"Yujin!"
Si pemilik nama menengok ke belakang secara dramatis. Dua gigi atas di paling tengah mengintip di sela bibir. Walau terlihat sedikit tetapi siapa pun yang melihatnya tahu ia memiliki gigi menyerupai kelinci. Saat tahu yang memanggilnya adalah rekan satu tim baseball, Yujin menghampiri orang itu kegirangan.
"Wee tumben banget kak dateng ke gedung fakultas gue. Ada apa nih, captain?"
Kapten tim baseball alias Hwang Yeji. Ya, Yeji menghampiri Yujin selaku mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi di gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Yujin sedang berjalan diiringi beberapa cewek sebelum dipanggil Yeji. Cewek-cewek itu sekarang malah sibuk mengagumi dua pemain baseball itu. Yeji dengan cuek menarik Yujin menjauh dari para cewek itu.
"Apaan, kak? Buruan ngomong, gue mau ada kelas nih." Yujin mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Bentar aja. Gue mau nanya."
"Tanya aja."
Yeji menghela nafas pertanda baru saja selesai menenangkan diri. "Punya nomornya si Choi Lia anak kimia angkatan dua ribu delapan belas?"
Yujin mengerjap-ngerjap sebentar, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Kabar tentang si maba kurang ajar dari Eunbi sudah menyebar ke seluruh anggota UKM. Tentu Yujin dibuat heran dengan pertanyaan kapten timnya. Buat apa nomor si maba kurang ajar? Mau diapakan anak itu?
Sebenarnya Yeji memiliki alasan kenapa bertanya kepada Yujin. Alasannya adalah anak itu paling jago mendapatkan nomor, baik kenal maupun tidak kenal si empunya nomor. Yujin yang jago bersosialisasi dan berkarisma memang cocok masuk jurusan Ilmu Komunikasi. Dengan kemampuan yang dimilikinya mudah saja untuk mendapat nomor siapa pun yang diinginkan, bagai menjetikkan jari saja.
"Buat apa nomor si maba kurjar itu?"
"Gue ada urusan sama dia. Lo mau kelas, 'kan? Buruan kasih nomornya."
"Hm..tapi gue belum ada. Nanti deh kalo udah dapet, gue kabarin."
Sebelum berlalu, Yujin menyeringai. "Bayarannya jangan lupa ye.""Iya, asal lo jangan ember ke anak-anak sampe gue kelarin urusan gue, paham?"
"Oke, dobel bayaran."
Yeji mendecak. "Ya, bawel."
Setelah "transaksi" itu mendapatkan deal, Yujin buru-buru pergi menuju kelas. Sementara itu, Yeji memutuskan untuk jalan-jalan ke Fakultas MIPA demi melancarkan aksi selanjutnya. Kebetulan ia sedang tidak ada kelas. Sambil tersenyum dan pikiran dipenuhi rencana, Yeji berjalan dengan pede, menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya. Namun, apalah daya, Yeji tidak pernah peduli pada orang lain selain orang-orang yang dikenalnya.
Orang-orang yang menarik perhatiannya juga menjadi pengecualian.
Sampai di gedung Fakultas MIPA yang dipenuhi rimbun pepohonan dan berbagai jenis tanaman, terlihat beberapa mahasiswa berdiskusi di taman ruang hijau. Di taman itu disediakan banyak bangku dan kursi batu agar mahasiswa bisa menjadikan tempat itu sebagai tempat bersantai, berdiskusi, mengerjakan tugas, atau sekadar bercakap-cakap. Kelebihan Fakultas MIPA memang taman hijau itu. Selain menekankan fakultas mereka ramah lingkungan, fakultas itu juga ingin menunjukkan identitas sebagai fakultas berbasis alam.
Yeji mendapati Chaeryeong sedang berjalan menyusuri koridor di samping taman hijau. Langsung saja ia menghampiri adik si Chaeyeon tanpa berpikir dua kali. Dalam benaknya sempat terlintas kenapa ia cuma berjalan seorang diri.
"Chaer!"
Chaeryeong sedikit terkesiap melihat siapa yang memanggilnya. Diam-diam ia berusaha agar kembali tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pitch-a-Pat!
FanfictionYeji itu seorang pitcher handal. Suka lempar bola. Tapi kok bolanya sampai ke hati Jisu? Your typical cliché story but not-so-cliché. Kalau kata Yuna: "You know what I mean?" -GxG- harsh words