu kembali ke dugaan pertama pesugihan yg dilakukan oleh warga di desa ini memakainya , kepercayaan turun temurun , ada satu hantu yg tak boleh disebut namanya soalnya mengundang kehadiran hantu tersebut , semua orang di desa ini mengetahui nya")

Entah kenapa hari itu mulut ku terucap satu hal yg mungkin aku menyesal mengucapkan nya , entah tak tau rasa penasaran saat bapak tersebut menceritakan nya membuat ku lepas kendali , dan mendekat ke bapak tersebut

"Jeneng e sopo pak"
"Demit bendo"
"Demit bacok"kataku menebak
***("Namanya siapa pak")
***("Hantu bendo")
***("Hantu bacok")

Lidah ku terpeleset tergigit , Arggg
"Jagal Mati"
***("Jagal Mati")

Kenapa aku mengucapkan kalimat yang bahkan aku tak tahu asal usul nya

Seorang warga beranjak dari tempat duduk membayar apa yg ia pesan di warung , beberapa mulai berdiri dari tempat duduk

GREGGGGGG GREGGGGG GREGGGGGGG

SUARA TEMBOK YG TERBUAT DARI BAMBU DAN BENDO YANG DIGORESKAN

kami beranjak ikut lari namun apa daya pintu depan terkunci , bersama beberapa warga , menggedor pintu depan , aku dan lek jon juga ikut menerobos ke depan mencoba mendobrak pintu bambu yang tiba-tiba tertutup

Kami mencoba keluar , mulai hawa mencekan menakutkan dari belakang

Kami takut terulang kejadian tadi siang dengan adegan darah dimana mana

JRASSSS , punggung tangan ku tergores oleh pisau bapak yg ada di belakang ku , Arggg aku mengerang kesakitan

"Cocok kowe sing dadi tumbal"kata nya sambil mengelap darah yg keluar dari tangan ku dengan kain putih

DENGGGGGGGG

Ia berlari kebelakang dan membuka pintu belakang tuk kabur

DENGGGGGGGGG(suara terdengar lagi...)






Bersambung.....

DESO JAGAL

(TS1) TUMBAL PESUGIHAN : DESO JAGAL [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang