Bab 4.

383 42 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Aga ayo dong sayang minum obat nya ya"

"Ih gak mau mom, it's bitter"

"Baby" ucap Abra membuat Agahta mencebikan bibirnya dan mau tak mau Agahta harus menurut, dia tidak ingin ayahnya marah walaupun kenyataannya Abra tidak pernah memarahi Agahta

"Good boy" ucap Alexa seraya mengusap rambut Agahta

"Aga mau pulang" ucap Agahta pada Abra

"Iya besok sudah boleh pulang ko "ucap Abra membuat Agahta tersenyum dengan lebar

*****

Di kediaman Wijaya, terjadi perdebatan antara orang tua dan anak, lebih tepatnya Arman dan Aland, mereka sama sama keras kepala jadi sangat susah untuk di lerai sekalipun itu Shafira

"Yah plis aku udah besar, aku juga perlu berbaur dengan dunia luar!"

"Sekali tidak tetap tidak Aland"

"Yah aku bukan anak perempuan yang harus ayah jaga 24 jam, Aland laki laki "

"Sudah lah Arman, Aland laki laki dia perlu tahu dunia luar kalo kamu kekang bagaimana kalau nanti kalian sudah tidak ada, apa kalian pikir Aland akan terus menjadi anak anak? Tidak Arman Aland sudah besar, kakak yakin Aland akan tahu mana yang baik mana yang buruk, tugas kita sebagai orang tua hanya memantau dari jauh mengarahkan anaknya bukan mengekang seperti ini" Ucap Yolanda Sedangkan Shafira hanya melihat keributan ini, dia tidak bisa berbuat apa apa, karena pola pikirnya sama dengan sang suami, Aland anak semata wayang mereka, anak yang mereka nantikan selama 7 tahun, mereka tidak ingin terjadi sesuatu dengan Aland itulah sebabnya mereka berdua begitu overprotektif kepada Aland

"Kakak tidak usah ikut campur, Aland anakku, aku berhak mendidik dia, kakak tidak punya hak apapun, kakak juga tidak pernah memiliki anak jadi kakak tidak tahu rasanya mendidik anak dengan benar" Ucap Arman, dia mengatakan itu tanpa beban, dan tanpa tahu bahwa perkataan nya menyakiti hati Yolanda

"Ya kakak tahu kakak tidak punya hak , kakak hanya mengingatkan kamu Arman, dan terima kasih sudah menyadarkan kakak"Ucap Yolanda tidak ada bentakan dari cara bicaranya tapi dapat membuat Arman sadar bahwa perkataan nya menyakiti hati kakak nya

Yolanda pun beranjak menuju kamarnya, dan saat dia berbalik Yolanda meneteskan air mata nya yang sudah dia tahan, sungguh perkataan adiknya mengenai dia yang tidak memiliki pengalaman dalam mendidik keturunan cukup menyakiti hati nya

"Mas kamu sadar gak, ucapan kamu udah nyakitin mbak Yola" ucap Shafira

"Kamu mau touring kan? Yaudah bunda izinin tapi hati hati kalo ada apa apa langsung kasih tahu orang rumah oke?" Sambung nya

Takas edilirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang