-10- Landslide

407 67 55
                                    

"Besok hari Sabtu."

Lia melirik Yeji singkat lalu kembali fokus pada layar laptop yang menunjukkan rentetan kata demi kata tertera di persegi panjang putih. Kacamata yang dipakainya sudah melorot ke bawah hidung tetapi gadis Choi abai soal itu. Memang jika sudah fokus ia tidak peduli hal lain. Maka Yeji kembali mencoba menarik perhatiannya.

"Lia."

"Hmm?"

"Liat gue sebentar."

Untung saja ia menyanggupi, akhirnya melepas kacamata—yang membuatnya mulai risih dan ingin mengistirahatkan matanya sejenak, "Yes?"

"Besok hari Sabtu."

"Okay so?"

"Udahan ngerjain tugasnya. Masih bisa dikerjain hari Minggu 'kan?"

"Oh maksud lo tuh gue mending stop ngerjain tugas biar kita bisa have fun, gitu?" Lia tersenyum nakal.

Yeji menghela napas. Terkadang adik tingkatnya ini terlalu blak-blakan soal intimasi di antara mereka berdua (dan juga lebih sering memikirkan hal-hal tidak senonoh daripada dirinya). Seharusnya bukan masalah besar karena Yeji sudah sering 'tidur' bersama orang lain. Hanya saja dengan Jisu rasanya berbeda. Ia menjadi lebih pemalu padahal seharusnya dirinya yang lebih agresif.

Kalau dipikir-pikir lagi sayang jika menolak, bukan? Bagaimanapun, Lia sudah memberi kode.

"Iya tapi bukan itu intinya, dasar pelupa."

Lia mengerutkan kening, entah bingung atau berusaha mengingat. Selama ia berkutat dengan dirinya sendiri, Yeji bangun untuk menyiapkan barang-barang yang harus dibawa ke pertandingan semifinal besok. Satu hal lagi, terkadang Lia bersikap lemot seperti sloth.

Jersey dengan nomor punggung nol satu, topi baseball, sarung tangan baseball, baju ganti yang terdiri dari kaos oblong kebesaran dan celana training; semuanya masuk ke dalam duffle bag lusuh dan satu-satunya miliknya. Tas itu ia letakkan di samping matras dekat pintu. Setelah itu, ia juga meletakkan sepasang sepatu olahraga lengkap dengan kaus kaki tepat di sebelah duffle bag. Melihat barang-barang yang sudah ia siapkan itu membuat dirinya membayangkan pertandingan besok—perasaan bersemangat langsung meluap di dalam dirinya memikirkan kemenangan yang menjadi tujuannya. Seonhan Seoul Fox akan bertahan menjadi juara. Sebagai kapten tim, Yeji bertekad mempertahankan posisi kemenangan itu.

Lia menepuk bahunya, membuat Yeji terperanjat kaget. Sedang enak-enak berkhayal tiba-tiba ditepuk seperti itu, bagaimana ia tidak kaget?!

"Udah inget! Besok lo tanding semifinal ya," cengiran Lia berhasil membuat kedua matanya menyipit. Eye smile yang tidak pernah gagal membuat sang pitcher gemas.

Sudah dibuat kaget sekarang pun dibuat luluh.

Entah setan dari mana yang merasuk raganya, kedua tangan Yeji bergerak mencengkeram pundak Lia, mendorongnya ke tembok, sebelum mencium bibir manisnya.

Bibir yang akhir-akhir ini membuatnya kecanduan.

Sekarang lihatlah siapa yang terperanjat kaget, Yeji tersenyum disela ciuman sebab berhasil membuat Lia terkesiap. Tidak membutuhkan waktu lama untuk gadis Choi melingkarkan lengannya di leher sang pitcher, menikmati kecupan demi kecupan. Ciuman yang termasuk singkat. Lia rela harus menahan hasratnya malam ini mengingat besok Yeji ada pertandingan. Tentu sang pitcher tidak boleh kelelahan, bukan?

Walaupun Yeji sudah menelusupkan tangannya ke dalam kausnya, menyentuh kulit perut yang memberi efek geli sekaligus merinding. Ia bahkan mulai menciumi leher Lia.

Pitch-a-Pat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang