Warning! Ada konten NSFW di chapter ini. Jadilah pembaca yang bijak.
"Ahhh..."
Dua pemudi bertindihan di kasur sempit dalam ruangan berpetak kecil. Hujan di peralihan musim biasa terjadi, seperti malam ini. Udara yang dingin menimbulkan keinginan menghangatkan diri. Keduanya saling setuju bahwa sekadar membenamkan diri dalam selimut sangat membosankan. Alternatif lain yang mereka sepakati dimulai dengan agenda melucuti pakaian. Berselang beberapa menit, salah satu dari mereka memberi pujian bagi yang lain—berupa lenguhan nikmat. Kemampuannya dalam memuaskan diapresiasi langsung oleh alam bawah sadarnya.
Hwang Yeji, serba bisa atau berpengalaman? Lia bertanya selagi pikirannya dikabuti kenikmatan seks. Cukup aneh tapi bagaimana bisa ia tidak bertanya-tanya? Yeji orang paling gila dengan lidah dan jari-jari yang gila pula.
Foreplay singkat cukup membuat tubuh Lia terbakar dengan nafsu. Ada rasa kesal sebab Yeji mampu membuatnya basah dalam sekejap. Seluruh permukaan kulitnya terasa sensitif, sensornya terkejut setiap disentuh, memberikan efek merinding dan semakin meningkatkan libido.
Wajah Yeji sudah berhadapan dengan area kewanitaan Lia. Cairan bening mengilat yang terdapat di sekitaran lubang vagina bukan menjadi perhatiannya. Malah ia menciumi paha dekat selangkangan adik tingkatnya secara sensual.
"God, Yeji...cepetan...nngh.."
"Cepetan apa?"
Lia mengerang tapi susah mengartikannya—antara kesal dan menikmati permainan.
"Jawab dulu."
Ujung sprei mulai lepas akibat tertarik cengkeraman tangan Lia. Kepalanya mendongak ke atas sambil memejamkan mata kuat-kuat, "C-cepetan...lo tau maksud gue."
"Gue suka liat lo nggak berdaya kayak gini, Choi Lia."
Di saat mata Lia membuka, tepat saat itu juga ia melihat seringai sang pitcher sebelum akhirnya ia menjulurkan lidah untuk menyicip buntal kecil super sensitif yang terpampang di depannya.
"FFFUUCCK!"
Dimulailah permainan yang sebenarnya.
Lia benar-benar dibuat tidak berdaya. Walau begitu, masih ada cukup tenaga untuk menarik rambut Yeji selama ia 'dimakan'. Suara mulai menunjukkan tanda-tanda akan habis. Dada telanjang naik-turun dengan cepat akibat paru-paru bekerja keras. Suhu tubuh memang berhasil meningkat. Namun, apa yang dirasakannya sekarang seperti terjebak dalam sebuah paradoks; tersiksa dalam kenikmatan.
Mereka bilang orgasme yang tertunda dapat membuat intensitas klimaks lebih dahsyat. Apakah terbukti secara ilmiah? Lia tidak yakin karena belum mendalaminya dan mengalaminya. Rasa-rasanya, Yeji sedang melakukan itu padanya—sengaja mengulur waktu, melambatkan gerak lidahnya. Tadi hampir saja Lia akan mencapai puncak.
Yeji amat berani. Ia secara tiba-tiba sepenuhnya berhenti bergerak, menopang dagunya di perut rata gadis Choi.
"Lo kok kesel gitu mukanya?" Tanya Yeji tertawa kecil.
"Sengaja kan? Jauh-jauh dari gue, Hwang!"
"Woah princess jangan ngambek. Kita belum selesai."
Yeji menahan paha Lia yang memberontak berusaha menjauhkan dirinya.
"Belum selesai, belum selesai. Lo sendiri yang tiba-tiba udahan!"
Lia dalam keadaan kesal selalu menjadi sumber kesenangan tersendiri bagi Yeji. Bagaimana bisa ia tidak tertawa melihat alis ulat bulunya yang hampir menyatu itu? Wajahnya yang malah terlihat menggemaskan juga membuat kotak tertawanya tergelitik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pitch-a-Pat!
FanfictionYeji itu seorang pitcher handal. Suka lempar bola. Tapi kok bolanya sampai ke hati Jisu? Your typical cliché story but not-so-cliché. Kalau kata Yuna: "You know what I mean?" -GxG- harsh words