Seorang omega pria harus berjuang menjalani kehidupan tanpa alpha nya....Hanya berdua saja dengan sang anak yang amat sangat di cintai nya.
Gojo Satoru dan anaknya Yuuji...
Dengan orang-orang yang menyakiti hatinya dari masa lalu yang kembali muncul...
suara teriakan seorang pria paruh baya terdengar menggelegar di salah satu ruang rapat perusahaan miliki keluarga Ryomen (salah satu dari tiga keluarga terkemuka di jepang).
Ryomen Hisoka, Pria setengah abad yang masih sanggup memimpin perusahaan besar itu sekaligus kepala keluarga Ryomen itu terlihat amat sangat marah, tatapan matanya menatap penuh benci pada putra satu-satunya di depan ini yang terlihat menatap dirinya tanpa takut sedikit pun.
Ryomen Sukuna, satu-satunya putra tunggal Hisoka dan pasangannya itu terlihat hanya diam di seberang meja sana, menatap ayahnya sendiri dengan dingin seakan dirinya (sukuna) tak mau kalah dari sang ayah di depan.
"aroma alpha yang sedang marah benar-benar sangat tidak menyenangkan" pikir akira-pria Beta yang menjabat sebagai sekretaris Hisoka sekaligus simpanan nya yang setia berdiri di belakang tubuh Sukuna sambil menyaksikan tingkah kedua orang alpha di depannya itu dengan tegang.
Keduanya terlihat saling melempar tatapan dingin penuh kebencian satu sama lain, begitupun dengan aroma pheromone keduanya yang sama-sama seorang Alpha yang memenuhi sepenjuru ruangan rasanya amat sangat menbuat sesak.
"Selama ini aku bersabar dan bersabar dengan tingkahmu"
Hisko bangkit dari duduk lalu dengan langkah penuh wibawa dan ketegasan dirinya berjalan perlahan kearah sang putra (sukuna), suara langkah kaki di iringi suara tongkat kayu jati yang sama-sama mengetuk lantai marmer hitam menjadi satu-satunya suara di dalam ruangan.
Suasana yang telah begitu tegang sejak awal kini di buat semakin tegang seiring dengan suara langkah Hisko.
"Tetapi, kali ini kenapa bisa membuat malu seperti ini? Hm..."
Hisko sampai didepan sukuna yang masih menatap, tongkat kayu jati miliknya terulur kedepan mendorong dada kiri sukuna.
Sukuna yang tidak menyukai apa yang di lakukan sang ayah menepis tongkat itu sambil berdecak kesal.
Hisoka kembali melanjutkan perkataannya sambil kembali mendorong dada kiri sukuna dengan tongkat nya, "Kau mau balas dendam dengan cara begini, ya? Brengsek"
Sukuna tersenyum kecil, lalu dirinya sambil sedikit tertawa berujar "Balas dendam? Memang nya aku sudah gila hingga melakukan balas dendam seperti itu"
Tangan sukuna begerak menyingkirkan tongkat hisoka kembali, "Bagaimana bisa tidak memberikan cucu bisa di sebut sebagai balas dendam pak tua"
Mendengar apa yang baru saja di katakan putranya, hisoka yang sudah tak tahan lagi dengan amarahnya yang telah sampai pada batasan nya langsung saja memukul tepat kearah kepala sukuna dengan tongkat.
Suara tongkat yang beradu dengan sebuah benda pun terdengar mengelegar di dalam ruangan, suasana pun semakin tegang.
Hisoka dengan nafas yang terengah-engah setelah memukul darah daging nya sendiri itu menatap tajam dengan jijik kepadanya.
Lalu, hisoka berbicara dengan suara dingin, "DASAR TIDAK BERGUNA"
Sukuna yang baru saja dipukul dengan keras hingga dirinya terjatuh terduduk di lantai pun menatap tajam sang ayah, dengan kepala yang terasa nyeri dan telinga yang berdengung sukuna melontarkan makian sebagai balasan.
Teriakan keras dan kata-kata tajam penuh kebencian kedua orang itu pun terdengar hingga balik pintu yang tertutup.
Hal itu berlangsung hingga setengah jam, setelah semuanya terasa telah selesai dan tidak ada lagi yang di bicarakan.
Hisoka adalah orang yang pertama kali keluar dari ruangan, sebelum keluar dari ruangan pria itu sempat melontarkan ancaman pada sukuna.
"Bagaimana pun caranya, kau harus bisa menbawa seorang anak saat makan malam bersama. Jika tidak bersiaplah kehilangan segalanya termasuk nyawa mu, putra ku"
Setelah melontarkan perkataan itu hisoka membanting pintu ruangan sampai mengeluarkan suara keras.
Akira yang masih berada didalam ruangan pun akhirnya bisa menghela napas nya, kini dirinya pun tengah membantu sukuna untuk mengobati luka di wajah putra atasan nya itu yang telah ia kenalan sejak masih tk itu.
Dengan telaten dan teliti akira mengolesi obat di luka yang ada, sukuna pun yang di obati luka nya terkadang sedikit meringis kesakitan.
Dan setelah semua luka di obati, akira yang masih merapihkan peralatan medis kedalam tempat itu berbicara, "Tuan hisoka memang tengah dalam suasana hati yang buruk beberapa waktu sebelumnya".
Sukuna menatap akira sambil mendengus jengah "Iya, sepertinya memang begitu. Si tua itu"
Sukuna mulai memikirkan sudah beberapa kali dirinya bertemu dengan ayah yang selalu saja dirinya temui dalam keadaan penuh amarah tanpa alasan, entah saat dirumah ataupun tidak.
Entah itu hanya masalah sepele ataupun yang besar sang ayah tetap saja murka, dan karena hal itulah pekerjaan sukuna menjadi 2 kali lipat dari biasanya.
Memikirkan soalnya pekerjaan yang telah menumpuk di dalam ruang kerjanya saja sudah membuat sukuna sakit kepala.
Akira yang telah selesai merapihkan peralatan medis kedalam tempat itu pun bangkit berdiri dari duduk, sambil berjalan menuju pintu keluar dirinya memberitahukan kepada sukuna alasan di balik kemarahan sang pemimpin keluarga Ryomen.
"Sejak awal tahun, seluruh kerabat keluarga Ryomen mulai memutuskan untuk melakukan pergeseran posisi. Hal itu merupakan tuan hisoka gelisah, dirinya berpikir ia akan segera di turunkan dari posisi nya saat ini begitupun dengan seluruh harta kekayaan miliknya yang bisa hilang. Jadi..."
Akira menjeda perkataan nya saat dirinya membuka pintu ruangan, "Tuan hisoka mengajukan permohonan kepada seluruh kerabat bahwa putra nya sukuna akan membawa pewaris muda dan saat pewaris itu belum bisa mengambil posisi kepala keluarga dirinya lah yang akan tetap mengisi posisi"
Sukuna tiba-tiba menyela perkataan akira setelah paham dengan garis besar keingina sang ayah, "Jadi dengan kata lain dirinya tetap akan mengisi posisi sebagai kepala keluarga entah itu dengan pewaris atau tidak dan pada saat yang tepat dirinya akan menyingkirkan pewaris itu, bukan" Akira tersenyum lalu dirinya keluar dari ruangan.
Sukuna terlihat tersenyum masam, "dasar bajingan gila, ayah macam apa dia itu"
Bersambung...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.