00:19

84 3 0
                                    

Di tengah keheningan malam, Zura membuka matanya saat angin dingin menyapu wajahnya lembut. Ia langsung melempar pandangan pada jendela yang terbuka, di sana berdiri Armand bersama lamunan panjangnya. Sampai, wanita itu benar-benar bangun dan mendatanginya. Diam-diam, ia memeluknya dari belakang, membuatnya terlonjak sesaat namun berakhir dengan senyuman di wajahnya.

"Mas ganggu kamu?"

"Enggak, kok. Tapi, kenapa belum tidur?"

Lelaki itu tidak langsung menjawab, matanya masih disibukan dengan ribuan bintang di langit Bandung. Ia mengelus punggung tangan itu, "gapapa, belum ngantuk aja. Mungkin karena tadi kebanyakan istirahat. Kamu tidur lagi aja, jangan hirau-"

"Ada apa? Jujur sama aku. Aku, istri kamu."

Armand berbalik, membawa wanita itu dalam dekapan hangatnya. Zura membalas pelukan tersebut tidak kalah erat, membuat lelaki itu merasakan perasaan lega saat mendapatkan respon darinya.

"Mas gak mau ninggalin kamu, Ra."

"Ini masih tentang S3 itu? Aku, gapapa, kok. Lanjut-"

"Jangan bilang gitu, Mas sedih."

"Ini kan demi kebaikan kita, kenapa enggak?"

...

Hari-hari berikutnya terasa lebih hambar. Armand sadar kalau segalanya karena ulahnya, membawa hubungan mereka pada keadaan yang seperti ini. Setelah beres mengajar, lelaki itu memutuskan untuk pergi ke supermarket membeli bahan-bahan makan malam. Selesai, ia bergegas pulang ke rumah, berharap istrinya masih lama bermain dengan para sahabatnya dan memberikannya waktu untuknya memasak.

Sekitar tiga puluh menit berjibaku mengolah bahan-bahan tersebut, dua piring pasta dengan telur kukus kesukaan Zura selesai. Lelaki itu duduk, namun rasa kantuk tiba-tiba mendatanginya. Benar, hari ini jadwalnya cukup padat ditambah dengan memikirkan hubungan mereka yang sedang tidak baik-baik saja, sangat menguras energinya. Pada akhirnya, ia terlelap.

Beberapa saat kemudian, Zura datang. Ia dibuat tersenyum dengan apa yang dilihatnya di meja makan. Makan malam dan suaminya yang sedang tertidur dengan apron merah mudanya. Terlihat begitu menggemaskan di kedua matanya. Ia tidak menyangka lelaki itu akan bersikap sangat manis seperti ini. Wanita dengan kemeja biru muda menyentuh rahang tegas Armand, membuatnya mendadak bangun dan mereka terkejut bersamaan. Setelah bertatap cukup lama, Armand menarik Zura untuk duduk di pangkuannya, menenggelamkan wajahnya di dadanya. Hening sesaat, mereka sibuk dengan isi kepala masing-masing. Sampai, tangan Zura mengelus rambut lembut itu penuh kasih sayang, membuat Armand mendongak.

"Maafin Mas, ya?"

"Buat apa?"

"Mas buat kita jadi canggung. Maaf."

"Enggak-"

"Padahal, dulu Mas yang berjanji akan membuat kamu bahagia, sayang. Tapi, kenyataannya gak demikian. Jadi, kita bisa mulai dari awal lagi?"

MARRY ME, MAS DOSEN! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang