Bab 13

398 40 6
                                    

Raymond Sukuna siapa yang tidak kenal dengan nama dari pria pertengahan 20-an yang luar biasa rupawan dari keluarga Ryomen itu? Seorang pria yang membuat hampir seluruh penduduk jepang merasa iri dengan kehidupan yang dimilikinya, kehidupan mewah bergelimang harta tak berujung yang tak harus pusing memikirkan hal ini itu layaknya orang biasa.

Seorang pria yang menjalankan hidupnya dengan begitu santai dan bebas tanpa memikirkan apapun akibatnya, namun kali ini pria itu sukuna terlihat memikirkan sesuatu sejak meninggalkan kediaman Gojo.

"Haa..." helan napas lelah sekian kalinya di hembuskan sukuna dari sela bibirnya.

Sudah sekitar satu jam lebih sukuna terduduk diam sendirian di dalam salah satu apartemen miliknya, duduk diatas kuris kayu jati dekat jendela besar ditengah apartemen menperlihatkan suasana malam hari kota Tokyo.

Sukuna hanya duduk diam dengan kedua manik merah rubynya memandangi foto yang menperlihatkan wajah manis Satoru tengah tersenyum dibawah pohon sakura yang sudah ia pandangi selama satu jam lebih itu.

Sebuah jepretan foto yang sukuna sendiri tidak tahu pasti kapan ia mengambilnya masih tersimpan utuh terselip diantar kartu kredit miliknya didalam dompetnya, ia temukan tidak sengaja saat hendak membuang beberapa kartu kredit yang jarang terpakai yang memenuhi dompetnya.

Melihat foto lama itu entah kenapa sukuna merasa aneh, seperti ada sesuatu yang ia tak mengerti tentang perasaan aneh yang sulit di ungkapan di dalam hatinya.

Perasaan aneh yang sepertinya pernah sukuna rasanya dulu saat remaja, namun kini ia tidak tahu perasaan apa itu dan apa namanya.

Sukuna seperti telah melupakannya, dan kini ia merasa kebingungan dengannya.

"Akh...Sialan" Sukuna menggeram frustasi dengan dirinya sendiri, ia tidak tahan dengan perasaan aneh yang menyelimuti dirinya itu dan semakin kuat saat melihat lembaran foto Satoru di tangannya itu.

Rasanya ada rasa rindu, dan sedih yang bercampur begitu kuat didalam diri sukuna saat menyadari jika sosok cantik didalam gambar tersebut tidak ada di dekatnya.

Rasanya menyakitkan terutama pada perasaan alami Alpha didalam dirinya yang terus meraung-raung penuh kesedihan entah kenapa, padahal perasaan Alpha milik Sukuna jarang sekali muncul tapi kali ini perasaan Alpha nya itu muncul sejak mengatakan nama Satoru dan puncaknya saat ini dimana sukuna menemukan Foto Satoru.

"Brengsek, kenapa kau jadi cengeng seperti ini"

Sukuna tidak tahan lagi dengan dirinya sendiri pun hanya bisa mengeram, mengumpatinya dan mengutuk perasaan Alpha bawaannya yang begitu cengengnya saat melihat foto Satoru.
Jiwa Alpha yang begitu lembut dan cengeng berbeda sekali dengan sikap dirinya yang kasar dan tidak menpedulikan apapun.

Sukuna bangkit dari duduknya lalu dengan terburu-buru menarik salah satu laci di bawah rak buku tak jauh darinya posisi awalnya, mengoberak abrik isi laci tersebut dengan tergesah-gesah mencari pemantik yang ia ingat menyimpannya di dalam sana.

Pemantik kecil yang akan sukuna gunakan untuk membakar foto Satoru yang telah membuat perasaan Alpha dan dirinya menjadi kacau seperti ini.

Cukup lama sukuna mencari-cari namun ia tidak kunjung menemukan pemantik miliknya didalam laci rak tersebut, beda kecil itu seolah-olah menghilang saat di butuhkan dan akan muncul disaat tidak di butuhkan seperti saat ini.

"Diamlah" Raungan perasaan Alpha didalam dirinya semakin menjadi-jadi dan itu juga semakin memperkuat perasaan aneh didalam hatinya semakin kuat.

Sukuna yang merasa tidak bisa menemukan salah satu pemantik didalam sana memutar kepalanya kesekeliling menoleh kearah manapun dan saat itulah ia melihat kearah dapur yang hanya dibatasi kaca putih tebal lebih tepatnya matanya terarah pada benda biru berbau mawar diatas meja dapur, sebuah lilin aroma terapi yang selalu di nyalahkan asisten rumahnya tangga sewaan Sukuna saat bekerja, namun sepertinya hari ini asisten itu lupa mematikannya karena terburu-buru pulang agar tidak terjebak badai salju sore tadi.

Pale Blue Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang