Dua bulan kemudian...
Yeji lagi-lagi berada di gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Politik atas permintaan Yujin. Ia tahu apa artinya itu. Yujin sudah berhasil mendapatkan nomor Lia. Cukup lama bagi seorang Yujin untuk mendapat nomor itu dan Yeji berasumsi bahwa Lia bukan cewek gampangan. Yeji tidak protes karena ia tidak mau menraktir Yujin lebih banyak. Ditambah lagi ia cukup berterima kasih karena Yujin memegang janji untuk tidak membocorkan "transaksi" mereka berdua. Yeji jadi bertanya-tanya dari siapa gerangan Chaeyeon tahu soal rencananya ingin melakukan sesuatu pada Lia.
"Sesuai perjanjian kita ya, kak."
Yujin menyeringai sok-sok dibuat seram seperti penjahat kelas kakap di film superhero sambil menunjukkan deretan nomor disusun satu baris yang diberi nama kontak "maba inceran kak Yeji" di ponsel pintarnya. Yeji menjitak pelan dahi Yujin, kesal melihat tingkahnya. Yujin memberengut sementara Yeji mengetik dan menyimpan nomor Lia pada ponselnya sendiri.
"Lo mau ditraktir apaan? Jangan yang mahal-mahal awas aja lo."
Yujin tampak berpikir. "Em....."
"Apa buruan gue mau kelarin tugas nih habis ini."
"Gue pingin takoyaki monster yang dijual deket tempat lo kerja aja deh. Sekalian anter ke rumah gue ya." Yujin menyengir ala kuda.
Ia dihadiahi tempelengan kali ini. "Lo pikir gue kang ojol?"
"Yaa kakak 'kan janji dobel bayaran kalo gue janji nggak bocorin ke anak-anak. Gue nggak minta beliin dua porsi lho, minta anterin aja. Baik 'kan gue."
"Oh iya, Jin gue mau tanya sesuatu."
"Triple bayaran yak?"
Yeji segera mengunci leher Yujin. Tidak benar-benar mengunci seperti yang dilakukan atlet gulat tetapi cukup membuat Yujin kelabakan. Mereka berada di hall utama gedung FISIP alhasil banyak pasang mata melihat ke arah mereka sebab Yujin pura-pura mengerang kesakitan. Anehnya orang-orang di sana banyak yang tertawa geli melihat kelakuan dua anggota baseball itu. Banyak pula yang melihat mereka dengan tatapan heart eyes.
"Ampun, ampun. Iya tanya ajaa. Ah, aku nggak bisa nafas! Lepasin!"
"Lebay banget dah." Yeji akhirnya melepaskan Yujin yang sekarang berakting batuk.
"Lo 'kan nggak bocorin ke anak-anak tuh tapi kok Chaeyeon bisa tau gue ada urusan sama Lia?"
"Lah mana gue tau."
Kasihan Yujin, ia terkena serangan jitak lagi. Anak itu membalas perkataan dengan sewot, membuat Yeji geregetan.
"Coba aja lo tanya langsung sama inceran lo itu. Siapa tau dia geer terus nyebar-nyebar."
Yeji menggeleng. "Kalo dia nyebar pasti akun lambe univ juga koar-koar. Lo beneran nggak ngasih tau siapa-siapa 'kan, Jin?"
"Sumpah demi Tuhan. Apa komuk gue tampang pembohong?"
Yujin menampakkan tampang memelas. Yeji berdecak jengkel. "Lo 'kan kadal, suka bohongin cewek-cewek. Nah gimana tuh?"
"Kecuali lo lah. Gini amat lo sama gue padahal udah dibantuin. Apa salah dan dosaku, sayang~"
Pikiran Yeji enggan diajak tenang, masih menerka-nerka siapa yang memberitahu Chaeyeon. Yeji cukup percaya pada Yujin karena anak itu setia kawan. Jangankan Yujin, semua anak baseball memiliki solidaritas yang tinggi dan sudah seperti keluarga. Namun, Yeji tidak bisa menahan diri untuk tidak berprasangka. Bisa saja Yeji belum mengenal mereka cukup dalam, bukan?
"Kak, gue nggak bermaksud kepo tapi emangnya lo mau apa sama si maba itu? Lo mau jadiin dia 'mainan'?"
"Gue mau score dia." Yeji berdalih. Tidak sepenuhnya berbohong karena memiliki Lia termasuk bagian dari rencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pitch-a-Pat!
FanfictionYeji itu seorang pitcher handal. Suka lempar bola. Tapi kok bolanya sampai ke hati Jisu? Your typical cliché story but not-so-cliché. Kalau kata Yuna: "You know what I mean?" -GxG- harsh words