Saat ini sedang berlangsung pertandingan sengit antar kedua kampus, saling mengejar skor satu sama lain. Walaupun Yeji dan timnya bermain prima, tim lawan tidak kalah bagus. Sejak beberapa menit lalu, tim Seoul Foxーtim kampus merekaーkembali mendapat giliran menjadi regu pemukul. Sekarang sang pitcher mendapat giliran memegang tongkat pemukul itu.
Sejujurnya Yeji merasa staminanya sudah terkuras habis. Sejak bertatap netra dengan kakak tirinya, rasa-rasanya jantungnya memompa darah terlalu cepat, tenaga yang dikeluarkan dua kali lipat; semua karena keinginan menggebu ingin mengalahkannya. Yeji benci jika ia menjadi nomor dua meskipun selama ini ia tahu kakaknya itu sudah sering mengalah.
Ia tidak akan pernah mendapat apa yang paling ia inginkan. Sekeras apa pun itu. Maka kali ini saja, dalam bidang ini, Yeji ingin menjadi yang terbaik.
Pitcher dari Yongin Phoenixーtim kampus lawanーsudah siap. Yeji melihat sekeliling sebelum mengangkat tongkat pemukul untuk mengestimasi kekuatan lawan dan seberapa cepat ia bisa menginjak semua base. Targetnya adalah mencetak home run menyusul Momo. Pada babak ke-8 ini adalah penentuan bagi tim mereka karena tim lawan juga berhasil mencetak satu home run. Jika Yeji ingin membawa tim mereka lebih unggul maka sekarang lah waktunya.
Bola pertama dilempar, Yeji berhasil memukulnya sekuat tenaga. Bola terpukul jauh. Salah satu fielder hampir saja menangkap bola tetapi ia agak ceroboh, salah menumpukan kaki saat melompat dan berujung terpeleset. Fielder itu berlari sekuat tenaga mengejar bola yang menggelinding mengenai pembatas lapangan. Yeji mendengar teman-teman si Fielder menyemangatinya, menyerukan namanya, "Ayo, Joy! Tangkap bolanya cepat!" Sementara itu, Yeji tidak terlalu peduli, fokus menginjak semua base demi home run. Anak-anak kampus Seonhan Seoul menyoraki Yeji. Hal itu membuat Yeji menengok sekilas ke arah tribun dan entah mengapa tatapannya jatuh pada sosok Lia, yang juga menatapnya dari kejauhan.
Kecepatan lari Yeji melambat, rasanya sulit memalingkan fokusnya dari maba kurang ajar itu. Aneh.
Lah dia nonton? Kenapa itu anak liatin gue gitu banget?
Tersisa satu base lagi yang belum diinjak. Semakin dekat, Yeji menaikkan lagi kecepatan larinya. Tinggal beberapa langkah lagi dan ia akan mendapatkan home run. Dari sudut matanya, ia melihat kakak tirinya berlari mendekatinya. Yeji memutuskan untuk melakukan sliding agar kakinya lebih dulu mencapai base. Ia memejamkan mata, berharap ia tepat waktu.
Peluit dibunyikan oleh wasit. Yeji membuka mata, langsung bertatapan dengan Seulgi. Sinar mentari sore memberikan efek gelap pada wajahnya. Kakak tirinya itu terlihat terengah-engah. Samar, Yeji merasakan sesuatu di lengannya. Saat ia melihat ke arah lengannya, bola yang dipegang Seulgi menempel di sana.
"Out!"
Tim Seoul Fox mendapat 1 out. Itu artinya tersisa dua lagi yang harus dihindari jika mereka tidak ingin berganti posisi menjadi regu penjaga. Sayangnya tim Yongin Phoenix benar-benar tidak memberikan peluang bagi Seoul Fox untuk meninggikan skor. Selang dua orang setelah Yeji, anggota tim Seoul Fox berhasil di-out dua orang. Itu artinya sekarang berganti posisi regu lagi. Mereka hanya mampu menambah 2 poin skor saja. Yeji kesal. Sangat kesal.
Surya semakin menurun, angin semakin dingin, pertandingan akhirnya mencapai titik puncak.
Pertandingan berakhir dengan Kang Seulgi mencetak home run dan membawa kemenangan pada timnya.
■■■■■
"Dek..."
Tidak ada jawaban.
Si pemanggil berdeham.
"Yeji."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pitch-a-Pat!
FanfictionYeji itu seorang pitcher handal. Suka lempar bola. Tapi kok bolanya sampai ke hati Jisu? Your typical cliché story but not-so-cliché. Kalau kata Yuna: "You know what I mean?" -GxG- harsh words