Suasana hati Lia memburuk. Harus rela pergi ke luar di cuaca yang cukup panas apalagi melihat pria-pria memakai baju berhiaskan oli dan telinga menjadi penging akibat suara mesin beradu besi sungguh membuat gerah tak nyaman. Ia sempat merasa lega saat Ryujin menawarkan bantuan tetapi sekarang ia merasa jengkel kembali. Entahlah, hari ini sepertinya hari yang menyebalkan.
Ryujin memerhatikan tindakan Lia yang sedari tadi gusar. Berkali-kali juniornya itu mendengus, lidah berdecak setiap beberapa menit, menyalakan handphone lalu mematikannya beberapa detik kemudian terlihat kebosanan. Ryujin tahu Lia pasti tidak ingin berlama-lama berada di bengkel karena bosan. Lagipula mereka baru berkenalan, sulit mencari topik perbincangan. Setidaknya jika ingin mengobrol jangan di tempat itu, Ryujin berpikir.
"Mau pergi ke suatu tempat nggak?" Ryujin berinisiatif memulai.
"Ke mana?"
"Cari apa kek gitu, minuman yang seger-seger. Deket sini ada mall."
Tanpa berpikir dua kali Lia menyetujui ajakan Ryujin. Bisa mati kebosanan aku di tempat ini, pikirnya. Mereka berdua berjalan kembali menuju mobil Ryujin yang terparkir di depan bengkel setelah memberitahu salah satu pekerja di bengkel itu bahwa mereka akan pergi sebentar. Ryujin lagi-lagi mendahului Lia untuk membukakan pintu kursi penumpang di depan. Saat Lia menatapnya, perempuan berambut merah muda itu memberikan senyum kecil yang memperlihatkan deretan gigi yang rapiーwalau tidak semua. Senyum itu mungkin terlihat menawan tetapi sebuah pengecualian bagi Lia. Ia memutar bola matanya karena menganggap senyuman itu disengaja untuk menarik perhatiannya atau membuatnya tertarik.
Geer aja nih si mbak.
Berhubung sedang jam makan siang jalanan menjadi ramai dan macet. Satu-satunya hiburan yang ada di dalam mobil adalah pemutar musik yang sedang memutar lagu Honne - Day One. Lia bersedekap, bibir mungilnya melengkung ke bawah, tidak senang dengan kesialan yang terus menimpanya. Tingkah laku Lia tidak luput dari sudut mata Ryujin. Si pemilik rambut pink gagal menahan kekehan. Lia sontak mengarahkan kepalanya ke arah perempuan yang sedang mengemudi itu.
"Ada yang lucu?" Lia bertanya dengan nada sinis.
Amboy, judes sekali si nona Choi.
"Gue nggak bermaksud," Ryujin menutup mulutnya yang masih terbuka lebar dengan punggung tangan. "Cuma, gimana ya ngomongnya. Lo gemes cemberut gitu. Bete ya dari tadi?"
Perlahan lengkungan di bibir Lia menukik.
Apa-apaan sih ini orang?
Tapi perkataan tidak sesuai dengan tindakan. Entah kenapa Lia merasa senang. Namun, ia tidak mau mengakuinya begitu saja.
"Iya lah bete. Sial mulu dari tadi."
"Berarti ketemu gue juga lo anggap sial dong?"
Ah, kena telak. Lia menjadi salah tingkah. Pertanyaan itu bukan pertanyaan retorik. Namun, kalau menjawab jujur Lia merasa malu.
Bagaimana pun ia memilih untuk berkata jujur. Masa ia bertingkah tidak sopan pada penyelamatnya? Lia sadar diri masih memiliki yang namanya akhlak.
"Y-ya...nggak lah."
Kali ini Ryujin memberanikan dirinya untuk tertawa. Yah, hanya tertawa kecil karena tidak ingin memperburuk suasana hati si junior. Lia menghembuskan nafas sambil menggembungkan pipinya. Ryujin pun melihatnya, ingin sekali mencubit pipi yang terlihat kenyal itu. Hanya saja Ryujin tahu diri mereka baru bertemu.
Setelah hampir tiga puluh menit lamanya mereka berada di jalan, akhirnya mereka sampai di gedung besar berisikan berbagai barang jualan dan lautan manusia. Tentu saja mall ramai karena banyak pekerja kantoran mencari makan. Selain itu, pada jam itu memang waktu istirahat makan siang bagi kebanyakan orang. Keramaian itu memisahkan Ryujin dan Lia karena Lia tidak mampu menyamakan langkah kaki cepat Ryujin. Bodohnya Ryujin baru menyadari itu saat ia bertanya di mana sebaiknya mereka mencari minuman segar yang menjadi tujuan utama mereka. Saat ia berbalik badan ia melihat Lia berusaha mengintip dari balik punggung orang-orang beberapa meter di belakang. Entah perawakan Lia yang terbilang kecil atau orang-orang berevolusi menjadi manusia tinggi, menyebabkan mereka terpisah. Yang jelas Ryujin tidak mau kehilangan Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pitch-a-Pat!
FanfictionYeji itu seorang pitcher handal. Suka lempar bola. Tapi kok bolanya sampai ke hati Jisu? Your typical cliché story but not-so-cliché. Kalau kata Yuna: "You know what I mean?" -GxG- harsh words