00:15

107 4 0
                                    

"Pagi, Mas!"

Armand dengan kesadarannya yang masih belum terkumpul tersenyum, ia mendekap gadis itu erat. Terasa berat sekali untuk bangkit dari posisi nyaman seperti ini. "Sekarang jam berapa, sayang? Di luar udah cerah banget, ya? Kenapa kamu gak bangunin aku lebih awal?"

Zura menatapnya sebal, ia tidak dapat bergerak bebas.

"Udah, Masnya aja yang kebo banget!"

Armand mendaratkan kecupan singkat di keningnya, lantas melepaskannya dan duduk. Ia memakai bajunya, bergegas turun dari kasur menuju kamar mandi. Zura merapikan kamar, meluncur ke dapur untuk menyiapkan sarapan mereka. Tidak banyak yang ia lakukan, hanya menghangatkan makanan kemarin malam.

Armand turun dengan setelan kemeja rapi, kentara sekali sudah siap berangkat ke kampus untuk mengajar. Zura mengambilkan nasi dan lauk suaminya, disambut baik oleh lelaki itu. "Makasih, sayang."

"Oiya, aku gak jadi ke kampus. Kuliahnya diundur."

"Kamu istirahat aja, ya. Nanti sore kita ke Ibu dulu."

...

"Cutinya cuma dua hari?"

"Iya, Bu. Lagi banyak kerjaan soalnya."

Wanita dengan selang oksigen itu menatap putra sulungnya jengkel, "kamu ko bisa setega ini sama istri sendiri? Kenapa gak ambil cuti lebih banyak? Gak kasian apa Zura di rumah sendirian?"

"Eh, gapapa, Bu. Aku biasa di rumah sendiri."

Bukannya mendapatkan ketenangan, wanita itu menghela nafas berat dan menatap keduanya dengan lesu. Ia masih tidak dapat menebak jalan fikiran anak muda zaman sekarang. "Kalau kalian begini terus, cucu Ibu gimana?"

...

Setelah menjenguk Ibu Armand dan melihat kondisi calon rumah mereka, keduanya berada dalam mobil pulang menuju rumahnya. Jalanan kota Bandung cukup ramai, lalu lintas padat merayap. Zura frustasi dengan semua itu, ingin cepat merebahkan badan di kasur.

"Masih lama lagi, Mas?"

"Lumayan. Kenapa? Udah ngantuk?"

Zura hanya mengangguk lemah, ia menyandarkan kepalanya di bahu kokoh itu. Tatapannya lurus ke depan, menyaksikan mobil-mobil di depannya yang tidak kunjung bergerak. Benar, mereka terjebak kemacetan.

"Jangan cemaskan perkataan Ibu, ya."

"Kenapa?"

"Mas belum siap."

MARRY ME, MAS DOSEN! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang