Bab 7

751 98 8
                                    

Hari yang baru telah di mulai aktivitas yang sama pun akan segera di mulai seperti biasanya berjalan, akan tetapi hari ini sedikit berbeda karena hari ini adalah hari di akhir pekan atau biasa di sebut hari minggu.

Hari dimana semua orang menantikan kedatangannya lantaran sebagai besar kegiatan mereka akan di libur kan, hari dimana mereka semua bebas untuk bermalas-malasan.

Sinar matahari pagi di hari minggu adalah yang paling terbaik dari semua pagi lainnya karena tidak adanya suara alam yang berisik dan teriakan menyuruh untuk segera bangun dari tempat tidur, benar-benar pagi hari yang begitu baik terutama bagi yang masih bersekolah dari berbagai tingkatan.

Hari minggu sudah seperti hari kewajiban bagi mereka untuk bermalas-malasan dalam segala kegiatan seperti hal yang di lakukan seorang anak bersurai merah muda yang duduk di tepi ranjang milik nya yang nampak masih berusaha mengumpulkan nyawa nya dari alam mimpi.

Yuuji, anak manis putra satu-satunya Satoru itu yang telah terbangun dari tidur itu selama beberapa menit sekaligus berhasil mengumpulkan 50% kesadaran dan nyawannya yang sempat berkelana di alam mimpi dengan masih sedikit mengantuk dirinya bangkit berdiri dari atas ranjang.

Dengan lingkung dan pandangan mata yang masih mengabur yuuji berjalan mendekati satu-satunya jendela di kamarnya, gorden biru pucat yang menutupi jendela di singkap olehnya tanpa ragu dan seketika sinar matahari pagi pun langsung menghujani wajah putih yuuji begitupun dengan aroma khas pagi kota Tokyo (karena jendela di buka).

Puas dengan pemandangan di luar jendela, yuuji yang telah sadar sepenuh melirik kalender ada di sebelah jendela, tanggal merah hari minggu yang artinya yuuji tidak akan berangkat kesekolah hari ini.

Yuuji senang melihat ia pun tersenyum lebar, akan senyuman itu hanya bertahan sebentar kini yuuji terlihat murung saat mengingat jika tidak bersekolah artinya dirinya tidak bisa bertemu dengan keduanya teman, Nobara dan Megumi.

Tetapi lagi-lagi kemurungan yuuji cepat tak bertahan lama, senyuman nya kembali terbit seketika ketika mengingat jika dirinya memiliki janji dengan Satoru-papa untuk menghabiskan hari ini bersama sepanjang hari.

Meingat-ingat janji yang di buat tadi malam dengan Satoru, yuuji terlihat senang dan dengan riang bercampur semangat menbara dirinya melesat keluar dari dalam kamar menuju kamar sang Papa tercintanya.

Yuuji berjalan dengan sedikit berlari, namun saat melewati area dapur yuuji menangkap siluet seseorang yang sangat di kenal olehnya sang Paman kesayanganya, Nanami.

Yuuji yang tadinya berniat mendatangi kamar sang papa pun berubah haluan menjadi ke arah dapur dimana seseorang yang terkenal tegas itu masih nampak sibuk mengatur berbagai macam piring di atas meja makan disana.

Yuuji yang tak bisa menutupi rasanya senangnya atas kedatangan Nanami pun langsung saja berlari kearah nya, menerjang bagian kaki pria pirang itu, lalu memeluknya erat dengan senyuman yang masih terpahat di wajahnya.

"Pagi! Paman Nami, hehe...."

yuuji berujar masih dengan memeluk erat kaki nanami.

Nanami yang menjadi korban terjangan yuuji pun hanya bisa menghela napas sembari tersenyum dengan sebelah tangan kirinya yang tidak sedang memenggang apapun di ulurkan olehnya berniat mengusap lembut surai merah muda yuuji.

"Pagi juga sayang..."

Nanami berujar menyapa balik sapaan ucapan pagi yuuji dengan sebelah tangannya yang belum berhenti mengusap surai yuuji yang terasa lembut di tangannya.

Yuuji yang di usah kepalanya oleh Nanami jadi tambah senang terlihat dari rona merah muda di pipi putih nya dan suara kekikikan tawa khasnya.

"Hehehe...".

Pale Blue Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang