Bab 7.

247 32 0
                                    

Abra menatap dokter yang dengan telaten mengobati kaki Aland, untung nya lukanya tidak terlalu parah hanya perlu istirahat sekitar satu Minggu, dan entah kenapa saat menatap anak itu perasaan Abra tidak karuan, seperti ada yang janggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abra menatap dokter yang dengan telaten mengobati kaki Aland, untung nya lukanya tidak terlalu parah hanya perlu istirahat sekitar satu Minggu, dan entah kenapa saat menatap anak itu perasaan Abra tidak karuan, seperti ada yang janggal

Drtt-

Abra pamit untuk mengangkat telpon, setelah dia lihat nama Alexa lah yang tertera

"Hallo"

"Kamu dimana mas, bukan nya kamu tadi bilang akan pergi sebentar?"

"Ah maaf sayang, sepertinya mas akan telat pulang"

"Kenapa? Apa ada masalah di kantor?"

"Bukan, nanti mas ceritakan setelah sampai di rumah"

"Hem yasudah"

"Bagaimana keadaan Agahta?"

Di sebrang sana Alexa menghela nafas panjang setelah mendengar pertanyaan suaminya, sedangkan Abra yang mendengar helaan nafas istrinya tentu khawatir dengan keadaan anak nya

"Masih sama"

"Yasudah, nanti kita bujuk sama sama, mas tutup dulu telpon nya oke"

"Bye honey"

Tut-

Abra menghela nafas panjang, kenapa hal ini terjadi pada mereka, dia juga tidak berniat menceritakan hal ini pada istrinya karena menurut nya ini bukan lah hal penting, awalnya dia hanya ingin mengambil berkas yang tidak sengaja tertinggal tapi malah mendapat kan masalah di perjalanan pulang

.
.
.
.
.
.

Saat ini Abra dalam perjalanan untuk mengantarkan Aland pulang, meski awalnya harus ada paksaan karena Aland tidak berniat untuk pulang kerumahnya

Mereka berdua sampai di sebuah rumah yang cukup mewah, seorang satpam pun membukakan gerbang untuk mobil milik Abra agar bisa masuk, Abra segera memakirkan mobilnya dan turun untuk membantu  Aland masuk kedalam rumahnya

Setelah beberapa saat dirinya memencet bel seseorang membuka pintu dan betapa terkejutnya dia setelah melihat apa yang terjadi dengan Aland

"ASTAGA ALAND!"

Aland meringis mendengar teriakan bundanya, dan dapat dia pastikan setelah ini dia akan mendapat masalah yang sangat besar dari sang ayah

"Aland kamu ken-"

"Bun nanti dulu ya? Aland mau duduk dulu kakinya sakit"ucap Aland memotong Perkataan Shafira

"Ah iya maaf bunda lupa"

Shafira pun membantu memapah Aland untuk masuk dan mendudukan dirinya di sofa ruang tamu, dimana Arman berada

Aland yang melihat sang ayah tentu merasa takut, apalagi melihat tatapan itu, duh rasanya Aland ingin menenggelamkan dirinya kedalam tanah

"Silahkan diminum" ucap Shafira setelah seorang maid meletakan teh di meja dan Abraham hanya menganggukan kepalanya

"Ekhem" Arman berdehem untuk mengambil fokus mereka dan benar saja setelah mendengar itu mereka bertiga memusatkan perhatiannya pada Arman

"Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Arman

"Saya minta maaf sebelumnya, saya tidak sengaja menyenggol motor yang di Kendari oleh anak kalian, sehingga mengakibatkan anak kalian terluka"

Arman mengangguk dan mengalihkan tatapan nya pada sang anak, Aland yang di perhatikan tentu saja takut

"Dan Aland, untuk apa kamu malam malam berada di luar, apa kau tidak tahu bahwa bunda mu khawatir tentang kondisi anaknya, dan sekarang terbukti dengan melihat kondisi mu" Ucap Arman dingin

Aland menunduk mendengar apa yang ayahnya katakan, seketika rasa bersalahnya muncul, dia tanpa sadar membuat bundanya khawatir

"Maaf yah" ucap Aland lirih

Abraham yang merasa tidak nyaman berada di dalam lingkungan ini pun pamit untuk pulang, karena bagaimanapun ini privasi keluarga mereka dia tidak berhak tahu metode para orang tua yang mereka terapkan untuk anak anak mereka

"Sudah mas biarkan Aland istirahat, kasian" ucap Shafira berusaha membantu sang anak dari amarah Suaminya

"Liat, kamu terlalu memanjakannya, jadi-"

"Mas udah, cukup" Shafira memotong apa yang akan suaminya katakan, karena itu bisa saja menyakiti hati anaknya

"Selalu begini, kamu itu" Arman tidak melanjutkan ucapan nya dan langsung pergi menuju ruang kerjanya, meninggalkan Aland dan Shafira yang menatap punggung itu sendu
.
.
.
.
.

"Selalu begini, kamu itu" Arman tidak melanjutkan ucapan nya dan langsung pergi menuju ruang kerjanya, meninggalkan Aland dan Shafira yang menatap punggung itu sendu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Takas edilirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang