Happy reading!!Januar Vando Altara, siapa yang tidak mengenalnya? Putra pertama dari pasangan orang tua yang memang terkenal karena bisnisnya.
Hampir seluruh kalangan tau eksistensi dirinya, karena sering di ajak untuk belajar bisnis di mulai dengan bertemu dengan kolega sang ayah.
Saat ini dia duduk di salah satu kursi di ruangan yang di dominasi gelap, dia berada di dalam basecamp yang selalu ia habiskan waktu disana.
"Adek lo buat gua yak?"
Januar mendengus "jangan karena adek gua banyak lu pada mau daftar semua."
"Si aiden bisa kenapa kita gak."
"Gak mau punya adek ipar kalian." Ketusnya.
"Si ketua ketus sekali."
"Gua gak ngincer adek lu kok, tapi gua ngincer Jaezie." Celetuk Geo, "dia walaupun cowo cantik juga."
"Gua pergi." Pamit Januar tiba-tiba.
Seperginya Januar membuat mereka semua menatap Geo sanksi, tidak seharusnya membicarakan Jaezie di saat terdapat Januar di sekitar mereka.
"Apaan?!! Biarin dia ngerti, buat siapa hatinya."
"Berani banget sih lu Ge."
"Ya gak berani sih tapi beraniin dikit." Dia meraih rokoknya lalu membakar ujungnya, menyesap nikotin yang selalu membuatnya candu tersebut, "gua cuman kasian sama Jaezie, gak seharusnya anak SMA kelas satu ngejar kakak tingkat yang udah kuliah semester empat. Kalo Januarnya respon baik sih gak masalah, tapi ini apa? Ketua kita lebih bisa di kata brengsek, walaupun dia bilang straight sekalipun, gak seharusnya ciuman sama perempuan di depan matanya, senggaknya jaga perasaan Jaezie." Ujarnya, dia sering melihat apa yang ia katakan, melihat Jaezie yang mengubah air mukanya menjadi masam.
"Gua juga sering liat kok, gua bahkan selalu ngomong sama Jaezie tanpa sepengetahuan Januar, gua selalu nyuruh dia buat berhenti tapi dia selalu nolak." Timpal Will, "tau apa yang dia bilang? Dia bilang gini 'gak mau kak, mungkin sampe Jaezie lelah ngejar kak Januar, Jaezie berhenti', gua gak mau maksa jadi gua biarin, tunggu aja siapa yang menang nanti, Jaezie yang benar bisa buat Januar jadi pacarnya, atau mereka gak akan bersatu dan Januar yang menyesal?"
"Tapi jujur gua dukung si Januar sama Jaezie dari pada si cewe itu, siapa namanya njir, yang banyak ubannya." Ujar Dino.
Pluk
Dika melempar kulit kacang pada wajah Dino "uban apaan? Lu pikir Januar pacaran sama nenek-nenek?"
"Kan rambutnya putih."
"Blonde!! Lu gak tau warna rambut ya!!" Pekik Ken, dia yang sejak tadi diam menjadi emosi karena ucapan Dino. Dia berdiri dan seolah ingin memukul Dino, "Sam, jangan tahan gua, jangan tahan. Mau gua habisin nih anak." Geramnya.
"Lah, pukul tinggal pukul aja njir, orang gua gak nahan lu." Balas Sam yang hanya sibuk mengupas kacang.
Ken mendengus keras, dia kembali duduk tanpa melakukan niatnya untuk menghajar Dino, menghajarnya? Bisa ke neraka lebih cepat dia.
"Wuuu takut sok berani." Sorak mereka semua yang membuat Ken mendengus keras.
.・゜゜・
Januar berada di rumah kekasihnya, Alya Septian Pramudya. Dia satu ruang di fakultas dirinya, menempuh pendidikan sarjana di ekonomi bisnis.
"Sayang." Suara yang mendayu berasal dari Alya tersebut menyambut kedatangan Januar.
Memeluk di depan pintu rumah seolah melepas rindu, padahal mereka baru saja bertemu.