2

192 22 2
                                    


Happy reading!!

Jaezie langsung menatap ke arah Rean, memasak? Dia memang bisa, tapi memasak untuk Januar membuatnya sedikit takut.

Tapi dia tidak bisa menolak, lihat saja sekarang dia berada di dapur dengan bahan masakan di sekitarnya. Berkutat dengan masakan membuatnya tidak sadar jika sejak saat tadi kegiatannya di perhatikan oleh Januar.

Menatap Jaezie saat memasak menimbulkan gelenyar aneh di hatinya, dia tidak mengerti namun yang ia tau dia senang menatap Jaezie lebih lama, apalagi di saat seperti ini.

Lima belas menit semua masakan telah masak, Jaezie di bantu oleh Rean dan Haekal. Mereka mulai makan tanpa suara.

"Rean, Jaezie pulang dulu." Pamitnya.

"Kenapa cepat?"

"Papa meminta Jaezie untuk menjenguk bibi." Bohongnya, dia tidak nyaman berada di satu ruang lingkup bersama Januar, sekian memicu hatinya yang berdetak cepat, dia juga akan mengingat kesakitan yang ia rasakan, mengingat perlakuan Januar padanya, mengingat ciuman Januar bersama wanita di depan matanya, dia tau dia bukan siapa-siapa hanya saja dirinya yang tak kuasa menahannya.

Rean mengangguk lemah "iya, Jaezie pulang saja."

"Terimakasih, aku pergi."

Sepeninggal Jaezie Januar juga ikut pergi dari sana namun dia pergi ke kamarnya.

Jaezie berjalan kaki karena rumahnya hanya berbeda blok nomor, dia bersenandung pelan mengeluarkan suara yang merdu.

Mencintai dalam diam tak mudah, namun di saat mencintai dan lawannya juga mengetahui dan di tolak membuatnya berlipat kali lebih sakit.

Jaezie mengalaminya, mengatakan pada Januar jika dia mencintainya namun dia justru menolaknya. Ya, alasan yang sangat-sangat Jaezie benci, mereka sesama jenis, dan Januar mengakui dirinya mencintai seorang wanita bahkan dirinya juga sudah memiliki kekasih. Ada yang lebih sakit dari itu? Jaezie pikir tidak ada.

Dia hanya bisa menerima dan mencoba mendekatinya, ah tidak. Setelah dia tau jika Januar memiliki kekasih, dirinya lebih sedikit menjauh, dia tidak mau jika namanya tersemat 'perebut kekasih orang' itu tidak lucu sekali.

Untuk sekarang dia hanya fokus untuk mencoba melupakan Januar, mencari orang lain yang memang bisa menerima cintanya.

Jika saja kejadian itu tidak terjadi, mungkin dirinya tidak mungkin mencintai kakak dari sahabatnya itu, dari satu kejadian membuatnya menimbulkan cinta dalam hati.

Flashback on

Hujan turun dengan derasnya mengguyur Jaezie, mengguyur atau bisa di sebut dia memang membasahi tubuhnya sendiri.

Dia bukan mandi hujan atau semacamnya, dia kabur dari rumah. Hal sepele namun dia begitu muak, ya dia selalu di bandingkan oleh orang tuanya dengan kakak dan adiknya. Jadi dia memutuskan untuk pergi dari rumah.

Ini sudah satu jam lamanya dia berada di bawah hujan membuat tubuhnya menggigil hebat, dia sudah merasakan dinginnya air hujan.

Dia menepi, duduk di halte bus seorang diri, menggosok lengannya bermaksud mengurangi hawa dingin.

Tidak ada yang melewati jalannya karena hari sudah malam di tambah dengan hujan yang mengguyur, pasti orang-orang akan lebih memilih untuk berada di balik selimut menikmati dinginnya hujan dengan tidur.

Jaezie menatap ke ujung jalan, terdapat beberapa motor yang sepertinya akan melintas, Jaezie hanya berdo'a semoga itu bukan geng motor pengganggu, atau dia akan berpura-pura mati.

Love Seed (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang